"Iya sayang, kamu lagi ngapain di kamar kok jam segini belum tidur?"
"Gak bisa tidur Vie, masih terbayang sama uang 10juta yang Vie kirim tadi."
Karena pesan yang tak kunjung di balas membuat Nila langsung menghubungi Haris melalui panggilan vidio. Dua kali panggilan itu tak terjawab namun kemudian panggilan ketiga kalinya baru Haris terima.
Haris terkekeh mendengar penuturan Nila. "Kamu tabung aja buat masa depan kamu. Buat jaga-jaga kalau suatu saat Vie udah gak ada."
"Ih ngomong apasih kayak gitu. Gak suka deh aku dengernya."
"Hehe, kan Vie udah tua.. siapa tau---"
"Gak! Vie belum tua! Jangan pernah berfikiran buat ninggalin aku ya! Apalagi kita belum menikah, belum punya anak sebelas kayak keinginan Vie!"
Haris kembali tertawa mengingat ucapannya dulu disaat hubungan mereka yang kedua tahun, Haris secara terang-terangan mengatakan keinginannya untuk menikahi Nila dan memiliki sebelas anak dari kekasihnya itu agar bisa lebih mudah membentuk tim sepak bola."Haha masih inget aja kamu ternyata.."
"Iya dong! Semua yang berhubungan sama Vie selalu tersimpan rapi di otak ku. Oh ya btw, Vie malem-malem gini nyetir habis dari mana sih?"
Haris sempat terdiam, ia berfikir haruskah ia mengatakan yang sebenarnya jika baru saja lelaki itu mengantarkan Dilla pulang ke apartemennya?
"Em---oh iya! Ini abis beliin mami nasi goreng.. ya! Nasi goreng.."
"Oh.."Nila mengangguk begitu saja ketika mendengarnya yang pada kenyataannya hanyalah sebuah kebohongan Haris saja supaya dirinya tak lagi bertengkar dengan sang kekasih.
"Vie besok senin aku udah sekolah loh, Vie masih inget sama janji Vie buat nganter aku kan??"
Haris mengangguk. "Iya sayang. Vie udah janji juga sama kamu. Cuma inget pesan Vie harus sekolah yang benar, gak usah lirik sana-sini atau Vie rubuhin sekolah kamu nanti."
"Hahaha, rubuhin aja Vie, ikhlas aku mah.."
"Udah ah kamu tidur sana, Vie juga sebentar lagi nyampe rumah.."
Nila menguap lebar seperti kuda Nil, lalu menganggukkan kepalanya. Ia melirik jam yang tertempel di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
"Hm.. yauda deh aku tidur dulu ya Vie. Vie langsung pulang loh jangan mampir ke rumah janda, awas!"
Haris menggelengkan kepalanya heran dengan anak Cakra yang satu ini, ia melirik ponselnya melihat wajah Nila yang sepertinya sudah tertidur.
Haris tersenyum, ibu jarinya mengusap perlahan layar ponselnya yang dipenuhi oleh wajah Nila dan kemudian mematikan panggilan itu.
"Hah... Di mata Vie kamu masih seperti ila yang berumur empat tahun dulu. Vie beruntung bisa menjalin hubungan sama kamu nak..."
Haris kembali fokus dengan jalanan di depannya, dalam hatinya terus mengucap maaf karena sempat membohongi Nila tadi.
"Bohong demi kebaikan boleh kan? Maaf Nila...."
Beberapa menit kemudian Haris telah sampai di rumah mewah miliknya yang telah ia bangun dengan jerih payahnya sendiri.
Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah itu.
Clek!
"Gimana? Lancar?!"
"Oh astagaa! Kek jalangkung aja ibu satu ini!"gumam Haris.
"Iya? Bilang apa kamu?"
Haris menggeleng, matanya terus memperhatikan Jesika dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia selalu berfikir bagaimana cara mengusir Jesika dari rumahnya itu agar tidak terus-menerus mendekatkan dirinya dengan Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
QueeNila (End)
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!!! "Cinta itu lucu ya bisa berlabuh kemana aja tanpa kita dugong."-Nila Diam-diam menjalin hubungan dengan teman ayahnya namun kemudian dipertemukan dengan anak dari mantan masa lalu sang ayah. Apakah Nila akan olen...