59

653 83 4
                                    

"Wendy-ah kajja kita makan tteokpokki sambil minum, aku yang traktir," ajak Seulgi sambil bersandar di ambang pintu kamar Wendy. Wendy yang sedang tengkurap sambil mendengarkan lagu itu sontak mencabut earphonenya.

"Heol, sedang banyak uang kau?" tanya Wendy.

"Haha pastilah, aku juga sedang bosan," jawab Seulgi.

"Arraseo, makan di kedai mana?" tanya Wendy.

"Eumm Itaewon?" tanya Seulgi.

"Wah Kang Seulgi, kau benar-benar sedang kaya sekarang," ledek Wendy.

"Berhentilah berbicara omong kosong Son Seungwan, segeralah bersiap, kau menyetir," final Seulgi. Wendy hanya memandang kepergian Seulgi dari kamarnya dengan tampang tidak terima. Apa apaan ia disuruh menyetir.

.

"Pemandangan malam sangat indah Seulgi-ah, seharusnya kita membawa kamera tadi," kata Wendy sambil menyetir.

"Eottae, Seulgi-ah?" tanya Wendy meminta pendapat gadis yang berada di sampingnya itu.

"Seulgi!" panggil Wendy. Wendy melongo tatkala menemukan Seulgi sudah tenggelam ke alam mimpinya. Ia bahkan sudah tidur dengan mulut terbuka.

"Yang benar saja Kang Seulgi," gumam Wendy.

Tak lama mereka sudah sampai ke kawasan yang penuh dengan pertokoan di Itaewon. Seperti biasa, tempat ini selalu ramai karena banyak sekali turis mancanegara juga. Itaewon sudah terkenal sebagai kawasan elite nan ramai bahkan sampai ke luar negeri.

"Seulgi-ah kajja," ajak Wendy karena Seulgi berjalan terlalu lambat.

"Pelan-pelan Wendy-ah aku lelah sekali," kesal Seulgi.

"Kau bilang ingin makan tteokpokki di Itaewon, sekarang kita sudah sampai," balas Wendy tak kalah kesal.

"Pelan-pelan saja, aku seperti dikejar anjing saja," kata Seulgi sambil memegangi pinggangnya yang katanya pegal.

"Mwoya igeo!" pekik Seulgi sambil menunjuk deretan penjual boneka hewan yang memiliki lampu di bagian telinganya.

"Akk neomu kyeopa," Seulgi menghampiri penjual boneka dengan langkah yang terburu-buru.

"Seulgi-ah pelan-pelan," omel Wendy.

"Ya, neomu kiyeowo," kata Seulgi sambil menunjukkan sebuah boneka kelinci.

"Bukankah kau suka beruang?" tanya Wendy.

"Aku sedang suka kelinci. Lihatlah beruang itu jelek, dekil sekali," kata Seulgi sambil memasang wajah jijik.

"Tetapi itu mirip kau," balas Wendy.

"Sialan kau," kesal Seulgi.

"Kau mau membelinya?" tanya Wendy.

"Tentu saja," balas Seulgi sambil memeluk erat boneka kelici berlampu itu.

Selepas membeli boneka kelinci berukuran 40 cm itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju kedai tteokpokki yang juga menjual berbagai macam alkohol seperti soju bahkan wine.

"Kita duduk di dekat jendela saja," ajak Wendy. Bagaimanapun juga mereka harus menjaga privasi. Sudah hal biasa jika fans mengenali mereka hingga kadang meminta tanda tangan, namun mengumbar diri di depan publik tetap saja dilarang.

"Bagaimana nyaman? Masih bosan?" tanya Wendy.

"Masih, malah semakin bosan," jawab Seulgi sambil mengelus boneka kelincinya.

"Sedikit aneh, karena kau tadi tampak lelah dan malas namun setelah melihat boneka kelinci kau menjadi bersemangat," heran Wendy.

"Karena kelinci itu imut. Aku ingin punya anak kelinci," jawab Seulgi.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang