46. Harus Terbiasa

3.1K 377 26
                                    

Selamat datang dan membaca kembali.
Jangan lupa vote dan komen untuk cerita ini.

Follow :
@penggemarcicak_
@akuharis_

"Kalau bisa dua, Kenapa harus satu? Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau bisa dua, Kenapa harus satu? Hehe." - Nila

Happy Reading!

Harus Terbiasa. Terbiasa untuk?

*****

"Daf-Daf! Kemarin aku ngirim barang ke temen."

"Terus?"

"Terus gak ke kirim dong, Daf! Kamu tau gak aku ngirimnya lewat apa?"

"Lewat?"

"Lewat....SHAREit! Hahahahhahahaa.."tawa Nila meledak karena mendengar leluconnya sendiri. Ia sampai terpingkal-pingkal bahkan terpincang-pincang sampai ia sendiri tak bisa menghentikan suara tawanya yang menggelegar di seluruh penjuru dunia.

Lantas wanita itu menepuk lengan Daffa meminta pertolongan supaya Daffa bisa menghentikan tawanya. Konyol memang Nila, tidak ada ja'imnya sama sekali, adanya Jamaludin. Daffa yang mengerti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia pun juga turut ikut tertawa sekilas lalu mencapit bibir Nila dengan dua jarinya dan setelah itu berhentilah tawa Nila.

"Hah, untung bisa berhenti. Perut aku sakit ketawa terus, Daf. Aku lucu, kan, Daf? Ceritanya aku tadi lucu----"ucapan Nila terputus begitu saja melihat Daffa yang terdiam menatap ke arah depan. Ia mengikuti arah pandang itu yang ternyata tengah memandangi Wati. Di depan gerbang sana Wati bersama lelaki lain yang sepertinya baru saja menjemputnya bahkan memakaikan helm untuk temannya itu.

Nila kembali lagi mengarahkan matanya menatap Daffa. "Itu Watu, kembarannya Wati. Meskipun wajahnya gak sama tapi mereka kembar. Abangnya galak, posesif banget sama Wati. Kamu tau gak sih waktu itu aku pernah kena marah karena gak sengaja ngajak Wati untuk kepleset bareng."

Telinga Daffa dengan tajamnya mendengar, ia menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum kearah Nila dengan tulus. Ia menghentikan langkahnya, ia juga dengan beraninya merangkum kedua pipi Nila dengan kedua tangannya supaya ia bisa terfokus menatap wajah cantik wanita yang disukainya itu. "Lain kali hati-hati."

Tentu saja apa yang dilakukan Daffa membuat hati Nila mleyot seperti janur kuning yang sudah tutup usia. Ia hanya mengangguk pelan lalu mengarahkan wajahnya ke depan. Pipinya terasa panas, jantungnya berdegup setengah kencang karena setengahnya lagi untuk Haris. Ia langsung menggelengkan kepalanya seraya menepuk sekilas keningnya untuk menyadarkan dirinya atas kemleyotannya itu.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang