19. Baikan

8.5K 1K 356
                                    

Setelah lama kemudian akhirnya Haris sudah siap dengan penampilan super tampannya bak seorang penyanyi dangdut untuk berangkat ke rumah calon istrinya, Nila.

Kemeja bermotif bunga raflesia dengan celana panjang polkadot sukses membuat penampilannya terlihat sangat perfect!

Bisa tak bisa ia harus mendapatkan maaf dari Nila. Ini kali pertamanya mereka bertengkar dalam waktu yang cukup lama. Belum ada sehari rasanya sudah seperti satu tahun. Baginya hidup tanpa Nila bagai taman tanpa serangga, hey begitulah kata para pujangga.... Asek!

"Pokoknya hari ini juga gue harus baikan sama Nila!"

Haris sudah mulai mengemudikan mobilnya, tak mungkin ia datang ke rumah calon mertuanya dengan tangan kosong hingga akhirnya ia memutuskan untuk mampir sejenak membeli martabak daging kesukaan Nila.

"Bang martabak daging satu, harga setengah."

Beberapa menit kemudian akhirnya martabak itu jadi, Haris membayarnya terlebih dahulu sebelum meninggalkan tukang martabak itu.

"Sorry bang, receh ya.."

Haris memberikan sebuah kantong plastik berisi uang koin lima ratusan rupiah yang sudah ia kumpulkan selama ini yang membuat tukang martabak itu hanya melongo melihatnya.

Haris kembali melajukan mobilnya membelah ramainya jalanan. Ia gugup sebenarnya apalagi mengingat siang tadi ia sudah diserang habis-habisan dengan Cakra.

Apa Cakra akan menyerangnya lagi? Dengan jurus apa lagi Cakra akan menyerangnya? Apakah kali Cakra akan meminta pertolongan Sinchan untuk menyerangnya?

"Gue pasti bisa perbaiki hubungan gue sama Nila. Yok bisa yok Har!"

Akhirnya setelah lama kemudian Haris telah sampai dirumah Cakra. Ia mencoba untuk menetralkan detak jantung nya yang sedang bermain drum disana. Ia menghembuskan nafas nya berkali-kali sebelum akhirnya tangannya terulur untuk menekan bel.

Ting... tong......

Clek!

Haris menelan ludahnya ketika lagi-lagi Haris dihadapkan dengan Cakra. Ayah dari kekasihnya itu berdiri didepannya dengan tatapan super tajamnya seperti tukang martabak tadi.

"Lo lagi.. astaga! Jambakan dari gue apa masih kurang ha? Mau gue buat botak beneran kayak guru sejarah atau gimana?! Gak ada kapok-kapoknya lo ternyata!"

Haris menyengir memperlihatkan giginya yang kinclong lalu menyodorkan bungkusan martabak didepan wajah Cakra.

"Nih Martabak daging."

Cakra berdecak sebal."Nyogok gue ya lo?! Yaudah sini!"Cakra merebutnya dengan paksa lalu mencium aroma wangi martabak yang menggugah seleranya.

"Hmmm yummy!"

Haris menggeleng pelan melihat Cakra. "Izinin gue ketemu Nila, gue mau minta maaf."

Cakra diam sejenak, ia memperhatikan penampilan Haris dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia menimang-nimang apakah harus memberikannya izin atau tidak, kemudian matanya beralih menatap martabak daging ditangannya.

Kalau gue gak ngizinin lalu martabak ini gimana? Aishh, gue pilih martabak deh, sayang kalau di kembaliin. Udah melambai-lambai soalnya!

"Please Cak, gue gak mau di musuhin Nila. Hidup ini  hampa tanpa Nila...Gue janji gak akan buat anak lo nangis lagi. Seriusan gue... Kalau lo gak percaya lo bisa nikahin gue sama Nila sekarang juga deh.."

"Cih! Jijik! Dalam mimpimu! Oke, karena lo udah bawa martabak kesukaan gue.. gue panggilin Nila. Masuk lo!"

Haris mengangguk senang, ia mengikuti Cakra masuk kedalam rumah dan ia mendudukkan dirinya disofa ruang tamu untuk menunggu kedatangan Nila.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang