Sekitar lima pria berpakaian tuxedo hitam rapi menyambut kedatangan Reskal dan Gisha. Gisha menebak orang itu adalah para ajudan Fransisca yang Reskal maksud tadi.
Mereka tampak gagah dan seperti sangat terlatih. Mereka tugasnya menjaga keamanan dan keselamatan Fransisca dan mansion ini.
Jangan heran mengapa mereka sebanyak itu. Luas tanah di sini sendiri sangat luas. Bisa dikatakan tiga kali lipatnya SMA Heksadistira.
Orang-orang biasa pasti akan terheran-heran, sebenarnya keluarga besar Heksadistira itu bisnis apa.
Gisha memeluk paper bag-nya erat memasuki pintu besar yang baru saja dibuka oleh dua orang pria itu.
Reskal menggandeng tangan Gisha erat. Bisa Reskal rasakan juga tangan Gisha yang basah karena keringat dinginnya.
Reskal terus meyakinkan Gisha bahwa di dalam mansion tidak seseram seperti yang Gisha lihat dari luar. Dan benar saja rasa takut Gisha menguap entah kemana setelah masuk ke dalam.
Mata Gisha terus menelisik ke seluruh penjuru. Dominasi warna putih menghiasi interior mansion, yang mendukung gaya kolonial yang diusung.
Di setiap dinding terdapat lukisan yang ternyata adalah lukisan gambaran Alfred dan Fransisca saat muda. Mereka nyaris mirip seperti Rose dan Jack di film Titanic. Bagaimana Alfred tidak posesif? Fransisca saja cantiknya tidak manusiawi.
Mansion ini sendiri memiliki 7 kamar tidur dengan masing-masing kamar mandi private di dalamnya. Dilengkapi juga sauna, jacuzzi, perpustakaan besar, dan private lounge serta ruang media. Di halaman belakang juga terdapat kebun pribadi yang sangat luas.
"Lo gak takut lagi kan?" tanya Reskal memastikan.
Gisha mengangguk pelan. Laki-laki itu masih menggandengnya dengan posesif. Persis seperti seorang ayah yang takut putrinya hilang.
Beberapa pelayan tampak berbaris rapi menyapa Gisha dan Reskal.
Gisha menyerahkan paper bag-nya kepada salah satu pelayan. Kemudian Gisha dan Reskal digiring masuk ke dalam sebuah ruang makan.
Fransisca rupanya sudah menyiapkan semuanya secara maksimal untuk penyambutan Gisha.
Tampak seorang wanita lansia yang tampak anggun dan cantik, telah menunggu mereka. Meskipun Fransisca sudah berkeriput dan beruban, kecantikan wanita itu tak luntur sama sekali. Gisha saja sampai tak berkedip menatapnya.
Gisha yang tersadar Fransisca menelisik penampilannya dengan sinis, menunduk sedikit sebagai penghormatan. First impression, Gisha menilai Oma Reskal itu tidak ramah. Aura neneknya Reskal terkesan mengintimidasi. Membuat Gisha sedikit kurang nyaman karenannya.
Reskal melapas cekalannya pada Gisha. Cowok itu mengangkat tangan kanannya menyapa Omanya itu.
"Hai Oma, apa kabar?" Cowok itu tersenyum sangat manis.
"Oma baik. Kamu bagaimana?"
"Syukurlah kalau Oma sehat. Seperti yang Oma lihat. Aku sangat baik-baik aja hehe."
Fransisca hanya geleng-geleng kepala. Cucunya itu memang selalu ceria.
"Duduk," perintah Fransisca kepada mereka berdua.
Reskal dan Gisha pun duduk berhadapan di meja makan yang sangat luas.
Gisha mencoba santai dan bersikap berkelas di hadapan Fransisca.
"Oma, ini Gisha," ucap Reskal memperkenalkan Gisha dengan penuh semangat.
Fransisca bisa menerka, seberapa sukanya Reskal kepada Gisha. Ternyata begini bentukan wanita yang sangat dicintai oleh Reskal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESHA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] Heksanetz, akun lambe turahnya SMA Heksadistira, yang awalnya diciptakan untuk keseruan para siswa-siswi namun secara mendadak menguak rahasia terbesar Gisha yang selama ini ia tutupi. Karena berita yang tersebar di Heksanetz itu lah semua...