48

649 78 1
                                    

Jimin mengambil kunci mobilnya di dalam laci. Tak lupa ia memakai atribut penyamarannya. Waktu masih pagi, kabut pun belum hilang dari bumi namun pemuda itu sudah rapi. Ia mengendarai mobilnya menuju dorm Red Velvet, tempat di mana kekasihnya tinggal. Rencananya ia akan mengantarkan gadisnya itu ke bandara sebelum berangkat ke Singapura untuk operasi mata. Tujuannya berangkat sepagi ini tentu saja untuk menikmati waktu lebih lama dengan Seulgi sekalian untuk memberinya support mental. Jujur saja Jimin sedih kehilangan Armymya namun semua menjadi lebih baik ketika Armynya pergi dalam keadaan bahagia. Tidak ada penyesalan sedikitpun yang dilontarkannya ketika memutuskan untuk mendonorkan kornea matanya untuk Seulgi.

Jimin berhenti di sebuah toko kue yang sudah buka di pagi buta, itu toko langganannya sehingga ia bisa menjamin rasanya. Ia membeli banyak bungkus kue untuk seluruh penghuni dorm. Ia keluar dari toko kue dengan senyum merekah. Ia hanya dapat melupakan kesedihannya saat kehilangan salah satu fansnya dengan mengingat pemberiannya sebelum pergi. Ia harus menghargainya dengan selalu tersenyum. Jimin kembali melanjutkan perjalannnya.

Di sepanjang jalan Jimin tak henti-hentinya berdoa agar gadisnya itu bisa mengerti perasaannya. Sejak tadi malam Seulgi selalu merasa bersalah, padahal ini tidak ada hubungannya dengannya. Perasaannya sangat sensitif sungguh tidak dapat dimengerti. Jimin berencana menenangkannya dengan memberikan mungkin pelukan atau ciuman haha Jimin mengambil kesempatan jika begitu.

Setelah sekian lama menghalu, Jimin sampai di depan dorm Red Velvet. Kebetulan Wendy sedang merawat tanaman di halaman depan sehingga Jimin tidak perlu memencet bel dan menunggu pintu terbuka. Jujur saja setiap ia kesini para member Red Velvet butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mau membuka pintu. Sangat mengesalkan, ia tidak tahu mengapa mereka melakukan itu.

"Noona!" panggil Jimin pada Wendy. Wendy pun menengok ke arah sumber suara. Ia menepukkan kedua tangannya ke celananya setelah mengetahui itu adalah Jimin. Ia berjalan mendekat ke arah gerbang.

"Ada apa?" tanya Wendy.

"Seulgi," jawabnya.

Wendy mempersilakan Jimin masuk dengan gestur tangannya yang hanya diangguki oleh pria di depannya. Jimin melirik sekilas tanaman hasil berkebun Wendy di pagi buta ini. Yang ia tahu, Wendy akan pergi bersama Seulgi ke Singapura tapi kenapa ia masih sempat-sempatnya melakukan aktivitas ini di pagi hari. Jimin memilih menunggu di luar, rasanya kurang pantas jika ia masuk sebab hanya ada para wanita di dalam. Mesum-mesum begini Jimin masih tahu etika dan kesopanan saat bertamu. Tak lama Wendy keluar namun hanya seorang diri.

Jimin memasang wajah bertanya 'di mana Seulgi' pada Wendy. Wendy menghela nafas.

"Dari semalam Seulgi diam saja. Aku tidak tahu harus bagaimana, sekarang ia tidak mau membuka matanya walaupun sudah kubangunkan dengan segala cara," kata Wendy. Jimin tampak berpikir sejenak.

"Bolehkah aku masuk?" tanya Jimin penuh keberanian. Entah sejak kapan ia mengumpulkan keberanian itu tetapi wajahnya terlihat mantap.

"Kau mau apa?" tanya Wendy.

"Bolehkah aku melihat Seulgi?" tanya Jimin. Wendy memincingkan matanya.

"Oke, noona boleh ikut," kata Jimin.

Tak ada pilihan lain, Wendy memperbolehkan Jimin masuk. Jimin adalah laki-laki bukan SM pertama yang memasuki dorm mereka, sehingga Wendy tampak ragu-ragu namun melihat tatapan Jimin yang tampak khawatir dengan kekasihnya, Wendy melunak.

Wendy membawa pria itu ke dalam sebuah kamar yang cukup terang, karena meskipun buta, Seulgi kadang masih bisa merasakan terang di sekitarnya yang menandakan sarafnya masih bisa berfungsi dan memungkinkan untuk melakukan operasi donor kornea mata. Jimin memandang punggung ramping gadis yang tengah terdiam di atas tempat tidurnya itu. Dengan langkah pelan, pria itu mendekatinya dan sengaja duduk bersimpuh di hadapannya. Seulgi yang sudah mengetahui siapa orang itu dari aromanya langsung menghela nafasnya.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang