Cakra uring-uringan di depan teras rumah karena sudah sedari tadi menunggu anak gadisnya yang tak kunjung pulang apalagi setelah mendengar penjelasan Nisa jika anak itu pergi sendiri menaiki Taxi.
Setelah lamanya menunggu akhirnya manusia super rusuh itu datang."Dari mana aja kamu?! Keluyuran terus! Udah tau mau sekolah kok malah keluar terus. Kamu pikir bagus kayak gitu?!"
Nila menyengir ketika mendapat ocehan dari Cakra yang sudah berdiri di depan pintu sambil membawa sapu ditangannya.
"Eh gantengku, bawa sapu buat apa? Mau terbang?"
"Kamu pikir ayah ini nenek gayung bisa terbang pakek sapu?!"
Haris tertawa ia senang sekali melihat Cakra yang terlihat kesal karena dibuli oleh anaknya sendiri.
"Apa lo ketawa-ketawa?!"
Haris menggeleng. "Jangan suka marah, cepet tua nanti Cak. Lagian gue sama Nila abis belanja keperluan Nila sekolah nanti."
Cakra melirik banyaknya totebag yang dibawa oleh Nila, kemudian ia tersenyum lalu menepuk pelan pundak Haris berkali-kali. "Aduh jadi gak enak gue Har sama lo, sering-sering kayak gitu ya Har, gue jamin aman ini dompet gue.."
Haris berdecih, ia mengamati wajah tengil temannya yang sudah lama itu. Entahlah mengapa jiwa irit Cakra semakin lama semakin meledak, lelaki itu tak pernah mempermasalahkan jika anaknya selalu keluar bersama Haris jika pulang membawa barang belanjaan.
"Ayo anak ayah masuk, mandi sana keburu malem."
Nila mengangguk, ia sempat melirik sang ayah sekilas lalu dengan cepat mengecup sekilas pipi Haris setelah itu Nila berlari masuk ke dalam rumah sebelum mendapatkan ocehan kembali dari sang ayah.
Haris tak menyangka jika akan mendapatkan hadiah kecupan singkat dipipinya. Ia tersenyum lebar dihadapan Cakra yang menatapnya dengan tajam.
"Cak, kayaknya seru ya kalau lo jadi ayah mertua gue."
Haris langsung berlari meninggalkan Cakra yang akan melemparkan sapu yang dipegangnya kepada Haris. Haris tertawa puas didalam mobilnya setelah itu pergi meninggalkan area rumah Cakra.
"Dasar gak waras! Siapa juga yang mau jadi ayah mertua nya?!"
Cakra berdecak sebal, ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya setelah melihat perginya mobil Haris.
"Kenapa mukanya kusut kayak gitu?"
Cakra menoleh, lelaki itu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Nisa dan memeluknya. "Sebel sama Haris, semakin kesini semakin ngelantur kalau ngomong."
Nisa tersenyum. Ia mengusap punggung lebar Cakra dengan perlahan. "Yauda biarin aja. Aku masak dulu buat makan malam nanti. Oh ya jangan lupa bunga yang kak Cakra beli tadi disembunyiin aja kalau gak nanti Nila rusakin lagi bunga kakak ."
Cakra mengangguk, ia menguraikan pelukannya lalu mengecup sekilas kening Nisa.
"Ekhem!"
Sakra datang tak sengaja melihat keduanya, Sakra cemburu ketika sang ibu mendapatkan kecupan dari sang ayah, ia tak bisa membiarkan itu. Sakra langsung menghampiri mereka dan menciptakan jarak untuk kedua orang tuanya.
"Bunda milik Sakra!"
Kedua lelaki itu saling bertatapan bak seorang musuh, Cakra melirik bagaimana Sakra menyembunyikan Nisa dibalik punggungnya. Ia kembali mendesah frustasi ketika harus selalu mengalah dengan kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QueeNila (End)
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!!! "Cinta itu lucu ya bisa berlabuh kemana aja tanpa kita dugong."-Nila Diam-diam menjalin hubungan dengan teman ayahnya namun kemudian dipertemukan dengan anak dari mantan masa lalu sang ayah. Apakah Nila akan olen...