63. Janji harus di tepati.

1K 103 7
                                    

Hello. Telah lama...
Ada yang masih mau baca gak ya? Wkwkw.
Btw, ini cerita udah mau tamat ya 🤍🫶

******

Dua hari sudah berlalu, dua hari pula setelah pertengkaran yang kembali terjadi di rumah sakit membuat Cakra semakin diam dan muak. Dua hari pula ini Cakra hanya berbicara sepatah kata dan yang hanya ia bicarakan hanyalah mengingatkan Nila tentang jadwal penerbangannya yang sudah ia siapkan.

Nila sudah berjanji kan, jika Haris sehat dan keluar dari rumah sakit ia akan menuruti perintah ayahnya.

Semua barang Nila yang bagi Cakra penting sudah disiapkan. Cakra sendiri yang menyiapkannya tanpa campur tangan orang lain. Hubungan mereka renggang, Nisa tidak pernah bertutur kata selain dengan Sakra. Jika ia berucap, maka kembali hanya pertengkaran saja. Menghadapi keras kepalanya Cakra memang benar sulit.

"Atur saja, yang aku ingin Nila didaftarkan di sekolah yang aturannya sangat ketat. Kalau bisa jangan ada siswa lelakinya!"

"Aku gak berlebihan! Aku tahu apa yang terbaik untuk anakku, jadi kali ini aku mohon dengan sangat, Papa tolong bantu aku! Kita gak tahu apa yang udah dilakuin Haris sama Nila, Pa! Haris itu pria dewasa, aku harus benar-benar menjauhkan mereka demi masa depan Nila supaya tersusun rapi dan jadi penerus bisnis ayahnya!"

Cakra tersulut emosi. Dia mematikan sambungan telponnya dengan Papanya. Tidak ada lagi yang bisa membantah keinginan Cakra, semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Dia juga sudah mengecam kedua orang tua Haris, meminta supaya mereka membawa Haris untuk ikut ke Surabaya bersama orang tuanya.

Kedua orang tua Haris dan Cakra sepakat untuk memisahkannya. Ini adalah bentuk permintaan maaf Papi Haris kepada seluruh keluarga besar Cakra supaya tidak lagi terjadi keributan.

Dilain tempat, Nila yang tengah duduk di sofa hanya terdiam melihat seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan Haris, dia begitu sedih saat Haris dinyatakan sudah pulih dan bisa pulang hari ini juga.

Dia sedih bukan karena kondisi Haris yang jauh lebih baik tapi sedih karena hari ini hari terakhir ia bisa melihat senyuman yang terukir di wajah tampan yang sudah bertahun-tahun ini menghiasi harinya. Meskipun hubungan mereka penuh di bumbui oleh drama.

Jika ia pergi besok, itu tandanya semua yang ia miliki akan disita oleh Cakra. Yang ia punya hanyalah sebuah buku yang penuh dengan huruf-huruf yang nantinya akan sangat malas ia baca. Kehidupan kesehariannya nanti akan berubah total, ia dipastikan hidupnya hanya dipenuhi oleh buku-buku yang harus ia kuasai.

Sebab, Cakra akan menghukum anak itu jika sedikit saja memberikan nilai yang jelek.

Nila sedikit demi sedikit melengkungkan bibirnya ikut tersenyum dengan air mata yang sejak dari tadi ia tahan. Ia terpejam, meremas kedua tangannya dengan erat. Keputusan yang sangat berat sekali ia rasa saat ini.

"Kamu kenapa?"

Tak tahu berapa lama ia terpejam hingga tak menyadari keberadaan Haris yang sudah berjongkok dihadapannya dengan tangan yang sudah menggenggam tangannya.

Kedua mata Nila terbuka bersamaan dengan sisa air mata yang menetes. "A-aku?"

Melihat jatuhnya air mata itu membuat Haris menatap lekat Nila, ia merasa aneh, karena sekarang ini Nila justru lebih banyak diam memperhatikannya dengan tatapan kosong, bahkan bicara saja kadang Nila tidak fokus. Apalagi ditambah dengan kantung mata yang menghitam tak lagi fresh seperti biasanya.

"Vie akan coba bicara lagi dengan ayahmu, untuk memberi kita keringanan, setidaknya dia bisa memberi kita waktu untuk saling berdekatan meskipun ngga setiap hari kita ketemu. Jadi kamu juga bisa fokus dengan sekolahmu juga."

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang