"Nilaaaaaaaa!"
Nila yang sedang asik mencukur bulu ketiaknya langsung mengumpat begitu saja ketika mendengar teriakan sang ayah.
Ia meletakkan alat pencukur itu dengan kasar dan langsung berlari untuk menghampiri Cakra, mencari tahu apa yang akan diributkan ayahnya sepagi ini.
"Nil------"
"Hai bro, morning. What's wrong?"
Cakra berdecak melihat wajah tengil sang anak, ia juga sempat melirik sang istri yang terlihat berlari dari tangga untuk menghampirinya.
"Ini pasti ulah kamu kan?! Jujur!"
Cakra mengangkat tinggi-tinggi bunga yang dipegangnya, Nisa yang melihat itu sempat kesal karena tanah yang digunakan untuk menanam bunga milik Cakra berceceran di lantai.
"Kenapa bunga janda bolongnya kamu tambal Nilaaaa?! Rusak bunga ayah kalau gini caranya! Mana di jahit lagi!"
Nila bingung, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal."Salahnya di mana yah? Kan bolong yah, jadi Nila tambal pakek baju bekas Nila biar gak masuk angin."
"Kamu-----awoksksksk!!"Cakra geram, ia tak mampu berkata-kata lagi. Lelaki dua anak itu langsung pergi meninggalkan anaknya begitu saja.
"Hahahahaha! Nila-Nila.. hobi banget buat ayah darah tinggi.."tawa Nisa meledak begitu saja setelah perginya sang suami.
"Loh bunda kenapa ketawa? Nila salah ya bun? Kan Nila ingin melakukan kebaikan buat ayah.."
Nisa mengangguk, ia menyeka sedikit air mata di sudut kelopaknya kemudian menghampiri sang anak. "Pinter banget sih anak ibu, pantesan nilai matematika nya dua puluh lima.. kamu searching aja di mbah Google buat lihat bentukan bunga janda bolong itu kayak gimana, habis itu minta maaf ya sama ayah."
Nisa pergi meninggalkan Nila yang masih terdiam dengan seribu kebingungannya. Anak itu langsung mengambil ponsel di saku celananya dan mencari gambar bunga janda bolong yang sebenarnya.
Nila membuka lebar mulutnya tak percaya dengan informasi yang baru saja ia baca.
"Gila! Se--se--seratus juta?! Gila! Ini gila! Lebih mahal dari harga deodorant ku, sumpah! Pantesan ayah sampai marah kayak gitu."
Nila menggigit kuku jemarinya, ia cemas sekarang setelah melihat harga bunga yang baru saja ia tambal, niat baiknya untuk membantu sang ayah kini berakhir sia-sia. Ia kira bunga itu bolong karena ulah ulat nakal ternyata tidak.
"Huuh... Gimana ini? Ck! Lagian salah bunganya kenapa bolong-bolong!"
Nila berjalan mondar-mandir mencari inspirasi agar mulutnya dapat mengeluarkan sejuta jurus kalimat untuk bisa mendapatkan maaf dari sang ayah. Ia tak mau uang jajannya terpotong nanti karena kesalahan yang ia perbuat.
****
Haris mengacak-acak rambutnya dengan kasar ketika melirik sebuah jam yang tertempel di dinding, ia mendesah frustasi karena jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Harusnya saat ini ia sudah menjemput Nila untuk pergi berbelanja mencari semua perlengkapan sekolah Nila yang akan dilaksanakan minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
QueeNila (End)
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!!! "Cinta itu lucu ya bisa berlabuh kemana aja tanpa kita dugong."-Nila Diam-diam menjalin hubungan dengan teman ayahnya namun kemudian dipertemukan dengan anak dari mantan masa lalu sang ayah. Apakah Nila akan olen...