22. Jatah

8.4K 1K 243
                                    

Follow Ig : akuharis_

Follow Ig : akuharis_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Huh. Gimana ya caranya ngusir Nisa sebentar? Canggung banget sumpah, mana Nisa pendiem banget. Cacing-cacing diperut gue udah demo lagi,  gue pengen disuapin Nila ini...

Haris terus diam memperhatikan kedua wanita di depannya. Kakinya terus saja bergerak tak nyaman. Dari tadi siang sampai sekarang ia tak mengisi perutnya. Hingga pada akhirnya jam sudah menunjukkan pukul empat sore, Nila sudah diperbolehkan untuk pulang mengingat kondisinya sudah membaik.

Haris sedari tadi setia menunggu Nila, ia tak mau Nila pulang sendiri tanpa dirinya. Masa bodoh dengan Cakra yang terus saja menerornya, ia juga tak peduli dengan ancaman Cakra yang akan memotong seperempat gajinya. Bahkan tak segan Haris memblokir nomor ponsel Cakra yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Sampai sekarang Cakra juga belum datang karena pekerjaan penting yang ia kerjakan sendiri di perusahaan. Lelaki itu juga sudah meminta izin pada Nisa untuk tak datang dulu. Tapi ia akan mengecek kondisi Nila nanti jika sudah di rumah.

Sepanjang perjalanan suasana sangat hening karena tak ada obrolan sama sekali. Haris sempat mendengus kesal ketika dua wanita itu memilih duduk di kursi belakang, ia merasa seperti supir becak jika seperti ini.

"Nila sekolahnya gimana? Lancar kan? Nila punya temen kan?"

Nisa mulai angkat bicara, ia jenuh, ia ingin cepat sampai ke rumah sebab sebelumnya Cakra sudah memberikan peringatan jika lebih baik pulang menggunakan taxi soal biaya nanti Haris yang tanggung kata Cakra. Tapi sayangnya Haris memaksa agar pulang bersama nya demi keselamatan bersama apalagi dengan Nila. Akhirnya Nisa setuju meskipun masih berat hati.

"Lancar bun, tapi gak tau kalau nanti. Kalau soal temen.. bunda tenang aja. Siapa sih yang gak mau temenan sama princess cuantik di dunia nyata kayak Nila ini?"

Tuk! Nisa mengetuk kening Nila bagaikan gendang, ia sangat gemas sendiri dengan tingkah anaknya yang selalu berbicara dengan pede akutnya.

"Ya semoga aja mereka betah temenan sama siluman bar-bar kayak kamu."

Haris yang mendengarnya langsung menahan tawanya, ia tak menyangka kekasih tercantiknya dibilang siluman oleh Nisa.

"Wah.. bunda kena virusnya ayah ini pasti. Jarang banget loh bunda hina Nila."

Nisa terkekeh, ia mengusap rambut Nila yang kini sudah digerai. "Mana ada bunda hina kamu? Bunda cuma nyadarin kamu aja kalau tingkah kamu itu seperti siluman kesasar. Bunda takut aja mereka pada kabur lihat tingkah kamu yang sebenarnya."

Nila sebal, ia mengerucutkan bibirnya sembari melipatkan kedua tangannya di dada. Jika saja yang menghina itu Cakra pasti sudah dihabisi oleh Nila, bahkan anak itu tak akan berhenti jika Cakra tak mengaku kalah. Tapi sayangnya ini adalah Nisa, nyalinya ciut jika berhadapan dengan Nisa. Penguasa hunian rumah mewah Cakra.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang