Pagi ini kelasnya Lia tengah melakukan olahraga sepak bola dilapangan. Olahraga kali ini, harus benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yg baik.
Mengingat, hari Senin nanti kelas 12 sudah melakukan ujian kelulusan dan mereka akan diliburkan dan guru olahraga mereka juga akan dipindah tugaskan oleh kepala sekolah. Maka dari itu, mereka diminta untuk bersungguh-sungguh dalam olahraga kali ini.
Tim sudah dibagi masing-masing oleh guru olahraga mereka. Tim perempuan dan laki-laki dipisah. Tim perempuan dua dan tim laki-laki juga dua.
Lia satu tim dengan Ica dan harus siap melawan Afika yg berbeda tim dengan mereka.
Tim perempuan yg akan bermain duluan. Karena, perempuan mungkin agak lama memahami olahraga ini dibanding laki-laki yg sehariannya mungkin sudah hidup bersama dengan dunia sepak bola😁.
Peluit tanda permainan dimulai sudah berbunyi. Para laki-laki mulai menyoraki tim perempuan karena permainan mereka yg cukup asal-asalan itu. Pak guru mereka saja sampai geleng-geleng kepala melihat permainan amburadul mereka itu.
Bola kaki sudah berpindah dari kaki ke kaki para anak cewek. Ada yg hanya menaruh kedua tangannya dipinggang dan berteriak-teriak meminta bola, ada juga yg hanya saling mendorong agar bisa merebut bolanya yg berada diteman mereka.
"Ya Allah, ini nanti nilainya gimana? Permainanannya nggak ada yg sesuai tips and trik nih. Lahawlawalaquwwata illabillah" ujar Pak Guru meratapi nasibnya.
----"Senin udah mau ujian" ujar Bima sambil menurunkan bahunya lemas.
"Iya, nggak kerasa yah. Padahal rasanya baru kemarin gue pindah kesekolah ini" balas Agil ikut merasa sedih.
"Kaya belum siap ninggalin sekolah ini" sambung Alfin tak kalah sedih.
Mereka kini sedang berada dikantin mengisi kekosongan perut mereka. Yang ada sekarang yaitu Agil, Alfin, Bima dan juga Dika. Aldi sedang ikut rapat osis selaku ketua osis dari SMA Bumi Bakti.
"Belum siap juga berpisah dari kalian" lanjut Bima lagi.
"Kita nggak akan berpisah" elak Agil sedikit tak santai.
"Yah iya nggak bakal. Tapi kita kan lulus dari sini bakal punya kesibukan masing-masing. Mungkin Dika bakal ambil beasiswanya yg di Inggris kan? Atau mungkin juga Alfin ikut orang tuanya ke Malang? Gue juga mungkin nggak bakal kuliah disini" balas Bima dengan nada sendu.
"Memang disetiap pertemuan pasti akan ada yg namanya perpisahan kan?" ujar Alfin sambil terkekeh miris.
"Maka dari itu, selagi masih ada waktu mari mengukir kenangan bersama untuk diceritakan dan diulang diwaktu yg akan datang" jawab Dika menepuk bahu Alfin untuk menyemangati.
Mereka saling membalas senyuman dan saling bertos satu sama lain menyalurkan kekuatan.
"Campingnya jadi kan bos?" Tanya Bima mengalihkan pembicaraan tadi.
"InsyaAllah kalo nggak ada halangan" jawab Agil.
"Udah lo undang semua?" Tanya Dika ikut bertanya.
"Kalo soal undang-mengundang itu udah gue serahin ke Alfin" jawab Agil menunjuk Alfin menggunakan dagunya.
Dika dan Bima mengangguk kompak dan melanjutkan acara makan mereka yg tertunda sebab percakapan sedih mereka tadi.
"AGIL!" teriak Aldi dari kejauhan.
Mereka semua sontak mendongak menatap sang ketua osis yg berteriak barusan. Bukan hanya Agil yg menatap Aldi yg sedang berjalan tergesa-gesa menuju meja teman-temannya kini, tapi semua orang yg berada dalam kantin tersebut menatap penuh tanya pada sosok pria beralmameter osis tersebut.
"Kenapa?" Tanya Agil setelah Aldi sampai dimeja mereka dengan nafas yg sedikit ngos-ngosan.
"Lia" jawab Aldi menggantung ucapannya karena masih mengatur nafasnya yg tersengal-sengal karena habis berlari dari ruang osis ke kantin.
"Lia kenapa?" Tanya Agil sedikit tidak sabar.
"Kelasnya Lia kan lagi main sepak bola dilapangan" jawab Aldi dengan nafas yg sudah mulai teratur.
"Nah terus ada temannya yg nggak sengaja tendang kakinya. Sekarang itu istri lo dilapangan nggak boleh berdiri, kakinya kesakitan" lanjut Aldi membuat Agil seketika berdiri dan berlari keluar kantin dengan panik.
"Lo tau darimana? Kan lo lagi rapat osis" tanya Alfin curiga.
"Ruang osis sama lapangan kan deketan, nah gue dengar suaranya Ica sama Afika yg larang-larang anak cowok yg mau nyumbangin tenaganya buat angkat Lia ke UKS" jawab Aldi membuat mereka menganga lebar.
"Wow, pertunjukan yg menarik nih pasti. Gue mau nonton dulu ah" ujar Bima ikut berlari menyusul Agil.
"Gue juga, lo nggak mau ikut Dik?" Tanya Alfin ikut berdiri. Dika mengangguk dan beralih menatap Aldi seolah bertanya 'lo juga nggak ikut?' Tapi karena sudah bersahabat lama, biarpun Dika tidak mengeluarkan suaranya pun Aldi langsung bisa menangkap apa yg akan ditanyakan sahabatnya itu.
"Nanti gue nyusul, gue mau minum dulu" jawab Aldi dan kemudian menyeruput entah minuman punya siapa yg ada dimeja tersebut.
Dika dan Alfin terkekeh dan kemudian berlalu menyusul Agil dan Bima meninggalkan Aldi yg katanya masih mau menetralkan nafas dulu.
----Dari jauh Agil dan Bima sudah mendengar suara Afika dan Ica yg sedang mengoceh pada anak laki-laki yg ingin membantu Lia.
"Udah yah, Lia biarin aja disini dulu" ucap Afika pada mereka yg berkumpul ditempat Lia jatuh ditengah lapangan.
"Iya, kalian jangan coba-coba sentuh atau bahkan peluk-peluk Lia. Bukan mahrom!" Sambung Ica sambil memegang kedua pinggangnya menatap tajam para anak lelaki.
"Kasian kalo Lia nggak segera dibawa ke UKS, kalau kakinya nanti tambah parah gimana? Kalau nanti infeksi atau bengkak gimana?" Tanya Rendi mencoba meluluhkan hati Afika dan Ica.
"NGGAK BOLEH! Lo semua islam kan? Pernah dengar ini kan? Sungguh, ditusuknya kepala seseorang dari kalian dengan jarum besi, lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yg bukan mahrom baginya" teriak Afika membuat semuanya terdiam.
"Ini lagi pak guru kemana?" Tanya Lia kesal karena sudah merasa sangat sakit dibagian kakinya.
"Lagi cari anak PMR katanya. Sabar yah" jawab Ica menepuk-nepuk pelan punggung Lia.
"Lia" panggil Agil membuat atensi semua orang teralihkan padanya.
"Ka Agil?" Jawab Lia sedikit kaget.
"Kenapa hm?" Tanya Agil lembut sambil berjongkok dan memegang pelan kaki Lia.
"Tadi nggak sengaja ketendang kencang sama Oliv, Ka Agil" jawab Afika.
"Masih bisa jalan?" Tanya Agil lagi pada Lia.
Lia menggeleng membuat Agil menghela nafasnya. "Kenapa daritadi nggak dibawa ke UKS?" Tanya Agil pada teman-teman Lia dengan nada tak santai.Bima yg menyadari kalau Agil mulai tersulut emosi pun angkat bicara. "Udah Gil, itu kasian mukanya Lia udah pucat karena nahan sakit. Sana lo angkat aja ke UKS"
Agil menyugar rambutnya kasar dan kemudian menggendong Lia ala bridal style menjauhi kerumunan yg diciptakan oleh teman-teman sekelas Lia.
Teman-teman Lia dan semua siswa yg melihat itu hanya bisa mengerjapkan matanya kaget dan menyimpan dalam-dalam seribu pertanyaan mereka dalam otak dan hati mereka.
"Itu kenapa Agil bisa gendong Lia?" Tanya Ridho, teman sekelas Lia pada Afika dan Ica.
"Yah karena mereka udah mahrom" jawab Ica membuat Afika dan semuanya yg mendengar menganga lebar.
"Allahuakbar Icaaa" balas Afika menepuk keningnya.
_____________
Jangan lupa vote dan komen🥰.
See you :)
Bwabway👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
AGILIA
RandomMenikah dengan sepupu sendiri? Ingat, sepupu itu udah bukan mahrom yah! Yang penasaran yuk langsung baca >> Jangan lupa votenya kawand :) Note: Tulisannya masih acak-acakan dan banyak juga yg typo! Kalo ada waktu nanti pasti bakal direvisi.