65

766 85 3
                                    

Seulgi terdiam dengan tubuh menegang sejak Jimin, pria yang sedang tertidur dengan tangan yang memeluknya erat itu mengatakan kalimat yang menggetarkan hatinya. Seulgi tidak bisa berekspresi apapun selain hanya diam. Gadis itu kini hanya memandang langit-langit kamar Jimin dengan tangan yang bertautan dan saling meremat satu sama lain. Lambat laun tangan Jimin mengendur dan nafasnya terdengar sangat berat dan panas. Kepala Seulgi yang berada di dada pria itu dapat merasakan hangatnya nafas Jimin yang berhembus di wajahnya. Seulgi mendongakkan kepalanya sedikit dengan wajah takut-takut. Jimin masih tampak tertidur dengan tenang namun nafanya sangat panas dan bersuara. Seulgi menggerakkan tubuhnya perlahan hingga bebas dari kungkungan Jimin. Gadis itu menyentuh jidat Jimin dan membandingakan dengan suhu tubuhnya. Lalu dalam beberapa detik kemudian ia sudah melesat ke luar dan kembali dengan sebaskom air dan handuk kecil.

Dengan telaten Seulgi meletakkan handuk itu di atas dahi Jimin dan menekannya lembut. Seulgi tersenyum memandang wajah tampan Jimin saat sedang tidur. Dia sudah banyak berubah sejak debut, dia pasti diet habis-habisan hingga bisa menjadi setampan ini, batin Seulgi. Setelah dirasa cukup, Seulgi keluar menuju dapur. Ia sedikit-sedikit tahulah cara membuat bubur untuk orang sakit. Gadis itu sangat sibuk dengan kegiatannya hingga tak sadar seorang pria tengah mengintainya dengan senyuman lebar di ambang pintu.

"Mwohae?" tanyanya.

"Aaa!" pekik Seulgi saat ia membalikkan tubuhnya dan melihat Jimin memakai kemeja yang tidak dikancingkan dari atas hingga bawah. Jimin menggaruk rambutnya bingung.

"Baru pertama kali melihat?" tanya Jimin.

"Mau berapa kalipun tetap saja kau harus sopan saat ada tamu," kata Seulgi masih menutup matanya. Jimin terkekeh gemas lalu menarik tangan Seulgi yang menutup matanya hingga terbuka. Seulgi hanya terus mendongak menatap wajah Jimin dengan wajah takut.

"Kiyowo," kata Jimin sambil mencolek dagu Seulgi.

"Aku penasaran, kau pacar siapa hingga sampai segemas ini?"tanya Jimin bermaksud menggoda Seulgi.

" Aku tidak punya pacar," jawab Seulgi.

"Jjinjja?"tanya Jimin. Pria itu malah semakin menggoda Seulgi. Ia berjalan mendekat ke arah Seulgi, semakin dekat hingga tak ada jarak lagi di antara mereka. Seulgi masih tak gentarterus menatap mata Jimin dan menguatkan dirinya sendiri kalau ia tidak takut lagi dengan pria Park ini. Jimin tersenyum menang ketika tubuh Seulgi sudah menyentuh kulkas, tak ada lagi tempatnya untuk lari. Jimin meletakkan kedua tangannya di kedua sisi kepala gadis itu mengungkungnya dengan senyuman nakal. Tak seperti perkiraan Jimin, Seulgi malah mendongakkan wajahnya. Gadis itu berjalan selangkah hingga punggungnya tak menempel pada pintu kulkas lagi. Tanganya terangkat menuju kemeja Jimin yang terbuka kemudian mengancingkannya satu persatu.

"Teman-temanmu akan berpikir yang tidak-tidak kalau kau berpakaian seperti tadi," kata Seulgi dengan nada kelewat santai. Kemudian ia merendahkan tubuhnya untuk keluar dari kungkungan Jimin.

"Buburnya hampir dingin, makanlah," perintah Seulgi. Gadis itu lalu mencuci tangannya dan berjalan keluar dari dapur. Jimin duduk di meja makan menyantap bubur buatan Seulgi. Seulgi memasuki kamar Jimin dan keluar membawa tasnya. Jimin membelalakan matanya tatkala Seulgi sudah mencapai pintu. Pria itu berlari sekencang-kencangnya hingga berhasil menutup kembali pintu yang hampir terbuka.

"Mianhae," kata Jimin membuat Seulgi mengangkat wajahnya.

"Jika kau percaya padaku, gajima" ucap Jimin terdengar putus asa. Seulgi tersenyum melihat wajah Jimin yang tampak sangat menggemaskan. Seulgi menyentuh rambut Jimin dan mengacaknya gemas. Seulgi menarik pundak Jimin mendekat padanya kemudian mengecup bibirnya sekilas.

"Cepat sembuh," ucap Seulgi kemudian meninggalkan Jimin yang sedang mencerna kejadian barusan. Beberapa detik kemudian pria itu melompat kegirangan hingga lupa jika ia sedang sakit.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang