AGILIA PART 18

7.1K 372 3
                                    

"Ka Agiil"

Agil melepaskan tatapannya dari televisi kearah Lia yg berteriak memanggil namanya dari dapur.

"Kenapa?" Tanya Agil bingung.

"Ka Agil tau nggak?" Tanya Lia cemberut.

"Nggak" jawab Agil bingung.

"Ih Ka Agil. Masa yah kata Afika tadi, mama sama papa mau pergi ke Londonnya lusa" ucap Lia.

"Oh ya?" Tanya Agil kaget juga.

"Iya, terus yah mereka nggak bilang dulu sama Lia kalo perginya lusa, kan jahat banget" sambung Lia sendu.

"Mereka bukan nggak mau bilang, tapi mungkin belum sempat bilang aja tunggu waktu yg tepat" Ucap Agil sambil mengelus lembut pipi Lia.

Semua yg mereka lakukan tadi tidak terlepas dari penglihatan teman-temannya yg memang ada disitu juga. Apalagi saat melihat Agil menyentuh lemput pipi Lia, sungguh membuat mata mereka hampir meloncat dari tempat.

"Jadi pengen nikah muda juga gue" ujar Bima sedih.

"Ka Bima mau nikah sama siapa?" Tanya Ica.

"Kenapa? Lo mau nikah lagi sama gue?" Tanya balik Bima pada Ica.

"Apaan? nggak yah Ica tuh hanya nanya" jawab Ica kesal.

"Iya, apaan sih Bima orang Ica hanya nanya juga. Lagian kalo lo mau nikah sama dia, nggak bakalan dikasih restu sama Dika" Bima melototkan matanya mendengar ledekan dari Alfin barusan.

"Gue juga nggak mau kali nikah sama Ica, tampang polos plus bego gitu" ucap Bima melirik sinis Alfin.

"Justru polos bego itu yg menantang, iya nggak Fin?" Agil bersuara menggoda Alfin yg sudah asik dengan PS nya lagi.

"Siapa yg polos sama bego?" Tanya Ica membuat mereka semua sontak terdiam menahan tawa.

"Aldi" panggil Dika yg baru saja datang dari dapur dengan Afika membawa chocolatos ditangannya.

"Oooh, Ka Aldi yg polos sama bego" ucap Ica  menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"He astaghfirullah, kenapa gue dibawa-bawa sih? Padahal daritadi tuh gue berusaha diam" ucap Aldi frustasi. Semua yg berada diruangan itu tertawa mendengar ucapan Aldi, kecuali Ica yg menatap mereka bingung dan juga Dika dan Afika yg tidak tahu apa-apa karena baru datang.
----

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam, kenapa sayang?"

"Mamaaaa" teriak Lia menangis ditelepon.

"Eh kenapa? Kenapa nangis sayang?"  Tanya mamanya dibalik seberang telepon.

"Mama kenapa nggak bilang kalo pergi ke Londonnya lusa? Mama sama Papa mau pergi diam-diam tanpa kasih tau Lia ya?"

"Engga gitu sayang, mama sama papa nggak kasih tau kamu karena nunggu waktu yg pas aja"

"Yah waktu yg pas nya itu kapan ma? Sampe Lia tau sendiri?"

"Mama sama Papa rencananya besok mau kerumah kamu kasih tau baik-baik sama kamu. Eh kamunya udah tau duluan"

"Iya, tadi Afika yg kasih tau" ucap Lia masih sesenggukan.

"Oh yaudah, nanti besok baru ketemu yah sama Mama Papa. Sekarang, kamu tidur udah malam yah. Good night sayang"

"Night mamaaa"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" balas Lia menutup panggilan telepon tersebut.

"Itu kan apa gue bilang? Mama sama Papa bukan nggak mau kasih tau tapi tunggu waktu yg pas aja" ucap Agil setelah Lia menutup panggilan telepon.

Lia mengangguk lesu dan menyandarkan badannya dipunggung kasur.

"Udah nggak usah sedih lagi, kan udah ada gue sekarang yg nemenin lo kapan dan dimanapun lo berada" Agil mengusap pipi Lia yg masih tertinggal sedikit jejak air matanya tadi.

"Tidur yah, udah larut"

Lia menuruti perintah suaminya barusan. Membersihkan sisa-sisa air mata dipipinya dan kemudian berbaring dikasur diikuti Agil yg berbaring disebelahnya.

"Nggak dilepas aja jilbabnya?" Tanya Agil tiba-tiba.

"Ha?" Tanya Lia kaget. Sudah menjalani hampir satu minggu pernikahan, baru malam ini Agil memberanikan diri untuk mengatakan itu.

Agil menghembuskan nafasnya dan menatap lekat kedua bola mata istrinya. "Lo sama gue udah sah, sah menurut hukum dan agama. Gue udah jadi mahrom nya lo. Jadi, kalo lo belum terbiasa, pelan-pelan aja gue nggak paksa kok"

Lia mengedipkan matanya berkali-kali. Agil tersenyum simpul dan mengecup kening Lia cukup lama kemudian mengucapkan "good night, sayang" bisiknya.

Lia yg sudah tidak tahan itupun langsung masuk kedalam pelukan Agil. Sudah tidak ada malu baginya, yg terpenting Agil jangan sampai melihat wajahnya yg memerah karena malu.

Agil tertawa tapi tak urung membalas dekapan Lia dengan erat seolah takut Lia akan pergi.

"Good night to" balas Lia yg kemudian membuat Agil mematung. Yah, bukan hanya membalas ucapan Agil tapi Lia juga membalas mengecup Agil dipipi kirinya dan langsung berbalik badan tidak mau melihat wajah suaminya.

Agil terkekeh geli dan langsung membawa Lia kembali ke pelukannya meskipun Lia membelakanginya. Lia tertidur dengan tangan kanan Agil sebagai bantalan dan tangan kiri Agil yg bertengger manis dipinggangnya erat.
----

"Mamaaa" Lia berlari memeluk erat Mamanya yg sedang duduk diruang tamu. "Lia kangen" ucapnya lagi.

"Jadi, hanya mama nih yg dikangenin?" Lia terkekeh mendengar ucapan Papanya itu. Melepas pelukan dari mamanya dan beralih memeluk erat cinta pertamanya itu.

"Lia kangen papaa" ucap Lia dalam dekapan Papanya.

Setelah melepas rindu bersama orang tuanya, Lia duduk disebelah Agil untuk mendengar apa yg ingin mama dan papanya sampaikan.

"Jadi gini, papa sama mama mau bilang kalo kita harus berangkat ke Londonnya lusa nggak boleh ditunda dan nggak boleh diundur" ucap Papanya menatap mata Lia yg sudah mulai berkaca-kaca.

Papanya menoleh kearah mamanya Lia menyuruh melanjutkan kata-katanya.

"Mama sama Papa disana nggak lama kok, palingan 3 bulanan" sambung Mamanya menggenggam tangan Lia.

"Tiga bulan itu lama banget Ma, Pa" rengek Lia.

"Kan ada Agil juga disini yg nemenin kamu" Mamanya mengusap lembut tangan Lia yg ia genggam.

Agil merangkul istrinya dan mengusap-usap pelan bahu Lia guna menenangkannya. Mama dan Papa Lia yg melihat itu hanya tersenyum hangat.

"Ada Ayah sama Bunda juga sama teman-teman kalo masih kesepian" ucap Agil yg sedari tadi diam.

"Tapi Ka Agil selalu ninggalin Lia tiba-tiba" adu Lia pada orang tuanya, membuat Agil seketika melotot tidak percaya.

"Oh ya?" Tanya Papanya pura-pura kaget.

"Iya Pa, terus nanti pulang-pulangnya penuh luka karena abis berantem" jawab Lia.

Mama dan Papa Lia sontak tertawa melihat raut wajah Agil yg ketakutan. "Yah namanya juga anak muda Li, yah nggak Pa?"

Papanya mengangguk setuju ucapan istrinya, membuat Agil tersenyum canggung dan Lia yg menggembungkan pipinya lucu.

"Tapi kan, Lia takut sama darah" ucap Lia kesal.

"Yah makanya itu, kalo Agil pulang bawa luka harus kamu obatin sebanyak apapun darahnya. Nanti lama-lama juga terbiasa berteman sama darah. Masa istrinya ketua geng motor takut sama darah?"

Lia mencebikkan bibir kesal mendengar ucapan dari Papanya barusan. Apalagi melihat suami dan mamanya yg malah ikut menertawakan dirinya. Sungguh, mereka sangat menjengkelkan tapi salahnya sangat Lia sayangi.

_______________

Jangan lupa vote sama komen🥰.
See you :)
Bwabway👋👋.

AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang