AGILIA PART 44

3.1K 213 7
                                    

"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya ujiannya selesai juga" teriak Bima senang sambil menggandeng tasnya menuju keluar kelas.

"Eh? Mau kemana lo?" Tanya Aldi menghentikan langkah Bima.

Bima melirik tajam Aldi dan berujar "kenapa lo tahan-tahan gue? Kemarin-kemarin aja sensian mulu sama gue"

"Yah gue tuh hanya nanya, N-A-N-Y-A. Bukan apa-apa juga. Yaudah sana lanjutin perjalanan kaki lo, mau kemanapun lo pergi terserah"

Agil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua temannya itu yg sudah seperti kucing dan tikus kalau berhadapan.

"Anak-anak semua ikut nanti lusa?" Tanya Agil pada Alfin yg sedang membereskan peralatan sekolahnya dan memasukkannya kedalam tas sekolah.

"Kayanya nggak semua sih, soalnya kalo yg dari Jakarta sama Surabaya kemungkinan besar nggak ikut. Kalo yg di Bandung sih udah dipastiin semua mau ikut" jawab Alfin membuat Agil menganggukkan kepalanya paham.

"Kalo anak-anak geng lain?"

"Udah gue undang sih, kalo pergi atau nggaknya itu urusan mereka"

"Iya, yg penting kita udah berusaha menjalin hubungan silaturahmi dan persahabatan yg baik antar sesama pergeng-an motor"

Sempat terjadi keheningan beberapa saat antara mereka berlima sampai Alfin membuka suara kembali.

"Lo ngapain tatap Aldi sampe segitunya sih, Bim? Nggak homo kan lo?"

"Heh, astaghfirullah. Sembarangan banget yah lo kalo ngomong. Gue tuh masih normal yah biar begini-begini. Gue hanya masih kesal aja sama nih anak"

"Terpesona yah lo sama ketampanan gue?" Tanya Aldi bangga.

"Gue liatin lo terus karena tuh dimata lo ada tainya. Gue mau bilang tapi takut lo kesinggung nantinya" balas Bima sadis.

Aldi membulatkan matanya kaget mendengar penuturan dari Bima tersebut dan segera menghidupkan kamera ponselnya mengarah kewajahnya untuk melihat apakah benar apa yg dikatakan oleh Bima barusan atau hanya sebuah gurauan semata.

Agil, Alfin, dan Dika tertawa melihat pertunjukan gratis didepannya itu.

"Eh Bim, banyak-banyak istighfar deh lo gue saranin. Ini mata gue bersih kinclong gini lo bilang ada tainya, bikin gue panik aja lo" ujar Aldi dengan suara yg cukup kencang.

"Gitu aja panik" jawab Bima sambil memutar bola mata malas.

"Yah masalahnya itu, tadi gue habis ketemuan sama sekretaris cantik pujaan hati gue" balas Aldi sewot.

"Heh ingat bro! Dalam islam tuh dilarang pacaran-pacaran atau sejenisnya kaya gitu"

Selesai Bima mengatakan kalimat barusan, keempat temannya langsung terdiam sambil menatapnya dalam.

Agil menggaruk alisnya dan berdehem sambil tersenyum canggung. "Hm Bim, mohon maaf yah. Kalo lo lupa Aldi itu non-islam"

Bima terhenyak seketika setelah mendengar balasan dari sang Ketua dan kemudian menatap Aldi sambil tertawa canggung.

"Gue juga tau ajaran islam yg itu dan gue juga nggak pacaran kok sama dia. Tunggu gue sukses aja dulu baru langsung gue nikahin" ujar Aldi membalas tatapan Bima.

"Owh, jadi ceritanya udah moveon nih dari Afika?" Tanya Agil menggoda Aldi.

Aldi terkekeh dan mengedikkan bahunya. "Kalo yg itu sih doain aja dulu. Kalo ditanya udah moveon apa belum yah pasti belum lah. Tapi, bakal gue usahain lagi kok tenang aja. Dua tahun ngejalanin hubungan sama dia tuh buat gue nggak gampang buat lupain semua kenangan kita. Tapi, kata Afika dia butuh imam dan kapten yg handal untuk bisa bawa dia ke surga. Dan, salahnya gue nggak akan dan nggak pernah bisa untuk menjadi imamnya dia. Dia pantas dapat yg lebih baik bahkan jauuuuh lebih baik dari gue. Bukan begitu bapak Mahardika Sanjaya?"

AGILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang