AGILIA PART 38

3.9K 234 8
                                    

Lia kini sedang rebahan diatas kasur tempat tidurnya dan Agil sambil memainkan ponselnya dari beberapa jam lalu.

"Aaaaah" teriak Lia kesal sambil menendang-nendang beberapa benda yg berada disekitarnya. Bantal dan selimut contohnya.

"Bosan banget sumpah" ujarnya sambil bangun dari tidurnya.

"Ka Agil juga lama banget disekolahnya" lanjutnya lagi.

Kelas 10 dan 11 memang diliburkan beberapa hari agar tidak mengganggu ujian kelulusan yg tengah dilaksanakan oleh kelas 12.

Lia turun dari kasur dengan perlahan karena kakinya yg masih terasa sedikit sakit jika diajak berjalan.

Lia menuju balkon kamarnya dan menghirup oksigen banyak-banyak disana. Udara yg segar dan sejuk membuat Lia betah berada disana. Menutup matanya sambil menikmati angin yg berhembus pelan.

Bunyi deringan ponselnya membuatnya terpaksa harus masuk kedalam kamar dan mengangkat handphonenya.

"Iya, Halo assalamu'alaikum. Kenapa bunda?" Ujar Lia setelah mengangkat panggilan yg ternyata dari Lina tersebut.

"Wa'alaikumussalam. Sayang, bunda minta maaf yah. Bunda nggak jadi kesana soalnya tiba-tiba ada tamu penting dikafenya mama kamu, jadi harus bunda yg tangani langsung dari mama kamu"

"Oh iya, nggak apa-apa kok bun. Lia juga udah bisa jalan. Udah, bunda fokus aja dulu sama pertemuan itu. Lia nggak apa-apa kok bunda"

"Ah iya, maaf banget yah sayang. Udah yah bunda tutup dulu, assalamu'alaikum"

"Iya bunda, wa'alaikumussalam" balas Lia menutup panggilan telepon tersebut.
----

"ALHAMDULILLAH ya Allah, akhirnya selesai juga ujiannya" ujar Bima dengan suara yg cukup kencang.

"Apaan sih? Masih dua hari lagi yah kalo lo lupa. Baru juga hari pertama" balas Aldi sedikit sewot.

"Yah emang siapa yg bilang udah selesai? Gue tadi bilang selesai tuh maksudnya yg untuk hari ini, Pak Ketua Osis" sambung Bima membuat Aldi memutar bola matanya malas.

"Tau ah, gue mau kekantin aja"

"Lah? Tuh anak kenapa? Kok jadi sensian gitu?" Tanya Bima pada teman-temannya.

"Mana gue tau. Gue juga mau kekantin ah, lapar" jawab Agil ikut menyusul Aldi yg sudah berjalan jauh meninggalkan mereka yg masih duduk santai dalam kelas karena waktu ujian yg baru beberapa menit lalu selesai.

Dika dan Alfin pun serentak mengikuti langkah ketua mereka meninggalkan Bima yg masih menatap mereka tak mengerti.

Bima menggeleng-gelengkan kepalanya sedikit tak percaya dan berkata "letak kesalahan gue itu sebenarnya dimana sih? Selalu aja kalo pergi nggak pernah ngajak-ngajak gue"

"Untung gue orangnya nggak baperan yekan? Jadi biasalah" lanjutnya lagi dan bangkit berdiri untuk ikut menyusul empat orang sahabatnya yg mungkin sudah sampai dikantin tanpa menunggu dirinya.
----

"Ceritain Ka Agil dengan sederhana" ujar Ica pada Lia.

Yap, sekarang Ica dan Afika memang berada dirumahnya Lia. Bosan sendiri dirumah yg kelewat sederhana ini, membuatnya harus mengundang kedua sahabatnya itu untuk mengisi sedikit kekosongan dan kebosanannya dalam rumah.

"Ka Agil tuh baik, baiknya tuh baiiiiiik bangeeet. Kaya gimana yah? Ka Agil tuh terlalu istimewa jika harus diceritakan dengan sederhana. Sederhananya itu yg bikin dia istimewa gituuu" jawab Lia sambil tersenyum manis mengingat setiap perlakuan Agil selama menjadi suaminya.

Sedangkan Ica dan Afika hanya mampu saling menatap dan menelan ludah karena dapat merasakan juga betapa bahagianya Lia ketika menikah dengan Agil.

"Dia baiiiik bangeeet. Dia suport system terbaik pokoknya, dia dewasa banget pemikirannya, dia selalu minta maaf untuk hal-hal yg sebenarnya bukan salah dia, dia bikin gue ketawa dengan caranya sendiri. Dia spesial banget lah pokoknya bagi gue. Dia lucu, kadang kaya anak kecil, kadang juga jadi kaya orang tua. Dia always ada buat gue, dia selalu ngelindungin gue, dia selalu peduli, and dia selalu ngertiin gue bahkan hal-hal yg paling kecilpun"

AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang