61. Bertemu Haris

1.2K 100 10
                                    

Masih cakep banget kan si Haris?Haris Putra Vierendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih cakep banget kan si Haris?
Haris Putra Vierendra. Kalau Nila biasanya manggil 'Vie'.

******

"Gue kurangnya apa? Gue cinta sama Nila! Gue cinta sama anak lo, Cakra! Lo jahat, gue udah bantu semua urusan keluarga lo dan sekarang apa yang gue dapat? Lo bahkan tega gak ngasih restu buat hubungan gue!"

"Pergi! Jangan datang lagi ke rumah gue!"

Berkali-kali Haris datang dan berkali-kali juga Cakra mengusirnya bahkan sempat terjadi keributan antara keduanya. Cakra telah berubah semenjak kejadian itu. Dia seperti menganggap Haris lebih kepada musuhnya.

Plak!

"Mami udah bilang berkali-kali ke kamu jangan datang lagi ke rumah Cakra, buat apa?! Kamu datang selalu dalam keadaan babak belur seperti ini Haris, hati orang tua mana yang tidak hancur?!"

Sinta marah, ia menampar pipi Haris sekencang-kencangnya supaya anak itu sadar. Ia sudah berusaha memaksa Haris untuk segera ikut pergi ke Surabaya namun Haris tidak mau bahkan mengancam akan b*n*h diri jika ia terus dipaksa pergi.

"Dia masih anak kecil, apa yang kamu harapkan dari hubungan kalian? Sadar Haris sadar! Lihat penampilanmu seperti orang gila saja."

"Kata Papi, kita harus memperjuangkan orang yang kita cintai kan? Terus apa yang salah dari apa yang aku lakukan? Ya aku memang gila!"sentak Haris melepaskan dengan kasar tangan Sinta yang berada di tangannya.

Lelaki itu dengan gontai menaiki anak tangga satu persatu, sudah terlihat tidak ada semangat dalam hidupnya sama sekali. Ponsel dan labtopnya sudah hancur di banting oleh Julian untuk membatasi komunikasi dengan keluarga Cakra sehingga Haris tidak bisa berkutik. Ia bisa pergi pun saat melihat situsi yang mulai lengah.

Lelaki itu menatap kearah cermin sembari menekan lebamnya akibat pukulan Cakra dengan amarah. Haris frustasi, ini menonjok kaca hingga kaca itu pecah berserakan.

Hidupnya konyol, masalah cinta saja kenapa ia tidak mendapatkan restu? Seburuk itulah dirinya. Tapi kenapa hanya karena Nila—ia bisa sefrustasi ini? Obsesi kah?

"Gue bakal buktiin kalau gue bener-bener secinta itu sama anak lo, Cakra!"

Dengan gelap matanya Haris mengambil pecahan kaca yang cukup lumayan tajam. Ia menempatkan ujung yang tajam itu ke pergelangan tangannya.

"Hah, b*n*h diri bener gak ya? Takut gue!"tanyanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya ia ragu dan takut melakukan hal berdosa ini.

"Anjir, kalau gue bun*h diri bisa gak sih jangan diwafatkan dulu? Setidaknya koma aja gitu loh, biar nanti pas bangun langsung direstuin hubungan gue sama Nila."

Haris sempat tersenyum membayangkan jika semisal hubungannya benar di beri restu hingga ke pelaminan.

"Yaudah gue coba dulu, awas jangan diwafatkan. Gue masih mau hidup yee.."

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang