Chapter 23: Alumni

3.5K 397 43
                                    

Ulangan tiga mapel sekaligus di hari selasa membuat seluruh murid kelas 12 IPS 3 kalang kabut. Geografi, matematika wajib serta pelajaran lintas jurusan, kimia. Stress bukan main? Jelas!

Kebanyakan dari mereka ambis belajar semalaman suntuk. Sebagian lagi berpasrah diri menunggu mukjizat dari Tuhan, alias santai-santai saja.

Gisha sendiri ada di team biasa-biasa saja. Bukan karena ia sudah paham seratus persen materi itu, Gisha hanya memahami setengahnya saja.
Dulu Gisha bisa mengerjakan matematika dengan mudah sebelum mengenal limit fungsi dan trigonometri. Sekarang matematika justru menjadi musuhnya. Mengapa pelajaran matematika yang dulu mudah jadi sangat sulit sekarang?

Ada juga Kimia. Sialan, Gisha memilih jurusan IPS itu karena menghindari apa pun yang berbau IPA. Gisha sangat alergi dengan pelajaran-pelajaran itu. Namun sialnya tetap ada satu mapel lintas jurusan yang harus ia pelajari.

Gisha pusing jika harus berjibaku dengan larutan-larutan, senyawa-senyawa, reaksi redoks, elektro kimia, sel volta dan segala materi menggilakan lainnya.

Pelajaran-pelajaran seperti itu menjadi momok menakutkan bagi sebagaian besar anak IPS. Jangankan IPS, anak IPA pun belum tentu menelan pelajaran itu dengan baik.

Emma bertopang dagu, ia sedih teman-temannya bisa seambis itu. Emma ingin ambis seperti mereka, akan tetapi Emma saja tidak paham materi kelas 12 sama sekali. Mau belajar pun bingung mulai dari mana.

Vinka beberapa kali juga mengompori beberapa teman-temannya untuk tidak terlalu ambil pusing. Vinka kepanasan jika teman-teman setannya tiba-tiba jadi manusia yang benar.  Teman sekelas kalian pasti ada kan spesies murid seperti Vinka ini?

"Ersya, lo belajar?" tanya Vinka retoris.

"Ya belajar lah, Vin. Lo gak belajar?"

"Gak. Gak usah pada belajar mending deh," hasut Vinka seraya mengacak-ngacak buku Bara. "Bara lagi, lo biasanya paling ogah-ogahan nih kalo lagi ulangan. Gak usah belajar!"

"Bener tuh kata si Vinka. Gak usah rajin-rajin." Mario yang sedang memasang kaos kakinya, turut serta mengompori.

Bara mengelus dada, ketika teman-teman laknatnya mencoba mempengaruhinya. Tapi sepersekian sekon kemudian cowok itu merengek.

"Huaaaa gue juga bingung anjrot belajar apaan. Gak mudeng-mudeng." Bara kemudian meraup bukunya lalu menyiramnya ke kepalanya, seolah materi itu akan melekat di otaknya. Mereka yang melihatnya jadi merinding sendiri.

"Gak ngaruh lo kayak gitu, Bar." Ersya pun menutup bukanya pasrah.

"Pusing!"

Sepertinya Vinka berhasil mempengaruhi mereka.

"Nah makanya gak usah belajar deh."

"Ehh kelas sebelah ada yang udah ulangan belum?" Emma tiba-tiba nimbrung.

Lalu Ersya buru-buru melihat jadwal pelajaran kelas 12 di ponselnya.

"12 IPS 7 udah ulangan semuanya, kelas 12 MIPA 1 udah ulangan geo sama kimia," beonya.

"Kalian ada kenalan gak di kelas itu?" tanya Vinka.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang