77

726 90 7
                                    

Suga mengeluarkan kacamatan hitam dari saku jaketnya dan memakainya di depan Wendy. Gadis dengan rok panjang dan kemeja kotak-kotak itu menatap pemuda Min itu dengan tatapan jijik.

"Ehem, kalau mau menumpang diharap cepat," ucap Suga sambil berjalan mendahului Wendy.

"Ini juga karena Seulgi," balas Wendy.

Seolah tidak mendengarkan kata-kata Wendy Suga segera saja memasuki mobilnya.

"Jadi tidak menumpangnya?" tanya Suga.

"Tidak perlu, aku bisa naik taksi," jawab Wendy ketus. Gadis itu segera membuka ponselnya membuat Suga kalang kabut. Dia jujur hanya bercanda untuk menambah rasa percaya dirinya.

"Yayaya andwae!" ucap Suga cepat.

"Pergi saja tidak usah banya bicara," perintah Wendy.

"Jangan baboya," Suga merebut ponsel Wendy dan menyimpannya di kantong celananya.

"Kembalikan!" teriak Wendy kesal.

"Ambil sendiri," kata Suga enteng. Mana mungkin Wendy mau mengambil benda itu di kantong celana Suga, kalau ia masih punya malu.

"Serius?" tanya Wendy. Suga mengangguk dengan wajah luar biasa menyebalkan bagi Wendy.

"Jangan menuduhku melakukan pelecehan setelah ini," tuding Wendy. Suga menggelengkan kepalanya.

"Tergantung bagaimana," jawab Suga.

"Cepat serahkan ssaekkiya!" maki Wendy.

"Ya neo!" tuding Suga dengan jari telunjuknya di hadapan Wendy. Meskipun dengan nada bercanda tetapi Wendy menjadi kesal betulan pada pria itu.

"Kau pikir kita sudah akrab atau apa sehingga seenaknya kau memakiku?", tanya Suga.

" Geurae, kita tidak akrab jadi tolong perlakukan orang lain dengan baik," jawab Wendy.

"Arraseo," final Suga yang kemudian menggandeng tangan Wendy untuk memasuki mobilnya. Wendy memandang tangannya yang digandeng seenaknya dengan pandangan tidak suka. Gadis itu menghempaskan tangannya kuat, membuka pintu mobil kasar dan duduk di sana dengan wajah ditekuk.

"Kenapa dia yang malah menjadi galak," gumam Suga.

Suga sudah duduk di belakang kemudi, siap siap menancap gas, perkataan Wendy malah mengagetkannya.

"Ya kembalikan ponselku," pinta Wendy tegas sambil mengulurkan tangannya. Suga menatap telapak tangan Wendy yang terulur. Pria itu merogoh sesuatu dari saku celananya dan menaruhnya di telapak tangan putih gadis Son itu.

"Sebelum aku menjambak rambutmu, kembalikan," ancam Wendy.

"Permen lolipop itu sebagai pengusir rasa bosanmu sementara. Akan kukembalikan kalau sudah bosan," jawab Suga. Wendy mengeluarkan tatapan tidak terimanya, gadis itu bersiap untuk protes namun dering ponsel mengalihkan perhatiannya.

"Ada yang menelpon," ucap Wendy.

"Aku tahu, benda ini bergetar di kantongku," balas Suga.

"Serahkan padaku," pinta Wendy.

"Shireo (tidak mau)," jawab Suga.

"Min Yoongi! Itu telepon penting," bentak Wendy. Karena wajah Wendy yang sudah seperti hampir menangis, Suga tidak tega dan mengembalikan benda pipih berwarna hitam itu pada sang pemilik. Dengan wajah kesal, Wendy mengangkat teleponnya.

"Eo, oppa," kata Wendy membuat Suga reflek menengok padanya. Siapa pula itu oppa, genit sekali, batin Suga. Gadis itu terlihat sangat santai dan akrab dengan oppa yang ada di telepon. Suga merasa sedikit tidak senang. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Wendy, "Wendy-ah ppalli, katanya ingin membeli es krim dan pergi ke sungai Han berdua," teriak Suga dengan wajah puas.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang