Chapter 62: Double Kill

3.5K 337 77
                                    

       Punya hati itu jangan seperti kaca, yang jika jatuh langsung pecah.
Jadilah hati seperti bola basket, yang ketika jatuh akan melambung tinggi.

-Mario Kalingga-

⚡⚡⚡

         Hubungan Vinka, Emma dengan Gisha kini semakin merenggang. Gisha sudah sangat ikhlas dijauhkan dengan manusia munafik seperti mantan sahabatnya itu.

Emma jelas ada di pihak Vinka. Gadis itu telah terdoktrin dengan ucapan ibunya juga. Secara tidak langsung Emma membenarkan bahwa Gisha anak nakal dan membawa pengaruh buruk.

Gisha bahkan mengakui, masa SMAnya lebih parah dibanding masa SMPnya. Aibnya dibuka secara brutal, Gisha dipermalukan tanpa ampun, belum lagi teror yang tak ada habis-habisnya menghajarnya.

Gisha saat ini sedang berdiri di luar kelas seraya menonton pemandangan anak-anak Heksizt yang sedang olahraga di lapangan utama.

Gadis itu sepanjang istirahat terus menyumpal telinganya dan lebih memilih mendengarkan musik ketimbang mendengarkan ucapan-ucapan negatif mereka.

Gisha juga merasa sesak di dalam, karena harus menghirup oksigen yang bercampur dengan nafasnya orang-orang munafik.

Mata gadis itu masih sembab, ucapan-ucapan menyakitkan dari mulut Reskal tadi masih terus terputar di otaknya. Ucapan mantan pacarnya memang terekam sangat jelas.

Hatinya akan kembali bertalu-talu kala mengingatnya.

Gisha kini jadi berpikir, setelah apa yang telah dilakukan oleh Reskal tadi, apakah perasaannya akan tetap sama?

Gisha benci kalimat itu. Tapi Gisha tidak bisa berhenti mencintai Reskal sialnya. Perasaannya makin besar justru.

Bagaimana tidak, Gisha sudah susah payah membuka hatinya, memberikan kesempatan laki-laki lain mengisi ruang kehampaan di hatinya, lalu malah ini yang Gisha dapatkan.

Inilah alasan dulu Gisha selalu menutup diri, sulit percaya dengan orang-orang. Karena Gisha sadar, hati manusia itu mudah berubah. Gisha awalnya terus memegang prinsip itu, ia tidak boleh terlalu percaya dan terlalu cinta. Tapi prinsipnya dipatahkan saat Gisha mulai nyaman dengan Reskal. Hingga pada akhirnya ketakutannya selama ini benar-benar diaminkan. Ia justru kehilangan Reskal beserta dirinya sendiri.

Double kill.

Kalian pasti juga emosi dengan Gisha yang tidak mau jujur kepada Reskal. Gisha hanya diam dan terus meminta maaf, seolah membenarkan itu semua.

Kalian tidak tahu, Gisha sudah menyiapkan waktu terbaik untuk jujur kepada Reskal. Gisha hanya perlu butuh sedikit waktu lagi, untuk Reskal bersabar. Tapi berita miring itu berhembus lebih dulu, meluluhlantakan kepercayaan Reskal.

Reskal memang terlalu gegabah dan tidak sabaran. Gisha tidak terlalu menyalahkan Reskal. Gisha juga akan marah jika orang yang dicintainya tidur dengan wanita lain. Hanya saja Reskal juga sangat keterlaluan memperlakukannya tadi dengan sangat tidak manusiawi.

Gisha menghirup oksigen sebanyak mungkin. Dadanya sesak. Angin yang berhembus membuat rambutnya sedikit beterbangan.

Mario yang sejak entah kapan datang, memandang Gisha dari samping. Mario sedang memandang salah satu ukiran terbaik Tuhan---makhluk cantik bernama Gisha.

Mario sangat gemas dengan hidung mancung Gisha, ingin rasanya ia cubit hidung gadis itu.

"Gue tebak, Gi. Kepala lo pasti berisik banget ya?" tanya cowok itu menyadarkan Gisha dari lamunannya.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang