21. Gula Kuning

6.6K 939 152
                                    

Daffa menoleh ketika mendengar suara kentut Nila sangat unik dan bervariasi. Sedetik kemudian ia tertawa. Daffa tertawa untuk pertama kalinya karena Nila. Daffa sendiri juga tak sadar saat ia meledakkan tawanya begitu saja.

"Da--Daffa jangan ketawa... Aku malu."cicit Nila.

Daffa langsung terdiam, ia tersenyum sembari menepuk puncak kepala Nila. Namun saat ia menoleh memperhatikan Nila, ia mengernyitkan keningnya kebingungan melihat muka Nila yang sudah memerah dengan tangan yang menekan perutnya sendiri.

"Ka-kamu gak papa?"

Nila mengangguk ragu, ia berbohong. Tak mungkin ia memberitahu Daffa jika ia tak bisa memakan makanan berbahan cokelat, juga tak mungkin ia memberitahu penyebab perutnya menjadi sakit karena roti yang di berikan oleh Daffa.

Sebab ia tak enak hati jika menolak tawaran Daffa untuk memakan rotinya.

Semakin lama perut Nila semakin sakit seperti ditusuk-tusuk tapi bukan sate, keringatnya semakin bercucuran. Ia semakin tak tahan sekarang.

"Sa-sakit!"

"Ayo!"

Daffa membantu Nila bangkit, ia semakin takut jika terjadi sesuatu dengan temannya itu. Namun saat ia akan membantu Nila menaiki motornya tiba-tiba saja seseorang menarik tasnya, mendorongnya dengan kasar agar menjauh dari Nila.

"Berani sekali kamu sentuh wanita saya?!"

Haris marah saat dirinya tiba di depan sekolah Nila ia tak sengaja melihat lelaki lain berani menyentuh kekasihnya, ia memutuskan untuk turun bahkan ia turun dari mobil sebelum mobil itu berhenti.

Haris mengarahkan mata tajamnya kepada Nila, ia tak sadar ketika tangannya sampai mencekram lengan Nila hingga Nila semakin meringis kesakitan.

"Oh bagus ya..bagus kamu kayak gitu? Ternyata gini kamu di belakang Vie?! Biarin lelaki lain nyentuh kamu itu kamu pikir bagus?"

Nila menggeleng lemah. Entah mengapa jiwa bar-barnya surut begitu saja setelah melihat kemarahan Haris ditambah lagi dengan perutnya yang masih sangat sakit, ia sudah lemas rasanya.

"Lepas!"

Daffa kembali menghampiri Nila, ia mencoba melepaskan tangan Haris yang mencekram lengan Nila namun dengan segera Haris menepisnya dengan kasar.

"APA?!"

"Dia kesakitan!"

Dua lelaki tampan dan berbeda umur itu saling menatap penuh kebencian. Haris yang tak suka karena Daffa mendekati Nila sedangkan Daffa yang tak suka melihat Haris yang semakin membuat Nila kesakitan.

"V-vie... Sakit.."

Haris memutuskan tatapannya, ia kembali beralih melihat Nila dan Haris terkejut. Ia baru sadar jika Nila benar-benar kesakitan. Ia langsung merebut bungkusan roti itu dan melihatnya.

"Cokelat?!"

Nila menunduk takut.

"GIMANA BISA KAMU MAKAN COKELAT, NILA?!"

Haris membuangnya dengan kasar, ia menatap tajam Daffa dan langsung menarik kerah seragamnya. Rasanya ingin sekali ia menghajar anak muda di depannya itu tapi ia urungkan."Kamu yang kasih cokelat ke Nila, ha?! Kamu mau racunin di-----"

Brak!

"NILA?!"teriak kedua lelaki itu.

Keduanya sama-sama terkejut lalu dengan segera mereka menghampiri Nila. Namun Daffa lah yang lebih dulu untuk menggendong tubuh Nila dibandingkan Haris.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang