62.

1.8K 162 32
                                    

Pintu kamar Mina dibuka tanpa izin dan Karen memandangnya dengan angkuh di ambang pintu. "Papa manggil di ruang kerjanya."

Mina yang sedang duduk kursi belajarnya hanya terdiam. Karen menutup pintu dengan keras. Mina melepaskan pulpen di tangannya dan segera menuju ruang kerja Papa.

Ada perasaan ragu, tetapi dia harus memaksa diri. Ketukan buku jemarinya terdengar pelan. Tak ada suara yang menyahut. Mau tak mau Mina membuka pintu itu perlahan. Ditutupnya pintu itu dengan perasaan takut. Terlihat Papa sedang berdiri di dekat meja kerja sambil memijat kening.

"Kenapa diam di sana? Cepat kemari!" bentak Papa. Mina berjalan ragu. Jalannya terlihat ragu di mata Papa dan membuat lelaki itu menggeram emosi. Papa melangkah cepat ke arah Mina, berhenti di hadapan Mina dan satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Mina. "Kalau disuruh cepat, ya cepat! Jangan lelet!"

Mina menunduk menahan tangis. "Papa kenapa ... manggil?"

PLAK

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Mina. Mina memandang Papa dengan pandangan mengabur. "Apa aku ada salah lagi? Kenapa aku terus ditampar emangnya aku ini—"

"DIAM KAMU!"

Mina menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak terisak. Sampai dadanya sesak. Sulit bernapas.

Papa mengambil sesuatu dari lemari. Sebuah cambuk. Mina masih menunduk dan tak tahu apa yang Papa akan lakukan kepadanya. Sampai bunyi keras di betisnya bersamaan dengan rasa sakit juga perih membuatnya terkejut dan berteriak kesakitan sambil menangis.

"Siapa yang suruh kamu menangis? Semakin kamu menangis semakin Papa tambah cambukannya!"

Mina tidak bisa menahan rasa sakit setiap kali tubuhnya dihantam cambuk bertubi-tubi, tetapi dia berusaha menahan tangis sampai tenggorokannya ikut sakit.

Mina tak tahu apa salahnya karena Papa memang hanya melampiaskan kemarahan dengan cara menyiksa anak sendiri. Siksaan itu tak berlaku pada Karen maupun Alva selama ini karena Ibu mereka dominan di keluarga itu. Papa takut dia diusir dari keluarga besar istrinya.

[]

Auris

| besok jadi ke sini lagi, kan? gue bakalan buat makanan kesukaan lo pokoknya

sip |

Verner yang sejak tadi sibuk dengan ponsel baru mengangkat pandangan dan tak sadar sudah ada di lantai apartemennya. Pandangannya terpaku pada seseorang yang duduk di dekat pintunya. Cewek itu sedang memeluk lututnya. Terlihat rapuh. Hanya memakai piyama tidur polkadot dengan sandal biasa dan sebuah ponsel di genggaman.

Verner mendekat. Tiba di depan pintu dia tercengang. "Mina?"

Cewek itu mengangkat wajahnya dari atas lutut. Wajahnya yang sembab membuat Verner merasa hatinya berdenyut sakit.

"Aku pikir kamu lagi nginep di rumah Papa kamu." Mina tersenyum menahan tangis. "Nomor kamu nggak bisa dihubungi. Aku juga bingung harus ke mana."

"Oh.... Aku habis ganti kartu kemarin."

Mina tersenyum sedih. "Pantes pesan-pesanku nggak kebaca-baca."

Verner menarik Mina untuk berdiri. "Kenapa nggak langsung masuk aja?"

"Password yang biasa salah."

Verner meneguk ludah. Dia lupa. Dia sengaja mengganti password karena beberapa kali Auris ke apartemennya jika dia malas ke apartemen Auris.

Mina tidak baik-baik saja sekarang. Ada sesuatu yang terjadi. Verner menarik jemari Mina untuk menekan tombol password.

"Inget baik-baik," kata Verner sambil menekan password dengan jeda agar Mina bisa hafal. "Kamu kalau mau datang ke sini datang aja." Verner masuk membawa Mina untuk duduk di sofa.

"Sekarang ceritain apa yang terjadi?" Verner memandang mata Mina. Jelas sekali cewek itu menangis dalam waktu yang lama. Verner mengusap setetes air mata yang jatuh di pipi Mina. "

Mina kembali menangis, refleks Verner memeluknya.

"Papa nyiksa aku. Aku nggak tahu aku salah apa. Aku nggak tahu harus ke mana. Aku cuma ingat kamu dan ke sini."

Verner terdiam mendengarkan Mina bicara.

Satu hal yang dia sadari, meski iba dan ikut merasa sakit hati dengan apa yang Mina alami, tetapi Verner merasa setiap bersama Mina belakangan ini yang ada hanya lah tangis, tangis, dan tangis. Mina sering menangis dan menceritakan papanya yang temperamental. Semakin lama Verner merasa energinya terkuras habis karena empati.

Berbeda saat dia bersama Auris.

Auris tak pernah membebankan kepadanya tentang permasahalannya. Auris justru yang selama ini lebih mengerti dirinya dibanding Mina.

Verner juga jadi sadar dirinya yang butuh penguat, bukan yang menjadi penguat.

Tanpa sadar, belakangan ini Verner menganggap Mina hanyalah beban dalam hidupnya.

"Verner...," panggil Mina dengan suara serak.

"Iya, Mine?" Verner mengusap rambut Mina dengan sayang.

"Jangan pernah ninggalin aku sendirian."

Verner hanya bisa termangu.

[]

Mina membuka kelopak mata perlahan dan mendapati bayangan samar wajah Verner di hadapannya.

"Hai?"

Mina menjauhkan kepala, tetapi kepalanya ditahan tangan Verner dari belakang.

"Kamu nangis sampai ketiduran. Aku pindahin ke kamar. Aku nggap ngapa-ngapain kamu, kok. Cuma tidur." Verner tersenyum tipis. "Sambil meluk," lanjutnya.

Mina memandang jendela dan melihat cahaya matahari tembus melalui celah jendela. Dipandanginya wajah Verner dari dekat. Mina terdiam ketika Verner menggenggam tangannya, lalu mencium punggung tangannya beberapa detik.

"Maaf, belakangan ini aku jarang waktu buat kamu." Verner pergi dari tempat tidur setelah mengusap rambut Mina. "Kamu lanjut tidur kalau masih ngantuk. Aku mau mandi."

Verner keluar dari kamar itu. Mina baru sadar dia ada di kamar yang pernah jadi kamar sementaranya. Pagi ini rasanya Mina tak ingin ke mana-mana selain di kasur. Sakit di tubuhnya berusaha dia tahan. Verner tak tahu di tubuhnya ada luka-luka akibat cambukan.

Mina tertidur beberapa saat dan terbangun ketika Verner masuk ke kamar. Verner bersetelan rapi.

"Aku ada urusan di luar. Aku udah pesenin makanan. Ada di meja. Kamu makan, ya," kata Verner di sisi tempat tidur.

"Maaf ngerepotin," kata Mina pelan. "Memangnya kamu mau ke mana?"

Langkah Verner terhenti di dekat pintu. Dia menoleh. "Rumah Papa."

[]



a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

saran kalau mau beli kakoin lebih baik belinya dengan login lewat website https://karyakarsa.com karena lebih murah

setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang