Bersyukur Gisha dan Reskal sampai di kelas mereka tepat jam pergantian pelajaran. Saat mereka masuk kelas masing-masing juga belum ada guru yang mengajar di sana.
Gisha masuk ke kelasnya terburu-buru. Ia langsung duduk di kursinya dan menenggelamkan wajahnya di meja. Ada Vinka dan Emma di sana yang siap mengintrogasi gadis itu.
Gisha memukul-mukul kecil kepalanya. Hal itu sontak menambah pertanyaan di benak dua sahabatnya itu."Aishh sialan kenapa gue harus lihat itu sih!" gumam Gisha sangat lirih.
Ia lalu menegakkan badannya dan mengipas-ngipas wajahnya yang gerah dan penuh keringat."Lo darimana aja, sih?" tanya Vinka akhirnya.
"Tau nih, lo tau gak gue sama Vinka tadi sampe ijin ke WC sama guru. Padahal gue keliling Heksadistira nyariin lo, Gi," papar Emma panjang lebar.
Tadi ia dan Vinka memang keliling satu sekolah mencari Gisha. Bukannya ketemu, mereka malah keciduk pak Marko karena tidak mengikuti KBM. Mereka pun disuruh kembali ke kelas mereka.
Gisha menggelengkan kepalanya. "Ada urusan."
"Urusan?" ulang Vinka dengan kekehan khasnya. "Woi lo lagi di jam KBM, ada urusan apa?"
"Ya ada pokoknya," ucap Gisha final tak ingin dibantah. Gisha juga sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan mereka.
Emma mengetuk-ngetuk pulpennya ke kepalanya sendiri dengan pelan. Ia lantas menggigit bibir bawahnya.
"Gara-gara lo marah sama anak kelas ya, Gi? Lo juga marah sama gue dan Vinka 'kan?"
Vinka menunduk. Gadis itu memainkan kukunya yang lentik. "Apa yang dibilang Emma bener 'kan? Maaf ya kita udah egois, terlalu maksain lo. Padahal kita tahu, lo paling gak suka dipaksa."
"Udah lupain aja. Gak pa-pa," jawab Gisha membuat dua sahabatnya sedikit lega. "Oke, gue udah berpikir panjang. Gue mau wakilin kelas," putus Gisha yakin.
Emma menggebrak mejanya heboh. "Hah serius? Demi apa sih?"
"Serius."
"Lo gak keberatan?"
"Semoga gak."
Karena Reskal membuatnya percaya, akhirnya Gisha menerima itu. Reskal bilang akan selalu mendukungnya dan membuat Gisha tidak khawatir lagi dengan gymnastic. Reskal berjanji akan menemaninya latihan.
Vinka meluruh di tempat duduknya. "Syukur deh akhirnya ada yang mau wakilin kelas ini. Ribut gak ada habis-habisnya. Untung ada lo, Gi, yang mau wakilin."
"Bener banget tuh." Emma lalu memegang rambut Gisha. Ia baru sadar, ada yang berbeda dengan Gisha. "Lah sejak kapan rambut lo dikepang njir?" tanyanya heran.
Vinka lantas menepuk jidatnya, baru sadar juga. "Lah iya gue baru ngeh. Perasaan lo gak suka kepang."
Aneh saja. Gisha pernah menghina Yola yang kepangan karena dinilai cupu, lalu ini apa?
Gisha kini tersudutkan. Ia mau jawab apa? Masa jawab Reskal yang mengepangnya?
"Lo ngepang sendiri? Rapi banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
RESHA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] Heksanetz, akun lambe turahnya SMA Heksadistira, yang awalnya diciptakan untuk keseruan para siswa-siswi namun secara mendadak menguak rahasia terbesar Gisha yang selama ini ia tutupi. Karena berita yang tersebar di Heksanetz itu lah semua...