18. Serangan Cakra

8.7K 1.1K 437
                                    

"Bun, ayah mana?"

Sakra mendatangi Nisa yang sedang merapikan baju milik Cakra yang berantakan di dalam lemari. Kebiasaan Cakra dari dulu selalu tak pernah rapi jika mengambil bajunya di dalam sana.

"Belum pulang nak, tadi bilang mobilnya rusak. Ada apa?"

Sakra menggeleng, ia membantu Nisa untuk memasukkan baju milik Cakra di dalam lemari."Berantakan baju ayah?"

Nisa mengangguk. "Kakak udah pulang ya? Kata ayah pulang diantar om Haris tadi. Udah lihat kakak makan siang gak tadi?"

"Engga."

Sakra melirik Nisa, ia menimang-nimang apakah harus memberitahu Nisa atau tidak. Namun akhirnya Sakra lebih memilih untuk memberitahukan ayahnya saja karena sang ayah bisa lebih tegas nanti jika tahu anak perempuannya menangis.

"Udah selesai. Makasih ya udah dibantuin."

Sakra mengangguk, ia mengecup sekilas pipi Nisa."Sakra balik ke kamar ya. Bunda jangan lupa makan jangan bersihin rumah terus."

"Iya sayang. Udah makan kan? Kalau udah tidur siang dulu sana."

"Iya."

Sakra pergi dari kamar Nisa, begitulah Sakra ia lebih bisa menunjukkan secara terang-terangan perhatian nya kepada Nisa berbanding terbalik jika dengan ayah dan kakaknya, ia lebih memilih untuk diam tapi peduli.

Sakra duduk di kasur, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Cakra.

"Pulang jam berapa?"

"Hallo.... Wah langka sekali ini kamu hubungi ayah."

"Pulang jam berapa?"

"Ini udah perjalanan. Anak lakinya ayah lagi kangen sama ayah ya?"

"Dalam mimpimu!"

Tut!

Cakra terkekeh di dalam mobil. Ia heran kenapa anak nya yang satu ini sangat kaku sekali entah siapa yang ditiru nya karena ia ingat jaman mudanya dulu tak seperti itu.

Ah masak? Bahkan lebih parah dari Sakra, haha..

Sakra berdiri, ia melangkahkan kakinya untuk menuju kamar sang kakak. Ia membuka pintu itu dengan pelan untuk mengintip apa yang sedang dilakukan sang kakak dan ternyata Nila sedang tertidur lengkap masih menggunakan seragam.

Sakra masuk, ia melangkah untuk berdiri disamping Nila. Ia memperhatikan wajah sang kakak dalam diamnya.

"Anak rusuh kok nangis, cih!"

Perlahan tangan Sakra mengulur untuk membelai rambut Nila, merapikan rambut Nila yang hampir menutupi wajahnya.

"Tidur kok kayak kuntilmanak."

Sakra melepaskan sepatu Nila beserta kaos kakinya dan menaruhnya di rak sepatu setelah itu ia pergi dari kamar Nila.

Anak itu langsung turun ke bawah saat mendengar suara mobil yang terparkir, ia yakin jika itu sang ayah. Sakra membuka pintu dan benar dugaannya jika Cakralah yang datang.

"Wah.. tumben kamu nyambut ayah pulang, hiks! Ayah terharu nak..."

Cakra pura-pura menyeka air matanya karena begitu terharu melihat anak lakinya yang membukakan pintu.

"Lebay! Masuk! Ayah harus dengerin Sakra."

Cakra mengernyitkan keningnya, ia melihat raut keseriusan dari sang anak. "Kenapa nak? Kok serius banget?"

Sakra meninggalkan Cakra begitu saja, ia duduk diruang keluarga sembari menunggu ayahnya untuk mengganti pakaian terlebih dahulu.

Sepuluh menit kemudian Cakra datang dengan membawa segelas jus alpukat ditangannya.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang