Jaeyong menuntun tas beratnya di pundak kurusnya. Setelah turun dari bus, ia bergegas melangkahkan kakinya menuju gedung latihan untuk para trainee Bighit Entertainment. Meskipun ia lelah setelah seharian belajar sebagai siswa, kini ia dihadapkan pada jadwal latihan yang tidak terhitung sebentar. Sungguh rasanya tulangnya mau rontok. Namun mengingat pelatih koreografi tempatnya berlatih itu sangat ramah dan menenangkan, ia berusaha melupakan segala keluh kesahnya. Sepanjang perjalanan, pemuda itu berulang kali mengecek ponselnya barangkali ia mendapat pesan dari Joy, member Red Velvet selain Seulgi yang ia kenal. Meskipun tak sedekat dengan Seulgi, Jaeyong kerap kali menyapa sehingga Joy tak melupakannya. Jujur saja ia sangat khawatir namun senang bukan kepalang mendengar berita Seulgi telah mendapat donor mata yang sesuai dengannya.
Tak ada tanda-tanda ponselnya berbunyi, pemuda itu melanjutkan perjalannya ke arah gedung yang sudah terlihat papan namanya itu. Ia tersenyum mengingat seharusnya Seulgi sudah selesai dioperasi hari ini. Namun, langkah kaki jenjangnya dihentikan oleh sepasang kaki kurus milik seorang gadis yang berdiri tegap di depannya.
"Heejin noona," panggil Jaeyong.
"Kau mau berlatih?" tanya Heejin yang diangguki Jaeyong.
"Eumm noona kenapa bisa sampai sini? Ini bukan jalan pulang noona," heran Jaeyong. Gadis itu malah tersenyum lebar seraya menggandeng telapak tangan pemuda yang tengah kebingungan itu. Jaeyong menatap tangannya yang tergenggam. Ia sedikit tidak nyaman namun tidak berani juga untuk membelit. Jadi ia membiarkan Heejin melakukan apa yang ia mau. Lagipula statusnya masih trainee bukan idola.
"Mari bicara sebentar," tarik Heejin ke arah taman kecil di depan gedung Bighit. Oh my, tempat ini cukup terbuka. Kadang Jaeyong kagum atas keberanian Heejin kadang juga ia merinding dengan itu. Heejin melepaskan tautan tangan mereka. Jaeyong menatap polos gadis di depannya yang sedang mengorek-ngorek ranselnya dengan bibir mengerucut dan mata menyipit. Rambut ekor kudaya ikut terbang terbawa angin hingga terlihat seperti mencambuk wajahnya. Jaeyong ingin tertawa dibuatnya.
Tak lama gadis itu berhasil mengeluarkan setangkai bunga mawar yang sudah sedikit robek dan layu karena dimasukkan ke dalam tas. Jaeyong taksir sudah sekitar dua jam di sana. Heejin melemparkan tasnya ke atas sebuah pot bunga besar di sampingnya. Ia membetulkan tata rambut kuncir kuda dengan poni di jidatnya menampilkan wajah cantiknya. Ia menyodorkan bunga mawar merah yang sedikit layu itu pada pemuda di depannya. Ia mendongak mantap menatap Jaeyong yang lebih tinggi darinya itu. Jaeyong tersentak hingga bibirnya terkatup sempurna dengan sorot mata terkejut.
"Mwoeyo?" tanya Jaeyong hati-hati.
"Johahae, neo," jawab Heejin.
"L-lalu?" tanya Jaeyong. Ia pintar dalam hal pelajaran namun dungu dalam percintaan.
"Maukah kau menjadi pacarku?" tanya Heejin dengan senyum merekah. Ia tak terlihat gugup sedikitpun malah sebaliknya Jaeyong yang gugup setengah mati. Heejin terlihat gembira dengan senyum lebarnya.
"Mianhaeyo," ucap Jaeyong pelan membuat raut wajah ceria gadis itu surut perlahan lahan tergantikan dengan sebuah senyuman kecut.
"Wae? Karena aku tidak cantik?" tanya Heejin. Heejin memang tidak terlalu cantik, tetapi dia cukup manis dan berwajah tegas. Jaeyong buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Noona cantik sekali," balas Jaeyong.
"Geureom wae? Karena bungaku jelek? Aku bisa memetikkanmu bunga berduri sekalipun sekarang," kata Heejin lagi.
"Aniyo, noona kau mungkin tidak mengerti. Tetapi, aku laki-laki yang tidak bisa kau kencani," ucap Jaeyong.
"Wae?" untuk kesekian kalinya Heejin menanyakan alasan Jaeyong menolaknya. Namun, pemuda di depannya malah memberinya senyuman getir bukannya jawaban yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Bear | Jimin X Seulgi
Fiksi PenggemarIn the beginning, their relationship is just a rumor. I can't understand you anymore - Kang Seulgi It's hard for me - Park Jimin Should I give up - Kang Seulgi But I still want you - Park Jimin In fact they can't love each other But we still don't...