30. Kecewa

7.7K 1.1K 649
                                    

Nila menghembuskan nafasnya lirih, ia sempat menoleh ketika mobil Haris sudah melaju meninggalkan area rumahnya. Ia tersenyum getir, tangannya terulur untuk mengeluarkan sebuah kutek yang ia simpan di saku roknya.

Matanya mulai memanas tapi sekuat tenaga ia tak mau menangis karena satu tetes air matanya dapat digunakan untuk membeli satu buah rumah dengan bonus kuda kepala banteng.

Hah! sebegitu berharganya air mata sang QueeNila.

Ia mulai melangkah, ketika sudah berada di depan pintu ia langsung mengubah raut wajahnya yang tadi terlihat pilu sekarang menjadi ceria. Seulas senyum lebar tercipta dan tangan putih bersih tanpa noda itu mulai terulur untuk membuka pintu.

Clek!

“Hulla? Ratu dari kerajaan mewah ini sudah mulai menampakkan batang bulu kakinya... tolong dong sambut sang Queen! Yakali masak harus di cu---- huft!”

Nila menghembuskan nafasnya, ia sedih. Sepintar-pintarnya Nila berusaha untuk menyembunyikan yang ia rasakan tetap saja ia tak bisa, matanya mulai berair dan air mata itu menetes. Nila dengan segera mengusapnya, ia mulai menciptakan senyum lebarnya untuk kedua kali.

Gak boleh! Queen nya ayah Cakra itu kuat! Oke?

“Yah? Bun? Adek tembokku  yang tersandung-sandung?!”

Nila kembali melangkahkan kakinya perlahan, rumah terasa sangat sepi seperti tak ada kehidupan di dalamnya, hanya terdengar suara blukutuk-blukutut yang sangat jelas dari dalam kolam ikan teri milik Cakra.

Nila menggaruk-garuk rambutnya, ia kesal karena tak ada satupun orang yang menimpali panggilannya.

“Huaaaaa! Ayah, bunda, adek kemana semua?? Nila gak suka ya ditinggal-----“

Klontang!

Nila terdiam, ia mengusap sedikit ingusnya lalu menoleh ke arah sumber suara yang sepertinya itu berada di dapur.

Satu persatu kakinya melangkah hingga akhirnya ia sudah berdiri di sana dengan mata yang membelalak dan mulut yang terbuka lebar seperti lubang hidung kancil ketika melihat tikus yang sedang memegang kepalanya.

“Bun? Bunda ngapaiiiiinnnn???”

Nisa menyengir, ia mengangkat panci yang dipegangnya keatas. “Bunda pukul kepala si tikus pakai panci, abisnya si tikus ngajak adu jotos tadi.”

“Ciitttcitttt, cicittttt, cittt.....citttttt...cicittt, bicit!”sahut tikus.

Setelah dirasa puas mengeluarkan segala ke kesalannya, akhirnya si tikus pergi meninggalkan mereka dengan menjulurkan sekilas lidahnya ke arah Nila.

“What the Fu------------cek!“

****

Setelah mengisi perut dan mengganti baju seragamnya, kini Nila mulai mendudukkan dirinya di atas kasur dengan tangan yang sudah menggenggam ponsel Haris. Anak itu menatap lamat ponsel yang berada digenggamnya. Ia menimang-nimang apakah harus membuka semua pesan di dalam ponsel itu atau tidak.

“Buka gak ya? Aku takut kalau semua itu benar-benar Vie..”

Nila menggigit dalam pipinya, ia masih dikuasai oleh rasa bimbang. Ia ingin melihat tapi ia tak mau jika apa yang dilihatnya nanti membuatnya sakit hati.

"Huh! Dengan kekuatan mbah Jambrong, aku akan membuka ponsel Vie."

Setelah mengatur nafasnya, akhirnya Nila mulai menggerakkan jemarinya untuk menekan pin ponsel Haris yang di isi dengan tanggal jadian mereka yang hampir menginjak tiga tahun ini.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang