04. Ingin Cucu!

12.5K 1.3K 247
                                    

Clek!

"Baru pulang habis dari mana?"

"Eh anjing! Kaget gue!"

"A--apa? An-njing?! Dasar anak sialan!!"

Haris spontan mengatakan itu pada orang yang tiba-tiba saja mengejutkannya. Dia adalah ibu Haris, kedua orang tuanya datang memang di sengaja tanpa memberitahu sang anak. Mendengar kata hewan dari mulut Haris membuat ibu satu anak itu marah dan memukul punggung Haris dengan sandalnya berkali-kali.

Plak! Plak! Plak!

"Ampun mamii.. Ampun! Haris keceplosan!"

"Rasakan ini! Dasar anak pungut!"

Wahh berani-beraninya ibu satu anak ini ngatain gue anak pungut!

"Heh-heh sudah, ada apa ini? Kenapa anak kesayangan ku kamu pukulin, mi? Gimana kalau dia gegar otak nanti?"

Jesika yang tak lain adalah ibu Haris langsung menghentikan pukulannya ketika suaminya datang melerai mereka.

"Huh! Aku mukulin punggungnya bukan otaknya."

Jesika sebal, ia menatap tajam anaknya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

"Jelek banget, pantesan gak laku."

"Siapa mi? Papi? Jelek-jelek gini mami mau loh sama papi.."

Plak!

"Bukan kamu! Tapi anak pungut ini!"Jesika menunjuk Haris yang sedang mengerucutkan bibirnya dengan jari telunjuknya.

"Anak pungut gimana sih, mi? Haris ini anak kandung mami loh..."

"Jelas anak pungut! Di suruh kerja nerusin usaha orang tuanya sendiri malah milih ikut kerja sama orang lain. Lah, kamu ini anak mami atau anaknya Jeffry, huh?!!"

Haris mengusapnya tengkuknya yang tak gatal, ia menunduk memperhatikan kaki sang ibu yang hanya menggunakan satu sandal. "Ya kan biar lebih deket sama calon istri...."gumam Haris.

"Ngomong apa kamu?"

"Ha? Engga pi.."

Julian yang tak lain adalah ayah Haris mengangguk begitu saja. "Yauda kamu mandi sana, abis itu temui kita di ruang keluarga."

Ck! Pasti bakalan bahas yang aneh-aneh, nih, perasaan gue gak enak.

"Disuruh mandi malah menghayal! Dasar anak pungut banget ini anak.."geram Jesika.

"Iya-iya ini mandi mi..."

Haris melangkahkan kakinya dengan lesu menuju kamarnya untuk membersihkan diri setelah lama menghabiskan waktu di rumah Cakra. Ia tahu pasti kedatangan orang tuanya akan kembali membahas hal yang tak Haris sukai.

Setelah hampir satu jam lamanya akhirnya Haris turun menghampiri kedua orang tuanya.

"Mandi apa tenggelem sih lama amat!"

"Mi, kemarin tetangga Haris sembelit karena terus-terusan hina anaknya, loh."

Jesika langsung menoleh."iya kah?"

Haris mengangguk menahan tawanya melihat raut kebingungan sang ibu. Ibunya memang seperti itu sedikit polos tapi galak.

"Yuk kita diskusikan masalah masa depan kamu sekarang."sela Julian menatap serius anak dan istrinya.

Sama dengan sang istri jika Julian terkadang bisa menjadi lelaki yang polos tapi juga bisa menjadi lelaki yang tegas dan galak apalagi jika berhubungan dengan pekerjaan.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang