92

759 89 12
                                    

Irene berjalan lunglai menuju ruangan kekasihnya itu. Kim Seokjin, satu nama yang berhasil meruntuhkan pertahanannya. Ia membuka pintu ruangan yang sepi dan dingin itu. Tak ada suara satupun, tak ada manusia di sini, hanya ada dia dan Seokjin yang terbujur kaku.

Dengan pelan Irene mendekat padanya. Melihat tubuh panjang yang tertutup kain putih itu berhasil membuatnya mengeluarkan air mata. Langkah Irene terhenti, perasaannya goyah, ia ingin kembali namun Jin seakan memanggilnya untuk mendekat.

"Seokjin-ah, ireona," lirih Irene. Ia segera menghapus air matanya. Didekatinya tubuh Jin yang dingin itu. Irene menatap wajah Jin yang masih sangat tampan itu. Ia teringat senyum terakhirnya juga caranya menyembunyikan mawar di balik punggungnya.

"Aku belum menerima mawarmu dan tidak akan pernah menerimanya," ucap Irene. Ia menyentuh telapak tangan dingin Jin dan menempelkannya di wajahnya yang basah. Irene mencium punggung tangan Jin dan menangis di sana.

Irene beranjak memeluk tubuh Jin yang terbaring. Meletakkan kepalanya di atas dada pria itu. Rasanya berbeda, tidak ada rasa berbunga-bunga seperti ketika Jin memeluknya sendiri. Tidak ada senyuman dan kecupan pria itu di kepalanya. Tetapi sampai sekarang pun Irene masih nyaman dengan Jin.

------

"Bagaimana keadaan Jungkook sekarang?" tanya Suga pada Taehyung yang berada di samping Jungkook yang tengah terbaring menutup matanya. Bekas air mata terlihat jelas di wajahnya. Suga menyisir rambut Jungkook dengan tangannya.

"Dia sesak nafas juga tadi, sehingga harus memakai bantuan tabung oksigen tadi. Jungkook sangat kacau. Aku juga khawatir padanya," kata Taehyung.

"Jin hyung," lirih Jungkook.

"Hyung hiks hyung," isakannya semakin kencang.

"Jungkook-ah tenang, nanti dadamu sesak lagi," ucap Taehyung.

"Hyung, Jin-hyung masih hidup kan? Ne? Masih kan? Hyung!" bentak Jungkook. Taehyung hanya diam. Ia tahu bagaimana perasaan Jungkook. Jin adalah hyung yang merawatnya paling baik selama ini. Tentu saja Jungkook merasa sangat kehilangan. Taehyung pun sama, meskipun ia kerap berebut visual dengan Jin namun jauh di lubuk hatinya ia mengakui bahwa Jin lebih segalanya darinya. Ia menyayangi Jin lebih dari yang pemuda itu tahu.

Jungkook membaringkan tubuhnya kembali dengan lunglai. Ia mengatur nafasnya yang tidak terkendali. Ia memejamkan matanya sebentar lalu membukanya. Tepat ketika ia membuka mata, brankar Jin didorong keluar dari ruangan sebelumnya.

"Jin hyung!" panggil Jungkook. Pemuda itu kembali tidak stabil dan nyaris mengamuk. Jungkook adalah orang paling shock di sini. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan. Jin hyungnya pergi di hari ulang tahunnya. Ulang tahun ke-23 nya menjadi hari ulang tahun paling buruk yang pernah ia lalui.

Taehyung menahan tubuh Jungkook. Cukup mudah bagi Taehyung karena maknaenya ini sangat lemah sekarang. Jungkook mencengkram kerah Taehyung semakin dekat pada wajahnya. Taehyung terdiam mendapat perlakuan itu dari Jungkook namun ia memakluminya. Mungkin Jungkook marah padanya karena menahan tubuhnya yang lemah.

"Aku tidak akan membiarkan Jin hyung pergi," ucap Jungkook dengan penekanan pada setiap katanya.

Wajah Taehyung yang ditatapnya saat ini dengan tajam perlahan memudar berganti dengan wajah seseorang yang Jungkook kenal. Mengapa wajah Taehyung berubah menjadi seorang gadis? Tangannya masih mencengkram kerahnya kuat.

"Jungkook-ssi uhuk uhuk," ucap orang tersebut sambil terbatuk saking kencang Jungkook menarik kerahnya. Jungkook terkejut karena orang yang berada di hadapannya ini bukanlah Taehyung seperti sebelumya melainkan seorang gadis yang ia kenal.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang