Chapter 22: Surat

3.3K 390 31
                                    

Reskal masuk ke ruang gym yang ada di rumahnya. Ia membawa dua botol minuman untuk papah dan mamahnya yang mengisi waktu sore mereka untuk olahraga.

Reskal menghampiri dua sejoli yang usianya tak muda lagi itu. Mereka tampaknya sambil berbincang-bincang kecil.

"Pah ada yang mau aku omongin," ucap Reskal menghentikan aktivitas Arlan yang sedang angkat barbel seberat lima kilogram.

"Ada apa, Reskal?" Pria paruh baya itu menaruh barbelnya di lantai lalu menghampiri Reskal dan mengambil minumnya.

Sarah yang merasa sudah sangat berkeringat dan salivanya sangat kering, juga mengambil minumannya.
Mereka bertiga duduk di kursi yang ada di sana.

Reskal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada masalah?" Sarah memastikan anak pertamanya itu.

"Ini tentang..., Gisha." Reskal ragu sebenarnya menanyakan itu kepada orangtuanya. Tapi siapa tau saja mereka tahu jawaban dari pertanyaannya.

Arlan membuka tutup botol minumannya, kemudian ia tenggak hingga setengah.

Keningnya yang mulai berkeriput, bergelombang. "Gisha? Kenapa sama Gisha?"

"Apa yang papah tahu tentang Gisha?"
"Emmm Gisha itu cantik, baik, hits, pintar." Arlan menyebutkan pandangannya. Laki-laki itu bahkan sedang berpikir keras untuk menyebutkan kelebihan Gisha lainnya.

"Nah betul tuh kata papahmu. Udah cocok lah sama kamu," imbuh Sarah.

"Apa kamu ngerasa kurang sama gadis itu?"

Reskal tersenyum tipis. Bukan itu jawaban yang ingin ia dapatkan. Tapi tampaknya ke dua orangtuanya memang tidak tahu perihal penyakit Gisha.

Bisa saja ia tanyakan pada Karel, akan tetapi Reskal tidak enak. Mungkin penyakit Gisha itu sudah menjadi privasi keluarga mereka. Mengingat keluarga mereka yang tersohor.

Mungkin juga Karel akan memberitahunya suatu saat nanti. Akan tetapi rasa kepenasarannya terlalu menggebu-gebu.

Reskal memang bukan orang yang suka menunggu, ia berinisiatif untuk mencari tahu sendiri dengan usahanya.

"Sebenernya bukan itu yang Reskal maksud. Tapi gak pa-pa gak penting juga kok, Mah, Pah."

"Kalo ada masalah selalu cerita, okay?" Sarah mewanti-wanti. "Jangan terlalu overthinking, nanti kamu stress terus sakit. Mamah gak mau kamu sakit, Res."

Ini lah alasan Reskal selalu diledek anak mamih dan papih. Kedua orangtuanya sangat care dengan kesehatan fisik maupun kesehatan mental anaknya. Ya, meskipun sedikit menyebalkan diperlakukan dengan sangat protektif kadang.

"Oke, Mah. Kalo gitu Reskal mau kembali ke kamar," pamitnya.
Reskal pun keluar dari sana dengan perasaan campur aduk. Lagi-lagi ia tidak mendapat info apa-apa.

Andre memang menyebutkan satu nama. Kemungkinan besar orang itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan Reskal itu. Mungkin besok ia akan menemui orang tersebut.

Reskal menutup pintu kamarnya. Cowok itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang king size-nya.

Tangannya kemudian meraba-raba bawah bantal mencari kertas yang ia pungut tadi.

Ternyata ucapan Gisha di toilet itu benar. Ini bukan suatu keisengan belaka. Namun lebih ke teror.

Reskal tidak bisa membayangkan jika tadi Gisha yang membaca surat itu. Pasti gadis itu akan sangat shock dan makin down. Seseorang benar-benar mengincar gadis itu.

Sebenarnya Reskal tidak heran jika banyak yang membenci gadis itu dan merasa sakit hati karena ucapan Gisha.

Tapi yang mengusik Reskal di sini, peneror itu memberi kode untuk membalas dendam karena perbuatan Gisha yang luar biasa. Peneror itu meninggalkan pesan berisi ancaman.

Reskal mengusap wajahnya dan menatap langit-langit kamarnya. Ia kemudian mengurutkan kejadian-kejadian janggal yang dialami oleh Gisha akhir-akhir ini.

Pertama, seragam Gisha yang sengaja digunting. Setahu Reskal itu sih ulah salah satu teman Gisha yang punya dendam, Yola. Menurut informasi yang Reskal dapatkan, Yola terus menyangkal saat diintrogasi guru BK dan didesak untuk mengaku. Kita tidak pernah tahu gadis polos itu menipu dengan penampilannya atau tidak. Yang pasti Yola akhirnya pasrah begitu saja.

Apakah ini masuk ke dalam kategori teror?

Kedua, bom asap yang hanya menimpa kelas Gisha. Aneh, dari banyaknya kelas kenapa harus kelas gadis itu. Eksekusinya pun sangat rapi seperti sangat matang dan terencana.
Karena pihak sekolah kecolongan dan tidak bisa mengindikasikan pelaku, akhirnya keamanan SMA Heksadistira semakin diperketat.

Ketiga, kejadian di toilet kemarin yang membuat Gisha sangat histeris. Serta tulisan di kaca itu benar-benar aneh.

Gisha seolah melakukan dosa besar sehingga pelaku itu berambisi menghancurkan gadis itu sangat telak. Sampai mengincar nyawanya bahkan.

Reskal akui, ia memang punya niatan untuk menghancurkan Gisha. Tapi ia tidaklah sampai berniat membunuh gadis itu juga. Reskal hanya ingin mempermainkannya saja sampai hati Gisha hancur.

Seperti yang pernah Reskal katakan, ia tidak segan untuk berbagi kesenangan menghancurkan Gisha. Reskal tidak rela jika orang lain yang melakukan itu.

Kepenasaran Reskal ternyata lebih besar dibanding ambisinya menghancurkan Gisha. Reskal ingin mencari tahu lebih dulu siapa pelaku teror-teror itu. Serta penyakit yang diderita Gisha.

Reskal membuka kertas yang bentuknya sudah tidak karuan itu. Beruntung tulisannya masih bisa dibaca.

Cowok itu lalu membacanya dalam hati dengan detail sekali lagi.

📨📨📨
Teruntuk Gisha.

Kamu terlihat bahagia sekali ya. Dicintai banyak orang, punya sahabat yang selalu ada, dijodohkan dengan laki-laki tampan dan kaya.
Keluargamu makin jaya juga dan hidupmu pasti berjalan sangat mulus.
Tolong beritahu aku bagaimana rasanya selalu didengar oleh banyak orang. Bagaimana rasanya dipeluk ketika terluka. Bagaimana rasanya selalu dibantu orangtua menyelesaikan atau menghilangkan masalah. Dan bagaimana juga rasanya selalu dilindungi.

Menyenangkan sekali bukan?
Berbahagia di atas lolongan tangisan kehancuran seseorang yang memecah kebisuan setiap malam.
Kerusakan yang tercipta tidak bisa dibayar oleh apa pun kecuali dengan nyawamu.

Jadi berbahagialah dulu sepuasnya, tertawalah sekeras mungkin sebelum mulutmu bisu dan tak mengenal kebahagiaan lagi.

Darah harus dibayar oleh darah. Nyawa harus dibayar oleh nyawa.
Tenang sayang... Jangan takut di kegelapan ya? Aku akan selalu menemanimu sambil sesekali mengelus rambutmu perlahan, hingga kamu nyaman dengan kegelapan abadi.
📨📨📨

Kegelapan. Darah. Nyawa. Tiga momok yang membuat Reskal sangat merinding. Orang itu ternyata tahu kekurangan Gisha.

Reskal menghubungkan premis-premis itu hingga memunculkan tanda tanya besar.

Pertanyaannya, apakah Gisha pernah menghabisi nyawa seseorang dalam kegelapan secara tidak sadar sebelumnya?

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang