22. Rafael

21.8K 1.7K 355
                                    

"Tak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya, tak ada yang muncul setelah kesedihan selain kebahagiaan"



Lia membuka matanya perlahan. Sakit di kepalanya menyerang membuat Lia kembali memejamkan matanya hingga rasa sakit itu sedikit menghilang Lia membuka kembali matanya. Lia kembali ketakutan melihat dirinya masih berada di ruangan gelap itu namun berbeda saat ini ada sedikit cahaya yang keluar dari jendela kecil

Lia mengetok pintu agar Leo membuka pintunya "kak Leo buka, kepala Lia pusing ada di sini" lirih Lia

"bukain plis"

Tes
Air mata Lia kembali turun

"kak Leo hiks Lia mau keluar" ucap Lia sambil terus mengedor pintu

"kak buka pintunya Lia takut"

"Lia mohon kak Leo hiks hiks"

"buka pintunya, di sini dingin, Lia juga lapar"

Bagaimana tidak dingin? Lia hanya mengenakan celana pendek dengan baju tanpa lengan semalaman. Bahkan baju itu juga terdapat bercak darah akibat Lia mimisan tadi malam

"Lia mohon hiks buka pintunya hiks Lia takut"

Entah dari mana tiba tiba pikiran sekilas tentang surat dari MR. RIBAS melayang di otaknya. Mungkin Lia bisa meminta tolong padanya

"MR. RIBAS.... " teriak Lia "tolong Lia" lanjutnya dengan nada pelan

Tiba tiba kaca jendela yang berada di atas pecah yang membuat Lia melihat ke arah jendela itu. Terlihat pria berpakaian serba hitam masuk lewat jendela itu. Padahal jendela itu tinggi tapi pria itu bisa masuk, aneh sekali

"kamu siapa?" tanya Lia

"kamu tadi memanggil ku Lia, apa kamu lupa?" ucap pria itu lalu mendekat ke arah Lia

"jadi ini benaran Mr. Ribas"

Pria itu mengangguk

Saat Lia hendak berbicara lagi tapi lebih dulu pria itu menyuntik kan obat bius ke leher Lia

"kamu pasti lelah jadi kamu tidur dulu Lia" ucap pria itu lalu mengangkat tubuh Lia ala bridal style

...

Karin berjalan tertatih naik ke lantai paling atas di markas Reyhan. Badannya sakit semua terutama bagian sensitif nya. Karin terasa kotor, bahkan Karin juga tidak tau apa bayi yang di kandung ini masih hidup apa tidak karena tadi Karin sempat merasakan sakit yang luar biasa di perutnya dan juga area sensitif nya keluar banyak darah

Karin menyerah, hidupnya susah hancur, tidak ada lagi yang bisa Karin pertahanan. Karin berjalan dengan badan bungil atau tanpa memakai pakaian apapun. Karin tidak peduli, bukan kah dirinya sudah kotor? Terus apa lagi yang harus Karin tutupi?

Bisa kalian bayangkan bila menjadi Karin. Di gilir oleh orang yang tidak tau berapa banyak jumlahnya. Bahkan bila Karin terbangun tadi, Karin melihat begitu banyak uang yang di hamburkan di badannya. Hanya satu yang ada di pikiran Karin. Apa segitu rendah dirinya?

Sampai lantai paling atas, Karin mengusap lembut perutnya "maafkan mama sayang, mama gak kuat lagi. Dunia ini kejam sayang, mama takut"

Karin berjalan hingga akhirnya Karin menghentikan langkahnya saat melihat betapa tinggi bangunan ini. Karin tersenyum

"maafkan mama"

don't hurt Lia (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang