"Bilang apa aja kamu sama opa, ha?!"
Nila yang baru saja mendaratkan dirinya di kursi meja makan kini langsung di todong pertanyaan oleh sang ayah.
"Hehe, di marahin opa ya ayah? Malangnya ayah ku ini... Oh ayah Cakra ku yang malang."
Nisa terkekeh mendengar Nila, ia langsung mengusap-usap rambut sang anak agar tidak meneruskan untuk menggoda sang ayah sepagi ini.
"Gara-gara kamu ayah di marahin sama opa tau gak?! Bilang apa coba kamu?"
"Bentar minum dulu.."Nila mengambil segelas susunya dan meneguknya sedikit agar mendapatkan asupan energi untuk melawan Cakra. "Gini, jadi ceritanya tadi malam Nila telpon opa terus yaudah bilang deh kalau ayah abis marahin Nila, terus juga Nila bilang sama opa kalau ayah mau buang Nila ke panti asuhan. Hehehe.."
Cakra berdecak sebal."Sembarangan! Lagian mana mungkin ayah buang kamu beneran, kan, kamu hartanya ayah. Sakra, bunda, kamu semua hidupnya ayah."
"Aaaa mengharuuu..." Nila bangkit dari duduknya langsung menghampiri sang ayah, ia memeluk leher Cakra dan kemudian mengecup berkali-kali pipi ayahnya itu. "Kalau gini Nila, kan, jadi makin sayang sama ayah..."
"Dih, sayang kok bikin ayah darah tinggi terus!"
Nila menyengir."Maaf ayah lagian juga salah ayah yang mulai duluan."
"Ka----"
"Ssttss! Udah ayo makan, Sakra udah turun, nih."
Cakra melepaskan tangan Nila yang melingkar di lehernya dengan kasar, ia sebal selalu saja sebal jika berhadapan dengan Nila.
Selalu aja aku yang di salahin!
Mereka semua memulai sarapannya sesuai perintah Nisa, setelah selesai mereka semua berkumpul diruang keluarga. Nila, anak itu berbaring diatas paha sang ayah, entah mengapa hari ini ia sangat manja sekali dengan Cakra seperti ada sesuatu yang Nila inginkan. Sedangkan Sakra ia memainkan game di ponselnya.
"Ipa atau ips Nil? Ini bunda bawain kamu brosur pilih mau sekolah yang mana.."
Nisa memberikan brosur itu pada Nila dan duduk di samping Nila yang masih berbaring dengan memangku kakinya.
"Sekolah di sekolah ayah yang dulu aja."sahut Cakra.
"Iya terserah ayah aja deh, tapi Nila beliin mobil ya?"
Tuk! Cakra mengetuk kening anak itu dengan jari telunjuknya ketika mendengar permintaan Nila yang tak masuk akal. "Gak ada mobil kalau masih di bawah umur!"
"Cih bilang aja kalau ayah gak punya uang.."
"Ssts! Sudahlah jangan mulai bertengkar lagi. Nila masuk ipa aja ya? Bunda pengen Nila jadi dokter."
Nafas Cakra tercekat seketika, ia kembali diingatkan pada saat dirinya dengan keji menyiksa Nisa dulu saat ketahuan untuk kuliah tanpa seizinnya bahkan secara terang-terangan ia mengatakan bahwa Nisa tak ada gunanya untuk menjadi dokter. Cakra melirik Nisa sekilas ia melihat sorot mata penuh permohonan Nisa kepada Nila. Mungkinkah Nisa ingin mewujudkan cita-cita nya melalui Nila?
"Tapi Nila pengen ips bun, ips juga bisa jadi dokter kok."
"Dokter a-apa?"tanya Cakra.
"Dokter cinta yah.."
Dokter cinta untuk ayah Haris, hehe... Ahh jadi kangen..
Tuk!
Cakra kembali mengetuk kening Nila."Cinta-cinta! Nilai matematika aja masih dua puluh gitu kok! Lagian ini kenapa senyum-senyum sendiri?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
QueeNila (End)
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!!! "Cinta itu lucu ya bisa berlabuh kemana aja tanpa kita dugong."-Nila Diam-diam menjalin hubungan dengan teman ayahnya namun kemudian dipertemukan dengan anak dari mantan masa lalu sang ayah. Apakah Nila akan olen...