86

724 84 16
                                    

Tubuh kecil itu menari dengan lincah di depan cermin. Nafasnya terengah-engah seiring dengan keringat yang mulai deras membanjiri dahi dan lehernya. Kemudian ia melangkah ke tepi ruangan saat alarmnya berbunyi. Gadis itu membersihkan peluhnya dengan handuk kecil yang dibawanya lalu menenggak air sebotol hingga tandas.

Senyum lebar terukir di bibirnya tatkala ponselnya berbunyi menadakan sebuah pesan manis masuk. Dengan cekatan gadis itu segera membereskan barangnya dan melesat meninggalkan practice room.

Akhirnya, setelah sekian lama tidak bertemu, ia dapat berjumpa dengan pria tampan yang berhasil merebut hatinya itu.

"Irene-ssi, kau tampak bersemangat sekali," tegur seorang karyawan ketika Irene melewatinya.

"Benarkah? Terlihat sekali?" tanya Irene.

"Ne, sepertinya matahari kalah cerah dengan senyummu," balasnya.

"Hahaha, tentu saja tidak. Naega meonjeo galgeyo (aku duluan)," pamit Irene pada karyawan itu.

"Ne, hati-hati," balasnya.

Irene tersenyum melihat seorang pria di seberang sana berdiri sambil berusaha menyembunyikan setangkai mawar merah yang dipegangnya.

"Babo," gumam Irene sambil tertawa pelan menyaksikan tingkah Jin yang cukup absurd. Ia berusaha menyembunyikannya padahal Irene dari seberang jalan melihatnya dengan jelas.

"Geurae, aku hanya harus pura-pura kaget saja kan nanti," kata Irene.

Jin tersenyum dan melambaikan tangannya pada Irene ketika ia mendongakan kepalanya dan langsung mendapati gadis cantik itu di sana.

"Gidaryeo," ucap Jin dengan gerak mulut saja karena percuma Irene tidak akan mendengarnya. Sepertinya Irene paham karena ia mengangguk setelah itu.

Jin menengok ke kanan dan ke kiri karena jalan yang hendak disebranginya cukup ramai dan tergolong besar. Ia mengisyaratkan pada Irene untuk bersabar menunggunya. Gadis itu terus mengangguk dan tersenyum. Hati Jin menghangat melihat senyumnya sebelum raut wajah gadis itu berubah bersamaan dengan tangannya tang terulur ke depan seperti menyuruh seseorang untuk berhenti. Namun Irene terlambat karena tubuh pemuda Kim itu sudah terpental sejauh dua meter di depan sebuah mobil van hitam yang baru saja melewati jalan raya itu.

"Jin!!!" teriak Irene sambil berlari berusaha melawan arus lalu lintas hingga beberapa kali dirinya hampir tertabrak hanya untuk menghampiri tubuh kurus tinggi yang tengah terkulai lemah dengan darah mengalir deras dari kepalanya. Irene segera bersimpuh dan memeluk kepala Jin yang sudah menutup matanya rapat, dipastikan ia sudah tidak sadarkan diri. Irene menangis histeris meminta pertolongan pada orang-orang yang mengerubung idola ternama itu.

"Jin, ireona," panggil Irene.

"Jebal dowajuseyo (tolong bantu aku)," pinta Irene.

Suasana semakin ramai karena orang di sekitar tempat kejadian berhasil menangkap pelaku yang mendorong Jin ke jalan raya. Namun, Irene tidak memedulikan apapun kecuali Jin yang terbaring lemah dengan darah yang cukup mengerikan karena mengalir tiada henti. Beruntung ambulans segera datang dan mengangkut Jin menuju rumah sakit. Dengan tangis yang tak kunjung berhenti, sebagai satu-satunya orang yang dikenal korban di sana, Irene turut menemani Jin.

Irene terus menggenggam tangan dingin Jin yang juga sudah berlumuran darah dari kepalanya. Tubuh Irene sudah bergetar hebat apalagi sejak tadi Jin sama sekali tidak bergerak. Matanya tertutup rapat. Bibir pemuda yang tersenyum beberapa menit lalu kini tergantikan dengan bibir yang tertutup rapat.

"Jin ireona," lirih Irene.

-------

"Seulgi-ah, bayangkan kalau nanti bayi kita sudah lahir, kita harus merawat dua sekaligus," ucap Jimin.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang