59. Harus di Pisahkan

1.1K 106 5
                                    

"Demi apapun Nis, gue lihat sendiri mereka berciuman! Lo harus cegah mulai sekarang, Haris itu pria dewasa sedangkan anak lo masih kecil. Gue juga gak mau kalau ada hal buruk terjadi..."

Nisa memijat pelipisnya mendengarkan penjelasan Dilla. Terkejut memang, selama ini ia tak pernah berpikir ke hal yang seperti. Ia memaklumi kedekatan Haris dengan anaknya karena sejak kecil Nila memang begitu dekat dengan Haris. Tapi tidak seperti ini yang ia mau.

"Terus aku harus gimana?"

"Izinin gue ikut campur ya? Gue sama sekali gak ada maksud buat ambil Haris atau semacam itulah, gue bantu karena gue juga sayang sama Nila.."

******

Setelah acara pengakuan itu, Cakra meminta untuk semua yang terlibat memebicarakan hal ini di rumahnya. Mereka berkumpul di ruang tamu, sebelumnya Cakra meminta Sakra untuk masuk ke kamar supaya tidak usah melihat masalah keluarganya.

"Nila, apa ini? Kamu berani bohongin ayah?"

Nila berkeringat, semua telah berkumpul mengintimidasi si pembuat onar. Memang ini yang mereka mau, terutama Haris. Haris memang ingin hubungannya tak lagi disembunyikan tapi sialnya ternyata Haris juga di jebak dengan acara pertunangan palsu.

"Kalian juga udah tau hubungan Nila sama Haris kenapa gak ada satupun orang yang mau cerita ke gue? Nisa, kenapa? Kalian gak anggep gue ini ayahnya Nila?"

Cakra terlihat sangat marah, bagaimana bisa mereka tidak ada yang memberitahunya tentang masalah ini? Ini bukan masalah sepele, masalah besar! Mata tajamnya mengarah kepada Haris yang juga serba salah. Ia melangkah mendekati Haris dan mencengkram kerah kemeja yang digunakannya.

"Lo udah apain aja anak gue?! Kurang ajar lo ya, gue udah nganggep lo kayak saudara gue sendiri tapi apa balasan lo ke gue? Lo pacarin anak gue, dimana otak lo?!"

"Sekarang jelasin ke gue kenapa bisa kalian menjalin hubungan di belakang gue!"titah Cakra masih tak terima. Ia sudah berpikiran terlalu jauh, ia takut akan hal-hal aneh yang ada di otaknya benar-benar terjadi.

Haris menghela nafasnya, ia tidak takut menghadapi mereka, ia yang berbuat dan ia yang memang harus bertanggung jawab. Haris meraih tangan Nila dan menggenggamnya, ia tahu Nila menahan sebuah ketakutan diintimidasi seperti ini.

"Sebelumnya gue mau ucapin makasih sama Dilla untuk rencana pertunangan palsu ini, gue gak tau gimana caranya orangtua gue dan Nisa juga ikut andil dalam hal ini,"

"Gue masih inget jelas di waktu itu anak lo lari peluk kaki gue sambil bilang kalau gue ini ayahnya. Sejak saat itu gue udah janji sama diri gue sendiri buat jaga anak lo tapi ya seiring berjalannya waktu gue ngerasa aneh dan ya gue cinta sama anak lo. Gue udah janji selepas tamat sekolah nanti gue akan nikahin dia dan gak akan buat hidup dia menderita sama sekali."

"Kemarin gue sempat berantem sama Nila karena Dilla yang tiba-tiba dateng pakai gaun yang sama dengan gaun yang gue rancang khusus buat Nila. Mungkin ini sudah termasuk dalam rencana Dilla. Nila putusin gue dan gue frustasi, gue ambil tindakan terima tawaran Mami buat tunangan sama Dilla. Gue terima ini bukan karena gue suka, tapi karena gue ingin semua orang tahu kalau gue secinta itu sama anak lo, Cakra."

Semuanya diam mendengarkan, termasuk kedua orangtu Haris. Mereka percaya jika Haris memang lelaki yang baik dan sangat setia berbeda dengan Cakra dulu. Bahkan bisa dikatakan jika Nila adalah cinta pertama Haris. Mereka sama-sama menemukan cinta pertamanya.

Tetap saja, penjelasan itu membuat orang tua Haris malu dan tak enak hati dengan keluarga Cakra. Apalagi melihat begitu kecewanya Cakra terhadap Haris. Mau bagaimana lagi, mereka harus dipisahkan, mau tidak mau.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang