28. Gak Mungkin!

7.3K 945 369
                                    

Plak!

"Aduh bunda sakiiit lohh!"

Nila yang baru saja menampakkan kakinya dirumah tiba-tiba saja langsung mendapatkan sebuah pukulan sedikit keras di punggungnya.

"Kamu apain ayah, ha?! Kenapa ayah dateng bisa nangis-nangis kayak gitu?!"

Nila merengut, tangannya masih tergerak untuk mengusap-usap punggungnya yang masih terasa sedikit panas.

"Nila gak sengaja kok bun... Itu salah ayah sendiri lagian siapa suruh buat Nila overtingting."

Nisa mengerang frustasi, memijat pelan pelipisnya. Seluruh isi di kepalanya serasa ingin meledak, tidak Nila tidak Cakra mereka berdua sama-sama membuatnya pusing. Apakah mereka tak bisa berperilaku setenang Sakra? Kenapa selalu saja membuat onar.

"Lihat sana di kamar, tissue berceceran kesana-kemari, bantal-guling berserakan di kamar, pusing bunda kalau ngurus ayah merajuk kayak gitu. Lagian kamu tuh bisa gak sih berperilaku baik sama ayah?! Bunda tau kamu sangat dekat sama ayah tapi juga harus tau batasannya. Gak inget dulu kamu nangis-nangis minta di ketemuin sama ayah?"

Mata Nila mulai berkaca-kaca mendengarkan ocehan Nisa, benar kata Nisa jika Nila dulu selalu menangis histeris meminta dipertemukan dengan sang ayah. Setiap mengingat itu pasti hati Nila rasanya seperti tersayat jarum pentul.

(Yang mau tau ceritanya bisa baca di DEORA dulu ya)

"Kenapa diem? Sana minta maaf sama ayah, bersihin juga itu tissue bekas ingus ayah."

Nila mengangguk saja, ia mencoba melangkahkan kakinya perlahan untuk menuju kamar utama namun baru saja sejauh tiga langkah-Nisa memanggil membuat Nila menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Nisa.

"Selamat bersenang-senang sama ingus ayah ya.."

Savage!

Nila menelan liurnya ketika Nisa berhasil membalikkan ucapannya kemarin. Tanpa basa-basi Nila langsung pergi begitu saja, setelah sesampainya disana samar-samar ia mendengar suara isak tangis Cakra lalu tangannya mengulur untuk membuka pintu.

Clek!

Cakra menoleh melihat Nila yang berada di ambang pintu, karena masih kesal akhirnya Cakra langsung membaringkan badannya memunggungi Nila dengan mentup wajahnya menggunakan bantal. Cakra merajuk!

"Ayah?"

"A-Ayah pasti marah ya sama Nila?"

"Ayah?"

Nila sudah mendudukkan dirinya dikasur, ia membawa kedua kaki Cakra untuk berada diatas pahanya sambil memijatnya pelan.

Biasalah cari perhatian!

"Nila minta maaf, Nila cuma takut kalau ayah selingkuh... Nila gak mau nanti ayah sama bunda---em----Nila takut kalau------ em------"

Cakra menyingkirkan dengan kasar bantal yang menutupi wajahnya lalu menunduk melihat Nila yang tak kunjung melanjutkan ucapannya.

"Takut apa ha?" Ketus Cakra.

"Emm-----Nila takut------ciye nungguin ya?"

Nila menaikturunkan alisnya menggoda Cakra bermaksud untuk menghiburnya namun sayang tak mempan. Cakra mendorong sekilas Nila dengan kakinya serasa tak ingin kaki mulus berbulu badak disentuh oleh anaknya.

"Yaamsyong dragon gitu banget kalau ngambek sampai gak mau dipegang Nila."

"Bodo amat!"

Nila terkekeh, ia menyipitkan matanya memandang bulu kaki Cakra supaya bisa mencari ide bagaimana cara untuk membuat ayahnya tak merajuk lagi.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang