54. We're Done?

2.5K 266 73
                                    

Hallo, selamat datang dan membaca kembali.

Semoga tetap suka ya ❤️🤍🙏

Happy Reading!

****

Ting! Tong!

Suara bel berbunyi selang tak lama kepergian Nila dengan Haris yang sempat menuai perdebatan dengan Cakra yang mempermasalahkan gaun yang di pakai oleh Nila yang di nilai jika gaun itu terlalu tampak dewasa untuk wanita seusia Nila.

Meskipun mendengar, Cakra tak ingin membukanya, ia sudah bad mood malam ini, ia memerintahkan Nisa untuk membukanya saja dan langsung di dipatuhi oleh wanita itu.

Nisa terdiam, setelah berhasil membuka pintu itu, ia diam atas kedatangan Daffa. Ia mencoba menerka-nerka maksud kedatangan Daffa. Meskipun gugup Nisa tetap menyambutnya dengan hangat. Ia tak peduli tentang siapa Daffa. Baginya itu hanyalah masa lalu saja.

Mereka sudah duduk, berkumpul, kedatangannya pun juga membuat Cakra gugup, ia takut jika Daffa akan membencinya setelah mengakui kejahatannya kepada keluarga Daffa.

"Ma-maaf sebelumnya jika kedatangan ku menganggu waktu kalian, Om, Tante. Apa boleh aku menemui Nila? Aku ingin bicara sebentar dengannya."tutur Daffa dengan sangat hati-hati. Matanya tak pernah lepas melihat wajah tegang Cakra yang lebam, ia tahu semuanya sudah berubah sejak pertengkaran tadi siang. Suasana menjadi canggung seketika.

"Nila pergi sama Haris, baru aja. Kamu bisa bertemu Nila besok Daf kalau mau."jawab Cakra pelan. Ia mencoba menapakkan senyumannya meskipun ia ingin sekali memeluk anak itu.

Ada kemiripan di mata kalian, hanya saja takdir yang membuatmu kurang beruntung. Andai saja kamu masih ada, aku rasa kamu akan sangat bahagia memiliki anak setampan dan sebaik Daffa, Eli..

Kecewa, itulah yang Daffa rasakan. Ia terlambat datang untuk menemui Nila. Niat awalnya ia ingin meminta maaf, ia ingin hubungannya membaik sebelum kembali ke tempat asalnya, ia ingin perpisahan secara baik-baik saja. Ia tak mau kehilangan teman sebaik Nila yang sudah memberikan warna di dalam hidupnya.

"Baiklah, aku akan kembali besok. Om--- apa itu sakit? Em, maksud ku maaf atas perlakuan Papa tadi siang. Aku gak tau kalau Papa akan senekad itu, aku juga gak nyangka kalau ternyata kalian saling mengenal dan memiliki masa lalu yang bu--ruk. Sekali lagi tolong maafin Papa, Om.."ucap Daffa dengan melirik Nisa sekilas.

Nisa yang tahu arah pembicaraan mereka, dengan sadar diri, ia memutuskan untuk memberi ruang, ia pamit sejenak untuk ke dapur menyiapkan minuman untuk Daffa dan Cakra.

Setelah melihat kepergian istrinya, Cakra mulai berpindah posisi untuk duduk di sebelah Daffa, tanpa izin terlebih dahulu ia langsung membawa tubuh lelaki itu ke dalam pelukannya. "Maaf Daf, semua salah saya. Maaf, kalau kamu ingin benci maka bencilah saya. Pukulan dari Derry gak sebanding dengan perbuatan saya di masa lalu. Saya yang merusak kebahagiaan Derry dengan merebut Eli dari sisinya."

Daffa tak berkutik, ia mengangkat tangannya untuk membalas pelukan itu, ia menyembunyikan kepalanya di bahu Cakra, setitik air mata pun jatuh tanpa seizinnya. "Om, a-aku engga benci sama Om Cakra.."tutur Daffa, dengan meleraikan pelukannya. "Aku senang bisa mengenal kalian, kalian semua baik dan di dalam rumah ini aku menemukan kehangatan Om, gak seperti di rumahku sendiri. Aku membenci Papa ku!"

"Daf, jangan benci Papa mu, ngga semuanya kesalahan Papamu, saya rasa dia juga sangat terpukul dengan kepergian wanita yang ia cintai, Daf. Saya yakin cintanya juga lebih besar untuk kamu apalagi kamu adalah anak Eli. Tolong berdamailah dengan masa lalu Papamu itu. Semuanya juga salah saya, tapi Papamu jauh lebih menderita apalagi jika kamu juga meninggalkannya."

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang