09. Sedikit Berdebat

8.8K 1K 232
                                    

Sialan ya aku di cuekin dari tadi!

Kalau cuma jadi modelnya mami Jesika aku juga bisa, kenapa harus dia?

Ck! Benci banget lihat mereka sok akrab gitu!

Apa mereka dekat? Gak! Gak mungkin! Jangan sampai wanita ini ngrebut Vie dari aku!

Nila terus mengumpat dalam hatinya melihat keakraban Haris dengan wanita didepannya meskipun sedari tadi tangan Haris tak melepaskan genggamannya pada Nila.

"Ekhem!"

Nila berdehem berusaha mencari perhatian Haris tapi sialnya lelaki itu tak menoleh sedikitpun.

"Ekhem!"

Untuk kedua kalinya masih tak juga menoleh.

"EKHEM!"

BRAK!

Ketiga kalinya Nila berdehem sembari menggebrak meja dengan keras yang sukses membuat Haris dan wanita itu terkejut, mereka sama-sama langsung menoleh kearah Nila dengan tatapan kebingungan nya.

"Mau pulang!"ketus Nila

"Buat apa ngajakin aku kesini kalau cuma buat lihat kemesraan kalian!"

"Gak enak banget rasanya di cuekin kayak gini!"

Dengan wajahnya yang memerah ia mengatakan itu, ia sudah lelah sedari tadi duduk terdiam berjam-jam hanya untuk mendengarkan mereka, bahkan makanan yang awalnya menggugah selera di lidah Nila kini sudah tak lagi, ia juga tak menyentuh makanannya sama sekali.

Mendengar rengekan Nila membuat Haris menghembuskan nafasnya, ia tahu jika Nila sedang marah, bosan dan banyak lagi.

"Sebentar lagi ya..."Haris mencoba memberi pengertian pada Nila.

"Gak mau! Aku mau pulang sekarang!"

Wanita itu yang tak lain adalah Dilla teman Nisa hanya diam menatap interaksi keduanya, ia tahu jika Nila dan Haris sudah dekat sedari Nila kecil jadi ia juga tak menyadari maksud lain dari tingkah manjanya Nila pada Haris.

"Yaudah pulang sekarang aja Har, kasian Nila capek juga kayaknya."

Dih! Caper! Sok baik! Sok peduli!

Haris mengangguk, ia memasukan ponselnya di saku jasnya. Melihat Haris yang langsung patuh pada perintah Dilla membuat Nila semakin kesal, sangat kesal.

"Giliran orang lain yang nyuruh aja langsung berdiri..setan emang!"

Haris mendengarnya, ia tersenyum tipis lalu mengusap rambut Nila dengan perlahan."Maaf.."

"Mau dianter dimana?"

"Ya dianter di rumah lah! Masak di pasar!"

Haris terkekeh, ia mencubit gemas pipi Nila."Bukan kamu Nila, Om lagi tanya sama tante Dilla."

Deg!

Nila langsung menoleh ketika mendengar kata 'om' yang terlontar dari mulut Haris, kenapa harus om? Kenapa bukan Vie? Nila tersenyum kecut, entah mengapa dadanya tiba-tiba saja langsung terasa sesak dengan ucapan Haris yang seharusnya tak menjadi masalah baginya.

"Anterin di apartemen aja, baru sewa kemarin..."

"Tante Dilla gak bisa pulang sendiri? Gak lumpuh kan? Punya ponsel kan? Bisa kan pesen Taxi? Gak usah numpang sama kami bisa kan?"

Mereka menoleh, mereka tak menyangka jika Nila akan mengatakan hal itu. Nila semakin lama anak itu semakin jelas menunjukkan rasa tak sukanya pada Dilla yang ia anggap hanya sebagai benalu bagi dirinya dan Haris.. kedatangannya sangat merusak kebersamaan mereka.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang