AGILIA PART 63

886 22 4
                                    

"Orang yg meninggal itu beneran ada yg bisa hidup lagi nggak?"

"Hah?"

Sedikit kaget dengan pertanyaan yg barusan dilemparkan kepadanya itu membuat Agil mengalihkan atensinya yg semula sedang bermain game di ponsel mengarah penuh pada Lia yg kini sedang duduk didepannya dengan mulut yg penuh dengan makanan didalamnya.

Lia mengunyah abis kentang goreng yg dibelikan Agil tadi, dan membalas tatapan Agil. "iya, orang yg udah meninggal beneran bisa hidup lagi?"

Agil sedikit berpikir lalu menjawab. "Mati suri itu biasanya atau emang belum meninggal"

Lia mengedikkan bahunya sambil melanjutkan makannya. Mereka kini sedang berada diruang keluarga dengan keadaan televisi yg menyala menayangkan film pilihan Lia dan Agil yg hanya kembali fokus pada game-nya.

"Ka Agil percaya nggak kalo Lia bilang Lia abis ketemu sama orang yg udah meninggal?"

Agil menghentikan tangannya yg sedang menari-nari di atas ponselnya lalu menaruh perhatian penuh pada sang istri. Agil berpindah duduk disamping Lia lalu kemudian menariknya dalam pelukan membuat Lia menghentikan tangannya yg ingin menyuap mulutnya dengan kentang goreng lagi.

"Lia udah bisa makhluk tak kasat mata yah? Makhluk halus? Udah, nggak usah takut lagi yah. Nanti kita ketemu ustadz biar di obatin yah" ucap Agil sambil terus membelai lembut punggung Lia.

Lia melepas paksa pelukan itu lalu menatap Agil dengan mata menyipit tajam. "Lia serius, Ka. Lia bukan anak indigo yg punya indra ke-enam untuk ngeliat mereka. Tapi ini beneran, orangnya nyata ada" jawab Lia meyakinkan Agil.

"Siapa?"

"Siapa apa?"

"Siapa orang yg kamu maksud, sayangkuu?" balas Agil yg dengan tanpa rasa bersalah mencubit pipi bulat istrinya yg semakin hari semakin besar itu.

Belum sempat Lia menjawab pertanyaan Agil, dering ponsel Agil membuat keduanya harus terpaksa menghentikan obrolan.

Agil mengambil ponselnya dan kemudian mengangkat panggilan yg ternyata dari Bima tersebut.

"Assalamu'alaikum, Bim. Kenapa?"

"Wa'alaikumussalam, maaf Pak bos kalo ganggu"

"Hmm, kenapa?"

"Gue minjam apartement-nya, boleh?"

Agil yg mengerti Bima yg kadang ada permasalahan dengan kedua orang tua itupun langsung mengiyakan. Toh, lagian juga kadang Bima dan Aldi yg lebih sering tidur atau meminjam Apartemen miliknya itu. Dengan beberapa alasan, Bima yg kadang bermasalah dengan kedua orang tua atau Aldi yg sering pulang malam dan alhasil dikunci diluar oleh sang ibunda tercinta.

"Silahkan aja. Kaya sama siapa aja lo, biasa juga tiba-tiba udah tidur didalam"

Terdengar Bima yg terkekeh diseberang sana.

"Jangan bunuh diri, gue belum mau apart gue ada setannya"

Bima tertawa keras diseberang sana membuat Agil tersenyum tipis. Sahabatnya itu sebenarnya hanya memakai topeng untuk menutupi kesedihannya dari orang-orang.

"Gue nggak bakal macam-macam kok, tenang aja"

"Hmm, hati-hati dijalan"

"Siap Pak Bos"

"Bima?"

"Iya, Gil. Nggak bakal gue apa-apain apartement lo, janji gue. Gue juga masih sayang nyawa kali"

"Gue nggak masalah kalo misalnya lo mau bakar tuh apart, gue cuman mau bilang sesuatu"

"Hahahaha iya-iya deh si paling anak sultan. Mau bilang apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang