39. Belum Puas

6K 947 1K
                                    

Setidaknya kalau gak mau Vote coba kasih Komen aja ya, biar aku semangat untuk updatenya.

******

Mobil Haris telah pergi meninggalkan area rumah sakit, matanya terus terfokus pada jalanan di hadapannya yang sedikit ramai, ia berusaha mengendalikan hatinya yang terus bergejolak, pikirannya selalu tertuju pada apa yang ia lihatnya tadi di rumah sakit. Hembusan nafas kasar berkali-kali terdengar, tangannya yang besar meremas stir mobil dengan kencang hingga tercipta guratan indah di tangannya.

"Huh, selama bertahun-tahun gue kenal Cakra gak pernah yang namanya di lembutin kayak gitu, gue juga gak pernah tau gimana rasanya di suapin Nisa, dan sekarang anak itu selangkah lebih maju dari gue, dia yang bisa ngerasain semuanya, ini gak adil sih!"

Haris tersenyum tipis, ia kembali berusaha untuk menutupi sedikit rasa sakit sekaligus iri yang muncul di hatinya begitu saja, ia menggelengkan kepala lalu memutar stir mobil itu untuk menepi di pinggir jalan. Ia tak bisa melanjutkan untuk menyetir jika pikirannya kacau seperti ini atau bisa jadi ia yang akan celaka nanti di jalan.

Setelah mobil berhasil menepi, ia menyandarkan kepalanya di stir mobil, menyembunyikan kepalanya di sana dengan kedua tangan yang masih setia meremas stir itu.

"Apa kesalahan gue terlalu besar ya sampai Nila semarah ini? Sebelumnya Nila gak pernah sampai marah berhari-hari sama gue... Gue emang bohong, tapi gue gak selingkuh, dari dulu gue selalu jaga pandangan gue dari wanita mana pun, kalaupun salah ya yang harus di salahin juga bukan gue tapi penyakit gue."

Haris kembali menghembuskan nafasnya, ia menegakkan badannya, mengusap sedikit jejak air matanya lalu mencari keberadaan ponselnya, ia ingin mengecek ponsel itu siapa tau Nila mengirim pesan kepadanya.

Ponsel sekarang sudah berada di genggamannya, namun sayang yang ada di pikiran lelaki itu ternyata tidak terjadi, ia kira Nila akan mengirim sebuah pesan jika wanita itu telah pulang dari rumah sakit namun nyatanya tidak.

"Untuk sekedar ngasih kabar gue juga engga, biasanya Nila akan selalu buat ponsel ini selalu berdering dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya, huh.... Semarah itu kamu Nila?"

Haris menggelengkan kepalanya dengan lemah, ia menggerakkan jemarinya untuk menekan kontak Nila lalu menempelkan beda pipih itu di telinganya, ia berharap panggilannya terhubung dan Nila menerima itu.

Sekali gagal, dua kali gagal dan ketiga kalinya panggilan Haris di tolak hingga membuat lelaki itu semakin mengsedih meratapi nasib percintaannya, ia terus menatap datar ponselnya, ia melihat tanggal yang berada di layar ponsel yang sudah menunjukkan tanggal 4 September dan itu berarti kurang lebih enam belas hari lagi menuju tanggal hari jadinya yang ketiga tahun bersama Nila.

"Gimana caranya supaya Nila mau maafin gue ya? Gue gak mau saat hari jadi yang ketiga tahun sama Nila hubungan kita masih renggang kayak gini.."

Haris memijat pelan pelipisnya, ia bingung harus membujuk Nila dengan cara apalagi. Jika dulu hanya dengan menyogok Nila dengan uang bisa membuat hubungan mereka kembali membaik maka sekarang tidak bisa lagi, Nila justru menolak. Penjelasan dari Harispun juga tak bisa meluluhkan hati anak itu, Haris frustasi, ia bingung apalagi ini adalah kali pertamanya ia menjalin hubungan serius dengan seorang wanita meskipun dulu semasa sekolah ia sering memberi harapan palsu pada wanita yang dekat dengannya.

"Apa Nila gak bisa ngerasain kejujuran gue ya? Argghhhsmkdnsja! Pusing gue sumpah sampai upil gue tumpah-tumpah rasanya!"

Haris mengacak-acak rambutnya dengan kasar hingga tak beraturan lagi, ia mencoba meraih botol mineral yang ada di depannya lalu meneguknya hingga tandas sampai sebotol-botolnya. Ia mencoba mengatur nafasnya, menghirupnya dalam-dalam dan menghembuskanya perlahan hingga sedikit membuatnya lebih tenang.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang