81

777 88 4
                                    

"Wae? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Seulgi curiga sebab sejak awal bertemu, Jimin tidak berhenti memandanginya.

"Wae ireokhe yeppeo? Wae? (Kenapa cantik seperti ini?)," tanya Jimin lembut sambil tersenyum manis. Ia menumpukan tangannya pada punggung sofa dan memiringkan tubuhnya menghadap Seulgi. Seulgi menahan senyumnya yang terus mengembang.

"Kalau hanya ingin membual silakan pergi tuan Park yang terhormat," balas Seulgi. Jimin tidak tahu saja kalau Seulgi ingin melompat hanya karena pujian dari pria itu.

"Sirheo. Aku bosan memandang enam pria setiap harinya, di sini aku bisa memandang seorang bidadari yang sangat cantik," ucap Jimin.

"Kalau aku tidak cantik, kau tidak menemuiku kalau begitu?" tanya Seulgi.

"Memang kapan kau tidak cantik?" tanya Jimin balik.

"Oh jadi sekarang kau mengaku kan? Dulu kau sangat membenciku. Berusaha menghindariku hingga bersikap ketus padaku, kau tak ingat? Padaha rumor kita asalnya darimu. Kau yang lebih dulu menatapku, karena apa? Karena aku cantik kan?" cecar Seulgi. Jimin gemas dengan sikap Seulgi barusan. Pipi gembulnya yang bergerak karena ucapannya yang terlampau bertenaga tampak menggemaskan. Jimin mencubit pipi Seulgi keras membuat empunya mengaduh.

"Geuraeeee yeppeo. Kenapa kau sangat cantik? Kau punya pesona yang berbeda dari kebanyakan artis perempuan yang kulihat sehingga aku terus memperhatikanmu," kata Jimin.

"Apa yang berbeda dariku sehingga membuat seorang Park Jimin Bantan Seonyeondan tertarik?" tanya Seulgi menantang.

"Saat itu aku belum menyukaimu tetapi aku mengagumimu. Bukan sikapmu sih tetapi...," perkataan Jimin terjeda membuat Seulgi penasaran. Wanita itu mengerutkan keningnya ketika wajah Jimin mendadak aneh untuknya.

"Tetapi apa?" tanya Seulgi.

"Ya...eumm kau tahu aku laki-laki. Eumm menurutku kau sangat ramping dan kecil membuatmu tidak tampak pendek meskipun sebenarnya pendek. Kau cantik dari ujung rambut sampai kaki. Jujur aku sebagai laki-laki melihatmu saat itu sebagai gadis yang indah," jelas Jimin. Ia sedikit kikuk pasalnya ia terdengar seperti orang mesum barusan.

"Ya byeontae!!! (mesum), apa kau memperhatikan..." kaget Seulgi lalu menyilangkan tangannya di depan dada. Jimin buru-buru mengambil tangan Seulgi sambil terkekeh.

"Aniya aku tidak semesum itu meskipun pernah," jawabnya.

"Ya! Park Jimin kita adalah idol yang tidak saling kenal saat itu. Aku tidak menyangka kau seperti itu," protes Seulgi.

"Haha aniya, menurutku jarang menemukan gadis yang cantik dari pangkal sampai ujung, bahkan ketika menari jarimu bergerak dengan cantik. Aku juga penari tetapi kurasa gadis sepertimu sangat berkharisma," jelas Jimin.

"Aku seharusnya sudah memukulmu karena menatap tubuhku seperti itu dulu, tetapi kau sunbaeku!" kesal Seulgi.

"Aniya, aku suamimu bukan sunbae," ralat Jimin. Pipi Seulgi memanas sekarang, hanya karena gombalan receh Park Jimin.

"Sudah makan?" tanya Seulgi untuk menetralisir suasana. Jimin menggelengkan kepalanya.

"Baegopa (lapar) meogo sipda (mau makan)" kata Jimin.

"Aku punya ramyeon," ucap Seulgi.

"Ck, makan ramyeon terus tidak sehat. Aku tahu di dekat sini ada sebuah restoran kecil, mari makan di sana," ajak Jimin sambil mengulurkan tangannya di depan wajah Seulgi. Bukannya membalas, ia malah terdiam mendongakkan kepalanya pada Jimin yang berdiri.

"Kenapa?" tanya Jimin heran.

"Aku tidak mau berjalan sendiri. Maukah....kau menggendongku?" tanya Seulgi pelan. Ia sedikit takut meminta hal seperti ini. Jimin pasti lelah setelah beraktivitas banyak.

Winter Bear | Jimin X SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang