03. Jatuh Cinta

15.5K 1.5K 461
                                    

Cakra mendudukkan dirinya di ruang tamu, ia terus saja menggerutu karena tak menemukan Nila di rumahnya padahal saat ini jam sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Harusnya pulang jam sembilan kenapa sampe sekarang belum pulang juga itu anak! Mana nomor gue diblokir lagi!"

Mungkin karena risih dengan panggilan Cakra membuat Nila memblokir nomor pribadi Cakra. Sepertinya anak itu benar-benar tak mau momen kebersamaan nya dengan Haris terganggu.

"Belum pulang juga kak?"

Cakra menggeleng. "Apa kebiasaan Nila suka pulang terlambat?"

"Ngga kak, biasanya juga tepat waktu. Ini baru pertama kalinya Nila pulang terlambat."

Cakra mendesah frustasi, pikirannya kalang kabut sekarang. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan anak gadisnya itu.

"Coba kamu telpon dia lagi Nis!"

Nisa menurut, ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Nila lagi. Sudah beberapa kali ia coba tapi tetap saja Nila tak mengangkat nya meskipun telpon itu tersambung.

"Jangan larang aku kalau nanti aku marahin Nila!"geram Cakra.

"Tapi jangan sampai main tangan kak, di kasih tau baik-baik aja."

Brum!

Mereka sontak langsung menoleh ketika mendengar suara mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Nisa langsung buru-buru untuk menghampiri suara mobil itu. Tepat dugaannya jika Nila lah yang datang bersama Haris dengan menenteng banyaknya totebag brand ternama di kedua tangan Nila.

"Nila? Kak Haris?"

Nila menyengir. "Hulla bunda, good soree! Pasti nungguin aku ya?"

Nila menyapa sang bunda yang berdiri tepat di pintu masuk rumahnya hingga Nisa tak habis pikir bisa-bisanya Nila menyapanya seperti tak ada sesuatu yang terjadi.

"Hai Nis, maaf ya udah nyulik Nila sebentar."

Nisa mengangguk, ia mempersilakan keduanya untuk masuk. Di sana Nila sudah disambut dengan wajah tak bersahabat sang ayah.

"Eh pak bos udah pulang.. hulla pak bos! Kusut banget mukanya kek jemuran bunda."sapa Nila

"Duduk!"

Perintah Cakra langsung dituruti oleh Nila, anak itu langsung duduk di depan kursi Cakra yang terhalang meja dan menaruh semua barang belanjaannya di sampingnya.

"Bagus ya kamu, bagus! Mau jadi apa kamu kalau terus keluyuran kayak gitu? Pulang sekolah ya harusnya pulang bukan malah keluyuran!"

Nila terkekeh, ia mengusap tengkuknya yang tak gatal lalu mengalihkan matanya menatap Haris sebagai isyarat meminta bantuan agar Cakra tak memarahinya.

"Nila sama gue tadi, gak usah khawatir."

"Lo juga! Kalau mau sama Nila itu harus izin dulu sama gue biar gue sama Nisa gak khawatir!"

"Iya-iya, sorry."

"Ini terkahir kalinya kamu pulang terlambat, besok lagi kalau pulang terlambat ayah akan benar-benar taruh kamu di panti asuhan, gak suka ayah sama anak gak nurut kayak gini."

Nila mengangguk, dari pada masalahnya jadi panjang lebih baik ia menurut saja dengan perintah sang ayah.

"Nila, kalau apa-apa harus bilang sama orang tua ya. Gak boleh kayak gitu apalagi kamu blokir nomor ayah, kan?"tanya Nisa.

"Em... Hehe abisnya ayah telpon mulu kayak orang nagih token listrik."

Cakra menatap sebal Nila, mau marah tapi gimana.. hah, sepertinya Cakra mengurungkan niatnya untuk memarahi Nila, ia sedikit lega ketika tau ternyata Nila pergi bersama Haris, orang kepercayaannya untuk menjaga Nila.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang