108

828 90 21
                                    

Terasa sepi, itulah yang Seulgi rasakan saat ini. Sudah seminggu sejak kejadian itu, belum satu katapun keluar dari bibir Jimin untuk dirinya. Apakah pria itu masih marah padanya atau justru ia menyangka Seulgilah yang marah padanya. Memahami Jimin terlalu rumit untuk Seulgi. Sebenarnya Seulgi tahu jika Jimin hanya mencintainya dan menginginkan wanita itu untuk terus bersamanya, Seulgi tahu itu seratus persen.

"Noona, mereka sudah tidur," ucap seorang lelaki muda. Ah, Seulgi lupa jika di rumah mereka sekarang ada sepupunya, seorang perawat. Masih sangat muda, namun ia cukup telaten.

"Ah gomawo," ucap Seulgi. Seulgi tersenyum geli. Ia masih tak menyangka jika sepupunya itu mau menjadi pengasuh bayi, seorang lelaki muda. Tapi yasudahlah, mungkin dia menyukai anak kecil.

Seulgi membuka tirai jendelanya. Pemandangan siang hari yang cerah. Ia menimang-nimang ponsel dalam genggamannya bingung akankah harus menghubungi Jimin terlebih dahulu atau tidak. Sejujurnya tinggal dalam satu rumah terlebih sering tidur bersama membuat Seulgi tidak betah jika harus saling bungkam dan tidak menyapa seperti ini. Seulgi harus menghilang egonya. Ia harus menjadi wanita yang bijak. Jika satu pihak panas maka pihak lain harus mendinginkan agar keduanya bisa saling melebur kembali, bukankah begitu, pikir Seulgi.

Wanita itu menunggu teleponnya terhubung sambil berjalan mengitari balkonnya. Mengapa rasanya lebih gugup daripada saat awal mereka pendekatan. Apa mereka sedang mengulang masa pendekatan itu, ah jangan sampai. Terlalu banyak luka yang timbul saat itu, bahkan Seulgi tidak ingin mengingatnya.

"Yeobeoseyo?" sapa Jimin di seberang sana. Seulgi memekik tertahan sambil menjauhkan ponselnya dari wajahnya. Menetralkan degupan yang luar biasa. Ia mengambil oksigen sebanyak-banyaknya sebelum kembali ke panggilan.

"Tidak ada orang ya? Aku tutup," lanjutnya.

"Yeobeose-yo..." jawab Seulgi namun terlambat karena pria itu lebih dulu mematikan ponsel. Seulgi mengerucutkan bibirnya. Ia bisa saja menangis karena hal ini, namun ini tidak lucu. Padahal Seulgi hanya ingin bertanya Jimin di mana, sedang apa, bersama siapa, itu saja, mengapa sulit sekali. Tak putus asa, Seulgi kembali mendial nomor Jimin. Kali ini ia harus cepat agar pria itu tidak menutup telponnya sepihak lagi. Biasanya selama apapun, Jimin akan menunggunya. Namun, tadi baru beberapa detik saja, ia sudah menutupnya begitu saja, terlihat sekali bukan jika Jimin masih marah padanya.

"Yeoboseyo?" sapa seseroang di seberang sana. Kali ini Seulgi ingin cepat menjawab namun suara berbeda dari ujung sana membuatnya urung.

"Taehyung-ssi?" tanya Seulgi memastikan.

"Ne, naya," jawab Taehyung.

"Eo...di mana Jimin?" tanya Seulgi.

"Kami sedang berlatih untuk konser sehingga Jimin pasti akan lebih sibuk," jelas Taehyung.

"Benarkah? Mengapa ia tidak bercerita padaku kalau mau konser?" tanya Seulgi.

"Eumm untuk itu aku tidak tahu pasti. Tetapi, akhir-akhir ini Jimin memang lebih fokus daripada sebelumnya," jelas Taehyung.

"Eum Taehyung-ssi,"

"Ne?"

"Jika aku berkunjung, tak masalah, kan?" tanya Seulgi.

"N-ne? Oh ne," jawab Taehyung.

Seulgi tersenyum lebar mendapat lampu hijau dari Taehyung. Segera saja ia bersiap menuju gedung Hybe untuk menemui Jimin. Tak perlu terlalu repot, Seulgi hanya memakai celana pendek juga kaos hitam membuatnya terlihat lebih menawan.

 Tak perlu terlalu repot, Seulgi hanya memakai celana pendek juga kaos hitam membuatnya terlihat lebih menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang