69. Selesai

514 72 21
                                    

Hallo, akhirnya selesai juga. Berapa lama ini cerita hingga akhirnya selesai. Maaf banyak kurangnya dan maaf kurang sesuai ekspetasi.

Terima kasih yang masih setia untuk baca cerita ini hingga akhir. Sekali lagi terima kasih sekali 🌹🩷🩷

 Sekali lagi terima kasih sekali 🌹🩷🩷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Bunda ngga kuat Nila, kenapa harus kamu?"

"Dari awal, kamu yang selalu buat Bunda kuat. Dari kamu lahir sampai sebesar ini, kenapa rasanya begitu singkat? Bunda mati-matian besarin kamu sampai akhirnya Bunda benar-benar mati atas kepergian kamu..."

"Ini ngga adil. Bunda bisa gantiin kamu, jika Tuhan kasih kesempatan untuk hadirin kamu lagi. Kenapa Nila, kenapa?"

Nisa menangis tersedu-sedu, ia tak mampu lagi menaburkan segenggam bunga ditangannya. Tubuhnya ikut bergerak tak tentu disaat hembusan angin kencang menerpa tubuhnya.

Semua keluarga telah berkumpul untuk memberikan salam terakhirnya untuk mereka yang tak ditemukan jasadnya. Tidak ada yang bisa menerima takdir ini, terutama keluarga Nila.

Cakra? Mau bagaimana lagi jika bukan ia yang memaksa Nila pergi maka tidak akan membuat Nila pergi untuk selamanya. Cakra masih dengan rasa bersalahnya, rasa penyesalannya. Ia merenggut kebahagiaan semua orang. Ia memisahkan Haris dengan kekasihnya, ia memisahkan Nisa dengan anaknya, ia memisahkan Sakra dengan kakaknya.

Salahkan Cakra, salahkan saja dirinya. Memang dirinya patut untuk disalahkan. Sekarang, bagaimana cara dia untuk membangkitkan lagi senyum di bibir istrinya? Anaknya, orangtuanya bahkan sahabatnya?

"Maaf Nisa, Maaf..."lirihnya, masih dengan menopang tubuh Nisa yang sudah lemas dan wajahnya yang memucat.

Nisa mendengarkan, ia menggelengkan kepalanya tak setuju dengan ucapan maaf itu. "I-ini salahmu, selamanya akan menjadi salahmu. Simpan kata maaf mu itu!"

Setelah waktu berjalan begitu lama dan mereka telah sampai lagi di kediaman rumah Cakra.

Dua keluarga besar masih berkumpul. Keluarga Cakra dan keluarga Haris masih dengan suasana duka.

Tidak ada yang berani mengatakan sepatah katapun. Sakra juga memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia sangat hancur, sakit yang ia rasa berkali-kali lipat. Untuk pertama kalinya ia harus melihat semua orang yang di penuhi oleh perasaan duka yang mendalam. Dulu hatinya beku, sekarang ia mampu menilainya. Ternyata waktu itu memang berharga. Dulu ia selalu menyia-nyiakan keberadaan Kakaknya, ia selalu mengusir bahkan memarahinya. Setelah tiada, rasanya hampa. Sakra menangis, meringkukkan badannya. "Sakra udah ngga jahat, kenapa Kakak malah pergi?"

*****

"Cakra, kami turut berduka. Kita semua kehilangan Nila, dia sangat baik. Kami sempat ragu dan malu jika kedua hubungan anak kita dilanjutkan. Tapi sekarang Tante tahu kenapa anak Tante sangat mencintai Nila.."ucap Mamanya Haris, sembari memperhatikan Haris yang masih diam dengan pandangan kosongnya.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang