31. Emosi Haris.

8.6K 1.1K 443
                                    

Nila terbangun setelah telinganya mendengar suara alarm di ponsel yang sudah ia atur tadi malam sebelum tidur. Ia melihat jam di ponsel yang baru menunjukkan pukul lima pagi, ini adalah kali pertama sang QueeNila bangun sepagi itu biasanya kalau tidak sekolah ia akan bangun pukul sepuluh dan ya di jam segitu Nila masih merasa jika itu masih sangat pagi.

Nila menghembuskan nafasnya pelan, matanya tak sengaja melirik ponsel Haris yang tergeletak tak bernyawa di lantai karena telah di smackdown olehnya.

"Huh, awas kamu tante girang! Berani rebut punya Queen maka aku akan menendangmu dari planet ini!"

Hoooaaaamsyong!

Nila menguap lebar mengeluarkan kobaran api dari dalam mulutnya, ia juga mengacak-acak rambutnya  dan langsung turun untuk pergi ke kamar sang bunda. Sebenarnya ia sangat malas untuk bangun sepagi ini tapi apalah daya dia harus melakukan sesuatu yang spesial untuk seseorang.

"Aha! Aku mau minta hadiah deh dari ayah karena bisa bangun pagi, pasti ayah seneng kalau lihat Queenya bangun sepagi ini. Aku yakin ayah bangga punya anak kayak QueeNila, hihihi!"

Tak!

Nila sudah berdiri di depan pintu kamar kedua orangtuanya, ia mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu dengan kecepatan di bawah rata-rata.

Tok..tok...

"Bunda, ayah? Udah bangun kah?"

Tok...tok...

"Bunda? Nila buka nih pintunya kalau gak segera di buka.. hayo, satu.. dua....tiga!"

Clek!

Nila memutar knop pintu itu, ia sedikit mengintip dengan satu mata yang tertutup. Ia melihat kedua orang tuanya yang masih tertidur dengan saling memeluk.

"Aaaa, so sweet amat dah orang tuaku ini. Emmm, kira-kira kalau aku nikah nanti juga bakal di peluk kayak gini gak ya?"

Nila tersenyum lebar, matanya mengerjap berkali-kali, perlahan langkah kakinya terus melangkah mendekati kasur. Ia menepuk pelan lengan Nisa untuk membangunkan nya.

"Ssstsss.. bunda bangun..."

"Ssstt.. stttsss.... Woy! Bangun bun bangun.. hareudang bun, ada cicak makan udang."

Nisa merasa terusik tidurnya ketika mendapatkan dua kali tepukan di lengannya, ia menguap dan membuka perlahan kelopak matanya. Seketika matanya membelalak  ketika melihat kehadiran Nila di sampingnya yang terus menyengir memperhatikannya.

"Ka--kamu ngapain ke sini? Keluar dulu cepet!"

"Nila mau minta tolong bunda, ayo bangun bu."

Srek!

Nisa berusaha menahan selimut yang menutupi tubuhnya bersama Cakra ketika hendak ditarik oleh Nila, ia kembali melotot kearah anak tengilnya itu.

"Yaudah keluar dulu, tunggu bunda di luar!"

"Oke-oke, kalem.. slow.. bunda cepetan keluar nya keburu siang."

Nisa mengagguk supaya Nila segera keluar dari dalam sana. Ia memperhatikan anaknya yang mulai berjalan keluar namun seketika keningnya mengernyit melihat Nila yang berhenti di ambang pintu.

"Bun boleh tanya gak?"

"Apalagi sih Nil?"

Nila menyengir, ia menaikturunkan alisnya lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah baju yang berserakan di lantai.

"Itu kenapa baju kalian berserakan di lantai? Aaaaa abis nyicil adik ya pasti?? Ihirrr.."

Nisa kelabakan, ia melemparkan remot ac kearah Nila yang sudah lebih dulu kabur setelah menutup pintunya lagi.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang