"Itu kan udah dibilangin jangan mandi hujan juga, ini kamunya jadi sakit lagi ini" omel Agil sambil mengendarai mobil yg Lia pakai tadi untuk menemui dirinya.
Lia yg duduk disebelahnya hanya bisa menunduk sambil memainkan kedua jarinya. "Lia nggak sakit Kaaaa, ini Lia hanya bersin-bersin biasa"
'Haciim'
'Haciim'
'Haciim'
Lia menggosok-gosok hidungnya yg sudah memerah karena setelah bermain hujan tadi, Lia langsung diserang bersin-bersin sampai sekarang.
Agil berhenti dilampu merah dan menatap wajah Lia yg sedang menunjukkan cengiran. "Lia nggak apa-apa, Ka Agil" ujar Lia menenangkan Agil.
Agil mengangguk dan kemudian menarik tangan kiri Lia untuk digenggamnya ketika kembali menyetir karena lampu lalu lintas yg sudah berubah warna menjadi hijau. "Kalau kamu sampe demam lagi, nggak bakal lagi aku izinin main hujan sampe tua"
Lia melototkan matanya ketika mendengar ancaman dari suaminya tersebut. Lia mencebikkan bibirnya kesal dan kemudian menarik tangannya yg dalam genggaman Agil dengan sekali hentakan membuat Agil terkejut dan menahan senyum ketika melihat ekspresi dari Lia.
Agil mengambil kembali tangan Lia dan digenggamnya dengan sedikit erat kali ini. "Udah, kalo dibilangin suami tuh nurut"
"Iyaaa, Lia nurut kok" balas Lia cepat.
"Yah kalo nurut kenapa mukanya kesal gitu?" tanya Agil masih mencoba menahan senyum.
"Hah? muka Lia biasa-biasa aja, nggak kesal kok" jawab Lia lagi yg kemudian dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum senang.
Agil melepas senyumnya dan mengusap lembut kepala istrinya. "Kamu lain kali jangan pasang wajah gemesin kaya tadi, kita kan rencana ada anaknya nanti setelah kamu lulus SMA"
"Hah?" Lia mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan Agil dan kemudian mencoba mencerna baik-baik perkataan suaminya.
Lia membulatkan mulutnya dan menatap Agil horor. "Lia belum cukup umur, Ka"
Agil tertawa dan mencubit keras pipi tembem Lia. "Siapa bilang belum cukup umur, hmm?"
"Kamu udah jadi istri sah aku kalau kamu lupa. Jadi, kamu udah sepenuhnya milik aku"
Melihat keterdiaman Lia, membuat Agil menghela nafas. "Aku bercanda sayang. Tapi, kalau kamunya anggap serius juga nggak apa-apa"
"Ih Ka Agiiiiil" teriak Lia yg seketika menghadiahi Agil dengan pukulan dilengannya.
Agil tertawa keras sambil sesekali menahan tangan kecil Lia yg masih menyerangnya dengan pukulan walaupun sudah berkali-kali Agil ingatkan kalau ia sedang menyetir mobil.
"Udah ah, Lia capek mau bobo" Ujar Lia tiba-tiba ketika merasa tenaganya sudah habis ia gunakan untuk memukul lengan suaminya itu.
Agil tertawa pelan dan kemudian mengacak-acak pelan jilbab yg digunakan istrinya. "Tidur aja, nanti kalo udah sampai rumah aku bangunin"
Lia menganggukkan kepalanya dan kemudian mencari posisi nyaman untuk tidur.
"Jangan sakit lagi, aku nggak mampu liat kalau kamu sakit"
----Agil memakirkan mobilnya ditempat parkiran rumah mereka dan kemudian mengalihkan atensinya pada sang istri yg masih tertidur pulas.
Ia memandang wajah Lia sambil tersenyum hangat. "Pasti capek banget ini Lia mandi hujan tadi. Nggak tega bangunin, tapi kalo nggak dibangunin nanti Lia sakit lagi karena bajunya masih basah begini"
Agil mengelus pelan pipi istrinya sebelum kemudian membangunkan dengan selembut mungkin. "Liaa" panggilnya lembut.
"Hey, Liaa sayaang bangun, kita udah sampe ini dirumah"
Berhasil!
Lia terbangun sambil mengerjapkan matanya lucu membuat Agil gemas dan langsung mencium pipi kanan Lia. "Jangan gemas-gemas sayangkuuu, takut kamunya nggak bisa sekolah besok" ujar Agil menggoda membuat Lia menjauhkan tubuhnya dari sang suami sambil menatapnya tajam.
"Ka Agil iiiiih" teriak Lia yg kemudian langsung berlari keluar dari mobil, tak lupa sebelumnya membuka sealt-belt nya terlebih dahulu.
Agil tertawa pelan melihat reaksi dari istrinya tersebut. "Lia gemas banget yaAllah, tolong kuatkanlah hambamu iniii"
Agil ikut turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah. Baru saja tangannya hendak menggapai handel pintu rumah, suara teleponnya membuatnya harus mengurungkan niat untuk masuk kedalam dan memutuskan untuk mengangkat telpon dari seseorang yg beberapa jam lalu membuat dirinya melarikan diri dari markas.
Agil menempelkan hp-nya ditelinganya dan tidak mengeluarkan suara apapun sebelum sang penelepon yg bersuara.
"Pengecut banget loh Gil, main lari-larian aja orang gue belum selesai ngomong"
Agil menarik nafas panjang dan kemudian menjawab "kalau hanya mau ngomong yg nggak penting gue tutup, assalamu'alaikum"
"Eitts, bentar. Jangan dulu ditutup gue mau bilang sesuatu yg penting yg sebenarnya sebagai peringatan kedatangan gue kali ini"
Agil menghentikan jarinya yg hendak memutuskan panggilan telepon tersebut dan tertarik untuk mendengarkan apa yg akan dibicarakan Yudha selanjutnya.
"Apa?" tanya Agil yg sudah ingin segera mengakhiri sambungan telepon tersebut.
"Gue saranin lo buat jagain seseorang yg sekarang jadi bagian hidup lo. Bukan apa-apa sih, hanya mau ngingetin aja karena gue juga bukan laki-laki lemah yg cara mainnya bawa-bawa perempuan. Tapi, lo tau kan yg benci sama lo bukan hanya gue tapi hampir semua anak-anak terdahulu Black Panther masih ada dendam pribadi sama lo"
" Gue harap lo cepat-cepat deh bersihin nama baik Black Panther dimata masyarakat sebelum lo benar-benar umumin siapa penerus Black Panther sebenarnya"
'Tut'
Agil memutuskan panggilan telepon tersebut secara sepihak dan menggenggam erat ponselnya. Ia menghembuskan nafas panjang, lalu kemudian masuk kedalam rumah.
Sementara dalam kamar, Lia sudah selesai membersihkan dirinya dan juga sedang menyisir rambutnya sambil bersenandung-senandung kecil.
"Eh, kok jadi kepengen banget cium parfumnya Ka Agil?" tanyanya sendiri. "Ka Agil lama banget masuknya" sambungnya lagi lirih.
Lia memutuskan untuk membongkar lemari baju milik suaminya guna mencari parfum milik Agil. Agil yg baru saja masuk dibuat heran oleh keadaan kamarnya yg sedikit kacau karena istrinya itu yg terlihat sedang kesusahan mencari suatu barang.
"Lagi cari apa, Li?" tanyanya bingung. Lia memberhentikan kegiatannya dan langsung berlari memeluk Agil erat.
"Eh, kenapa?"
Lia menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Agil. "Lia hanya pengen peluk aja, suka cium wanginya Ka Agil"
"Tapi aku masih basah gini sayang, abis mandi yah baru dilanjut pelukannya" jawab Agil terpaksa melepas pelukan Lia.
Lia memberenggut kesal. "Ah Ka Agil nyebelin, udah ah Lia mau bobo duluan"
"Iya tidur duluan aja yah, aku mandi dulu baru nyusul tidur" balas Agil lembut yg kemudian mengacak gemas rambut Lia juga tak lupa menyempatkan diri untuk mencium pipi Lia sebelum akhirnya melarikan diri kedalam kamar mandi.
Lia memegang jantungnya yg sepertinya ingin melompat dari tempatnya. "Aish, udah beberapa bulan padahal dibuat begitu terus sama Ka Agil, tapi masih aja juga nih jantung Lia mau copot"
_________
Oke, sepertinya untuk part kali ini aku rasa cukup sampai disini😄. Maaf banget udah jarang update soalnya udah mulai skolah offline yah🙏. Makasih juga yg udah nungguin AgiLia update dan terus kasih semangat lewat komen🥰. Sayang kaliaaan😘.
Jangan lupa vote dan komen🥰.
See you :)
Bwabway👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
AGILIA
RandomMenikah dengan sepupu sendiri? Ingat, sepupu itu udah bukan mahrom yah! Yang penasaran yuk langsung baca >> Jangan lupa votenya kawand :) Note: Tulisannya masih acak-acakan dan banyak juga yg typo! Kalo ada waktu nanti pasti bakal direvisi.