Chapter 20: Prejudice

3.1K 382 40
                                    

"Gi gue balik dulu ya, gue udah dijemput cowok gue soalnya," pamit Emma.

"Gue juga duluan gak pa-pa kan? Gue ada pertemuan soalnya, Gi. Gimana?" Vinka sedikit tidak enak mengingat Gisha akan sendirian di kelas jika mereka berdua pulang.

"Iya gak pa-pa, kalian balik duluan aja," gumam Gisha.

"Oke bye. Cepet kelarin tugas lo ya, biar lo cepet balik!"

"Bye, Gi."

Gisha mengangguk tanpa melirik ke arah Emma dan Vinka yang sudah pergi. Gadis itu tetap fokus untuk menggambar peta nusantara.

Gisha masih tinggal di kelasnya meskipun teman-teman sekelasnya sudah pulang. Alasannya adalah ada tugas geografi yang belum ia kerjakan karena tidak masuk sekolah waktu itu.

Bu Fitri memintanya untuk mengumpulkan tugas itu hari ini juga. Jadi mau tidak mau ia kerjakan sekarang. Lagi pula Gisha malas jika mengerjakannya di rumah. Ia ingin bersantai jika sudah di rumah.
Gisha menyeka keringatnya. Setelah duapuluh menit berjibaku dengan kertas dan pensil, akhirnya tugasnya selesai juga.

Ia pun membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Dia juga harus mengantarkan hasil kerjaannya itu ke ruang guru.

Gisha melangkah keluar kelasnya setelah ia memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

Koridor tampak sudah sepi karena waktu menunjukkan pukul setengah empat sore. Gisha yang malas turun menggunakan tangga pun memilih untuk naik lift. Biasanya ia harus terpaksa turun lewat tangga jika lift penuh.

Gadis itu memasuki benda kotak tersebut dan memencet angka 1. Ketika lift sudah setengah tertutup, seseorang ternyata menghalanginya. Lift pun terbuka kembali menampilkan sosok Yola.
Ketika mengetahui Gisha yang ada di dalam, ia melangkah mundur sedikit. Gadis yang membawa banyak buku di tangannya itu, menciut melihat Gisha di sana.

Ia memang tadi pulang sekolah, mampir ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Dan ia baru saja selesai meminjamnya.
Satu alis Gisha terangkat. "Lo mau masuk gak? Kalo gak ya udah," tanyanya sinis.

Dengan langkah ragu Yola pun masuk ke dalam lift. Saat lift sudah tertutup sempurna ia memeluk buku-bukunya.
Gisha berdiri di belakangnya dengan cuek.

Suasananya begitu hening dan dingin. Gisha membalas pesan seseorang di ponselnya. Sedangkan Yola menunduk, menekuri sepatunya.
Ketika Gisha mematikan ponselnya dan menatap ke depan, ia menyadari sesuatu yang aneh.

Kemudian suara Gisha pun, memecah kebisuan.

"Heh Udik, lengan lo ada dar---"
Ting!

Dentingan satu kali terdengar dan lift terbuka. Suara Gisha mengambang di udara. Tanpa menghiraukan perkataan Gisha yang belum selesai, Yola pun buru-buru ngacir begitu saja.

Gisha mendengus. "Gak jelas banget, si Udik."

*****

Sudah hampir setengah jam setelah pulang sekolah Reskal masih nyaman berada di lapangan dengan aktivitasnya, bermain bola basket sendirian.

Reskal tadi sebenarnya bersama dengan Milo. Namun cowok itu tiba-tiba di telfon oleh orangtuanya untuk segera pulang.

Reskal terduduk di lantai. Cowok itu melepas seluruh kancing seragamnya. Ia membuka tutup kaos dobelannya beberapa kali, membiarkan angin masuk ke tubuhnya.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang