50. Desakan Menikah

3.4K 398 54
                                    

Selamat datang dan membaca kembali. Jangan pernah bosen untuk membaca cerita QueeNila ya ❤️

Follow yukk!

@sheilatah
@wp_sheilatah

Happy Reading!

****

"Vie mencoba untuk mencari kebahagiaan yang kamu maksud dengan mendekati wanita lain. Apa ini terdengar sakit?"tanya Haris, membuat Nila bungkam seketika, senyuman yang sedari tadi tersungging kini surut perlahan membentuk garis lurus tanpa ekspresi. Apa ini sakit? Nila mencoba meraba dadanya dan benar ia merasakan dadanya yang tertekan tanpa ia tekan. Ada sesuatu hal yang mencubit dari dalam sana.

Dilla, dari sekian banyak wanita di dunia ini kenapa harus Dilla? Membayangkannya saja membuat Nila menjadi tidak percaya diri. Mengingat Dilla dengan segala kesempurnaan, dari bentuk wajah, body, dan segi keuangan semua melekat pada wanita menawan itu, sosok model yang telah di kenal oleh masyarakat luas.

Jika dibandingkan dengan dirinya yang saat ini masih berseragam putih-abu dengan otak pas-pasan, masih mengandalkan harta orang tua untuk mendapatkan sesuatu sangat berbeda jauh dengan kehidupan Dilla. Ah, kenapa dirinya jadi membandingkan seperti ini? Tentu saja jika dibandingkan, maka Nila lah yang kalah, kalah jauh dari segalanya.

"Tangan ini yang suka kamu genggam ternyata udah ternodai dengan genggaman tangan wanita lain."lanjut Haris dengan menunjukkan punggung tangannya yang telah ia gunakan untuk menggenggam tangan Dilla tadi, apalagi disaksikan banyaknya pegawai di perusahaan Cakra.

Kedua bola mata Nila dengan nanar menatap tangan kekar Haris, bayangan jemari lentik Dilla yang saling bertautan dengan jemari Haris terlintas di benak Nila, ia membayangkan bagaimana eratnya mereka yang saling bergandengan dengan mesra. Belum sembuh rasa sakit yang tadi kini mulai berdenyut kembali menambah rasa sakit sebelumnya.

"Oh ya, dan kamu tau Nila? Gak lama setelah Vie antar kamu dan sampai ke perusahaan, Dilla datang bawain makanan kesukaan Vie dan rasanya juga lumayan enak, apalagi makan dari suapan tangan dia.."Haris tersenyum tipis melihat ekspresi keterkejutan Nila, dalam hatinya terus menggerutu, menyumpah serapahi dirinya sendiri yang sudah mengungkapkan kata-kata yang menyakitkan seperti ini kepada wanita kesayangan. Ia tak berniat menyakiti, ia hanya ingin menyadarkan Nila saja.

Ja-jadi sampai sedekat itu? Dan Vie bohong tentang dia yang gak akan terima suapan dari tangan siapapun selain tanganku?

"Kalau di pikir-pikir gak ada salahnya juga kalau Vie mencoba untuk mendekati wanita itu. Eits..."Haris menaikkan jari telunjuknya, memerintahkan Nila untuk diam terlebih dahulu dengan menggerakkan jari itu kesamping kanan-kiri. "Maksud Vie disini bukan selingkuh, hanya mencoba untuk mencari peluang lain.."

Nila semakin sakit, matanya mulai berair dan panas melihat serta mendengar ucapan Haris yang begitu ringan seperti tak ada beban. "Vie..."panggilnya dengan penuh kepiluan tapi nyatanya Haris tak menyahutinya, Haris tak peduli, tak menoleh kearahnya.

"Lagian Vie ngelakuin ini atas izin kamu, kebahagiaan seperti ini yang kamu mau, kehilangan Vie demi keegoisan pikiranmu, menyia-nyiakan apa yang udah kita jalani karena keputusan mulutmu yang gak mau berpikir sebelum mengucap----"

"Cukup Vie, CUKUP!"teriak Nila, dengan menutup telinganya. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini mulai mengalir ke sela pipinya. Yang ia kira awalnya akan kuat nyatanya tidak, ia kira tak sesakit ini nyatanya tidak. Apa yang ia pikirkan sebelumnya nyatanya tidak semudah yang ia rasakan saat ini.

Nila mulai mendongakkan kepalanya, memperlihatkan jelasnya bola matanya yang memerah dengan sisa-sisa air mata yang masih tertahan. Perlahan kepalanya menggeleng, ia tak mau Haris berbicara mengenai kedekatannya dengan Dilla. Nila memang begitu bodoh dengan dirinya yang mudah sekali memutuskan segala sesuatu. Ia selalu memutuskan secara sepihak tanpa memikirkan Haris.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang