65. Berita Utama!

1.5K 97 11
                                    

Hallo. Bagaimana kabarnya?
Mau lanjutin cerita nih, hhehe.
Semoga ngga bosen ya 🥲

                                      ******

GAK MUNGKIN!

"Bund, kakak udah nyampe?"

"Belum dong, mungkin satu jam'an lebih baru nyampe. Ikut kita dulu ya ke rumah Om Haris. Nanti kalau udah nyampe juga pasti Kakak akan hubungi kita lewat ponsel Oma."kata Nisa, menenangkan Sakra.

Tapi Sakra sedari tadi tak bisa duduk dalam mobil dengan tenang. Entah ini perasaan apa, mungkinkah dia hanya merindukan Kakaknya saja tau apalah.

"Makanya kalau waktu Kakak di rumah jangan suka di galakin, kalau jauh jadi saling mencari."sahut Cakra tersenyum sembari mengangkat pundaknya sekilas.

"Lagian bawa Kakak untuk sekolah jauh bukan solusi yang baik. Ayah terlalu sempit mikirnya! Apa-apa di bawa masalah besar, di kiranya Om Haris gak bisa nyusulin Kakak kesana, ha?"

Cakra agak terkejut dengan pembicaraan Sakra yang agak memendam kemarahan. Mobilnya terhenti di lampu merah, ia memandang anaknya sejenak dengan kening yang mengerucut. "Ayah tahu, maka dari itu sekarang kita mau ke rumah Haris untuk membicarakannya lagi. Ayah begini karena ingin Kakakmu lebih fokus pada sekolahnya. Sakra—"

"Udah-udah, lampu hijau. Ayo jalan."potong Nisa, "Kita bisa bicarain ini lagi nanti. Sakra bisa mengerti?"

Sakra menjawab dalam diamnya. Ia menatap kedua orang tuanya yang sama-sama menyebalkannya. Tidak ada yang bisa mnegerti rasa cemas di hatinya.

"Aku ingin ikut kakak! Kalian menyebalkan!"sahutnya tiba-tiba sembarti melipat kedua tangannya di dada dan membuang wajahnya di jendela sembari menggerutu.

Ya, Nisa dan Cakra hanya bisa menghela nafasnya saja. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kediaman Haris. Cakra yakin mereka belum meninggalkan kota Jakarta sesuai kesepakatan sebelumnya.

Tak lama kemudian mereka telah sampai, Cakra memarkirkan mobilnya di dalam setelah pagar di buka oleh pelayan. Sejak kapan Haris menyediakan pelayan di rumahnya? Biasanya juga, Cakra bisa langsung masuk saja, menganggap seperti itu rumahnya sendiri.

"Teh hangat atau kopi?"sambut Julian—Papinya Haris yang berjalan menghampiri mereka yang sudah di persilahkan duduk di ruang tamu.

"Berdua saja? Anak-anakmu?"sambungnya lagi.

"Nila sudah berangkat, dan Sakra ada di mobil. Dia menolak untuk ikut masuk, katanya itu urusan orang dewasa."

"Haha, anakmu satu itu memang ngga pernah berubah sifatnya. Tapi Cakra, Om tahu kamu pasti ingin bertemu Haris untuk membicarakan Nila lagi maka dari itu tolong jangan bertengkar.."pintanya dengan sorot mata yang memohon dan sangat berhati-hati.

Cakra mengangguk, ia menunggu Julian untuk memberitahu Haris akan kedatangannya. Di sela-sela menunggunya ia menyempatkan diri untuk mengobrol dengan istrinya.

"Cak?"panggil Haris menyapa. Mereka bersalaman tidak seperti bisanya. Sebelum memberitahu, Cakra memutuskan untuk meminta maaf atas kejadian-kejadian sebelumnya.

Dengan kebaikan hati Haris, tentu Cakra di maafkan. Dia senang bisa kembali berdamai. Haris mempersilahkan kembali Cakra dan Nisa untuk duduk. Di ikuti dengan dirinya dan Julian. Maminya sedang menyiapkan minuman di dapur.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang