-Masa depan-

4.3K 139 15
                                    

Kinan masih terus menangis, padahal proses pemakaman Sintia sudah selesai. Kenapa semua nya bisa terjadi seperti ini, menurut Kinan semuanya berlalu begitu cepat andai saja dia bisa memutar waktu mungkin dia akan membiarkan Sintia pergi, tapi ini adalah takdir yang telah diberikan Tuhan untuk nya.

"Nan-- udah sabar." lirih Nadia sambil mengendong bayi laki-laki. Ya Nadia dan Juan mereka memutuskan untuk menikah muda satu tahun yang lalu bahkan resepsi pernikahan mereka di adakan di ruangan Aldo, karena Juan yakin kalau Aldo bisa mendengar walaupun dia tidak bisa melihat.

Dan ternyata satu bulan setelah pernikahan nya Nadia hamil, padahal kata Juan dia melakukan nya satu kali waktu malam pertama.

Kinan menatap ibu dan ayah nya Sintia yang masih menangis, Kinan tahu seberapa hancur nya mereka sekarang apalagi Sintia satu-satu nya anak perempuan di keluarga mereka jadi apapun yang Sintia mau pasti mereka akan turuti bukti nya dulu walaupun ternyata rencana nya gagal.

Kinan berjongkok mengusap lembut bahu Desy."Tante, yang sabar Sintia pasti sedih kalau liat tante kaya gini." lirih Kinan.

"Saya sudah mencarinya tapi tidak ketemu, tapi ketemu dia sudah dalam keadaan tidak bernyawa." ucap Desy.

"Tante, Sintia udah punya anak."

"Saya tau, saya akan membawa cucu saya." lirih Desy.

Kinan menggeleng."Saya bakal jagain anak Sintia, mulai sekarang dia jadi anak saya." ucap Kinan.

"Ta--"

"Sintia menitip kan anak nya pada saya, jadi saya mohon izinkan saya untuk merawat nya tante tidak perlu khawatir, karena saya sekarang ibu nya." ucap Kinan.

"Tolong jaga cucu saya, kita sudah tua dan saya juga tidak tahu kapan saya mati. Saya percaya sama kamu." ucap Gunawan.

Kinan tersenyum tipis."Terimakasih, kalian jenguk cucu kalian kapan saja pintu rumah saya selalu terbuka lebar untuk kalian." ucap Kinan.

"Kita yang seharusnya berterimakasih sama kamu Kinan, dan maafkan kami." ucap Desy.

"Saya sudah memaafkan kalian, kalau gitu saya permisi pulang untuk bawa anak almarhumah Sintia." pamit Kinan dibalas anggukan oleh Desy dan Gunawan.

"Gue pulang dulu, gue janji gue bakal sering kesini dan tentunya gue bakal bawa anak lo dan jagain dia seperti anak gue sendiri." ucap Kinan.

Kinan bangkit lalu menatap Nadia dan Dita."Gue mau ke panti, nanti gue langsung ke rumah sakit." ucap Kinan dibalas anggukan oleh Nadia dan Dita.

•••

Kinan turun dari taksi, dia menatap bangunan sederhana dengan senyum tipis. Dia berjalan masuk kedalam panti asuhan ini, seorang wanita paruh baya menghampiri nya."Ada yang bisa saya bantu?" tanya nya.

Kinan tersenyum ramah."Saya mau bawa anak dari Sintia Arendaffa." jelas Kinan.

"Anda siapa?" tanya nya.

"Saya sahabatnya, dan mulai sekarang anak nya saya yang urus." jelas Kinan.

"Dimana Sintia?" tanya nya.

Kinan tersenyum tipis senyum yang berusaha agar terlihat kuat."Dia meninggal." lirih Kinan.

"Saya turut berduka cita atas kepergian nya, dia wanita yang sabar menurut saya walaupun masa lalu nya membuat dia semakin terpuruk." ucapnya.

"Mulai sekarang anak nya saya yang jaga, dia akan menjadi putra pertama saya." ucap Kinan.

Wanita paruh baya itu mengagukan kepalanya lalu tersenyum."Sungguh sangat mulia hati kamu, mari ikut saya." ucap nya.

K I N A N √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang