20. Ciye, Berteman.

8K 1K 419
                                    

Tak!
Tak!
Tak!

"NILAA IN YOUR AREAAAAAAAAAAAA HAAAAHHHHHHH!"

Nila datang menyemburkan nafasnya yang berbau seperti berak tikus rasa cokelat leleh tepat dipipi Cakra setelah ia sampai di meja makan.

Cakra yang menghirup nya langsung terdiam, lelaki itu meletakkan sendoknya begitu saja lalu menoleh  kearah Nila. Ia tersenyum pada Nila yang menyengir kearahnya sedetik kemudian Cakra.....

"HAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHhhhhhhhhh!"

Cakra membalas nya, dengan menyemburkan nafas yang lebih panjang dari Nila. Kali ini bau nafas Cakra adalah seperti bau ikan asin tanpa terasi yang membuat tubuh Nila sedikit terhuyung kebelakang. Semburan nafas Cakra seperti angin badai yang menerjangnya.

"Kamu kira ayah gak bisa? Haha papaleee..."

Nisa memijat batang hidungnya, ia pasrah saja dengan tingkah keduanya. Sedangkan Sakra anak itu tak lagi bernafsu makan setelah melihat adegan penyerangan bau nafas antara ayah dan kakaknya.

"Mengjorok! Ayah cepat makan keburu Sakra terlambat!"

Cakra mengangguk, ia memulai kembali kegiatan makannya yang sempat tertunda sebelum mendapatkan serangan dari Sakra seperti Haris.

"Bahagia banget kamu kelihatannya?"

"Oh ya jelas! Kan mau sekolah jadi harus bahagia."

"Wahhh ada kemunduran nih kayaknya.. mantul lah!"

"Kemajuan kak bukan kemunduran."sela Nisa.

Ting!

Ponsel Nila berdering, ia yakin jika itu adalah balasan pesannya dari Haris. Kali ini ia bahagia karena Haris bisa mengantarkannya berangkat ke sekolah. Haris tak lagi mengingkarinya.

MySugarDaddy ❤️ :

Vie udah di jalan bentar lagi nyampe, kamu sarapan dulu kalau bisa yaa cantik.❤️

Nila tersenyum membacanya, ia senang, ia sampai memeluk ponselnya sendiri.

"Siapa?"

"Ha? Oh kepala sekolah bu."

Cakra menekuk sebelah alisnya menatap Nila. "Ada hubungan apa kamu sama kepala sekolah? Jangan bilang kamu--------"

Puk! Nisa menepuk lengan Cakra, ia tak suka jika suaminya itu berfikiran macam-macam terhadap anaknya sendiri.

"Nila cepat abisin sarapannya. Jangan banyak bicara di meja makan. Dan juga itu ponselnya di masukin lagi! Udah jadi perjanjian kan kalau di meja makan gak boleh pegang ponsel?"

Nila mengangguk, ia patuh begitu saja dengan perintah Nisa.

"Kasian deh di ceramahi bun----"

"Kamu juga diem kak!"

Cakra langsung diam, ia menunduk menyelesaikan kegiatan makannya, ia samar-samar mendengar kekehan dari Nila, ia sempat ingin membalas namun ia urungkan karena sedari tadi Nisa memperhatikannya.

Ting..tong...ting...ting...

Suara bel berbunyi, Nila yang mendengar itu langsung berlari menuju pintu dan membukanya.

Clek!

"Vie!"

Haris tersenyum mendapatkan sambutan dari Nila, lelaki itu mengulurkan tangannya mengusap-usap rambut Nila yang dikuncir dua, lucu sekali mengingatkannya pada Nila yang dulu masih kecil.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang