Chapter 32: Jadi Lebih Baik

2.4K 289 18
                                    

Entah sudah keberapa kali Gisha menguap dan wajahnya nyaris jatuh mencium bukunya.

Sekarang masih pukul tujuh malam, tapi dirinya sudah ngantuk berat. Padahal biasanya ia saja sering tidur di atas jam duabelas malam. Mungkin benar kata Vinka dan Emma bahwa ia sepertinya alergi belajar.

Reskal berulang kali mengetuk-ngetuk pulpennya di meja, melihat kelakuan Gisha. Merasa tersindir dengan tindakan Reskal, Gisha pun merubah posisi duduknya lebih tegak.

Terlebih ada Karel yang sedang memantaunya. Pria itu meskipun terlihat sibuk di depan laptop, namun matanya begitu teliti memantau Gisha. Beberapa kali ia juga dibuat geleng-geleng kepala karena anak itu.
Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga Gisha.

Malam ini Gisha memang meminta tolong Reskal untuk membantunya mengerjakan tugas matematika wajibnya. Beruntung Reskal ada waktu dan mau mengajarinya.


Jangan salahkan Gisha karena dinilai tidak tahu diri---yang butuh siapa, yang datang siapa. Karena Reskal sendiri yang memutuskan untuk mendatangi rumah Gisha.

Mendengar kabar kecelakaan Gisha hari minggu kemarin saat gadis itu menuju mansionnya, membuat Reskal dan sekeluarga tepuk jidat.

Gisha bahkan tampak baik-baik saja saat sampai di sana dan tidak menceritakan apa pun. Barulah Sarah tahu Gisha mengalami kecelakaan saat Farensa menceritakan hal itu.
Sarah jelas sangat khawatir, beruntungnya hanya bagian depan mobil Gisha yang ringsek dan gadis itu baik-baik saja.

Sejak saat itu Reskal menganggap Gisha ceroboh dan tidak becus menyetir. Reskal menduga Gisha ugal-ugalan di jalan. Makanya Reskal yang memutuskan untuk mendatangi gadis itu.

"Gisha kamu tidak belajar dengan benar?" celetuk Karel.

"Iya maaf."

Karel lagi-lagi hanya geleng-geleng kepala. Setelah itu beliau kembali fokus pada layar laptopnya.

"Lo tau 'kan turunan fungsi trigonometri cos?" tanya Reskal mengetest gadis itu. Itung-itung juga biar Gisha tidak terlalu mengantuk.
Gisha menggaruk kepalanya menggunakan pulpennya. Dari situlah Reskal bisa mengetahui jawabannya. Gisha benar-benar tidak paham materinya sama sekali.

"Gue gak tahu, Reskal. Gue selalu pusing sama sin, cos, tan," keluh Gisha jujur.

Dengan telaten Reskal pun menulis rumus-rumus turunan fungsi trigonometri di sebuah sticky notes. Setelah itu ia tempelkan ke buku Gisha agar gadis itu bisa lebih mudah mempelajarinya.

Reskal menujuk notes itu dengan pulpennya.

"Nih rumus-rumusnya. Berarti turunan cos itu apa?" tanyanya sekali lagi.

"Min sin?"

"Great!" puji Reskal. "Terus ya dari soal ini tinggal lo turunin aja. Coba lo kerjain sendiri."

Gisha pun pelan-pelan tapi pasti mengikuti intruksi Reskal. Ia merasa belajar dengan Reskal itu lebih mudah dipahami dibanding dengan Pak Tio, guru matematikanya.

"Jawabannya min satu?" tanya Gisha memastikan.

Reskal tersenyum lebar dan mengangguk. Gisha sebenarnya bisa jika ia memperhatikan pelajaran itu dengan baik. Tapi mau dipaksa bagaimana pun jika Gisha sudah tidak suka dan tidak minat ya tetap saja tidak bisa.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang