56. Pertunangan?

2.2K 295 40
                                    

Hallo?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo?

Bantu tiup dulu yuk, cerita ini sudah begitu berdebu saking lamanya..

Kira-kira masih ada yang nunggu cerita ini gak ya? Hehe.

Tau gak sih, aku kehilangan mood untuk menulis lagi hihi. 😢

Tapi gak papa.

Akan berusaha untuk menyelesaikan.

Semoga ada yang masih suka :)

****


Sudah beberapa hari semenjak kandasnya hubungan QueeNila dan sang pujaan hatinya--Haris, kini mereka tak lagi saling bertemu. Haris tidak lagi datang ke rumahnya untuk sekedar menjemput Cakra atau mengurus sesuatu hal yang penting yang berhubungan dengan sebuah pekerjaan. Jika dulu Haris tak pernah absen untuk datang, kali ini tidak lagi. Semua sudah berubah dan terasa berbeda.

Tidak ada lagi partner gelutnya, tidak ada lagi yang mengatar jemputnya..

Juga tidak ada notifikasi pesan ataupun panggilan sama sekali, sama halnya dengan Nila yang juga tidak ada niat untuk menghubungi. Meskipun sebenarnya ingin sih..

Mereka sempat bertemu disaat Nila ikut dengan Bundanya untuk mengantarkan berkas Cakra yang tertinggal namun yang Nila pikirkan tak sesuai ekspektasi. Ketika bertemu, justru Haris melewatinya begitu saja tanpa melirik sedikitpun. Suasana menjadi sangat dingin, wajah Haris terlihat jauh lebih tegas.

Dan beberapa hari ini juga hubungan Daffa dengan Nila justru jauh lebih dekat. Daffa selalu datang menemui Nila untuk menghiburnya terkadang mereka juga sering pergi bersama mengingat mereka masih dalam masa liburan sekolah. Daffa juga secara terang-terangan menunjukkan lagi jika ia memang sangat menyukai Nila. Lelaki itu akan selalu menunggu jawaban dari Nila, entah kapan itu.

Tibalah siang ini, Nisa mengajak Nila ke salah satu Mall setelah memeriksa jika jatah bulanan sudah masuk ke rekeningnya. Mereka pergi tanpa membawa Sakra karena anak itu sangat malas jika diajak untuk berpergian, malah lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar, entah untuk alasan apa itu. Ya meskipun sepanjang perjalanan tadi Sakra tak hentinya menghubungi Nisa dengan Vidio Call, katanya sih baru ditinggal sebentar--Sakra sudah kangen. Alay, batin Nila.

"Tumben Bunda mau pergi tanpa izin sama Ayah."

Nisa terkekeh geli, ia menggandeng tangan Nila, sehingga mereka terlihat seperti adik-kakak. "Kalau izin nanti gak dibolehin Nil, atau engga nanti dia ikut ngerecokin kita dan selalu minta dibayarin. Tau kan Ayahmu itu kayak apa?"

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang